iqbal aji daryono

Review Buku “OUT OF THE LUNCH BOX” : It’s All About The Third Option

“Iqbal itu cebong apa bukan, sih?” Hahahaha.

Seriiiiiing banget dapat pertanyaan seperti itu dari teman-teman sesama cebbie di jagad maya yang lagi ribut-ributnya jelang 2019 ini.

Anyway, DOES IT MATTER????

Yak, beginilah kondisi sebagian kita yang entah kapan mulainya sering terjebak dengan kubu-kubuan politik. Kalau bukan cebong ya dianggap “kubu sebelah” .

Iqbal Aji Daryono, salah seorang penulis aktif versi media sosial, terutama di Facebook. Memahami Iqbal ini memang agak sukar kalau hanya membaca satu dua tulisannya saja.

“Out of The Lunch Box” ini merupakan buku terbarunya. Berisi kumpulan tulisan-tulisan Iqbal di berbagai media online yang topiknya relatif NON-ALAY dengan topik-topik lumayan serius seputar sosial, politik, dan agama.

Iqbal Aji Daryono

Dulu pernah nerbitin buku “Out of The Truck Box” jugak.

Semuanya sudah pernah dia share di wallnya kok. Tapi ternyata buanyak bangeeeet. Saya saja yang rasanya jarang ketinggalan ikut bertempur di status-statusnya (hahaha) merasa belum pernah membaca sebagian tulisannya.

Jangan takut duluan. Topik serius nan bikin pening kepala apa juga kalau Iqbal yang nulis bisa jadi ringan dan mudah dipahami. Kalimat-kalimatnya sederhana dan tidak ribet. One thing about him yang bikin saya kesal itu karena Iqbal orangnya pinter tapi enggak sok pinter. Kesal karena IRI hahahaha.

Seringnya kan kita-kita yang kalangan medioker ini, pinter enggak tapi udah kek paling tahu sedunia *tutupMuka*.

Tetap saja, saya butuh lebih dari seminggu untuk membaca buku ini. BUKAN karena isinya kurang menarik.

Agak-agak gimana gitu ya membaca tulisan-tulisan Iqbal dalam cetakan buku. Selain karena mungkin kita sudah terbiasa membaca langsung di wall FB-nya Iqbal, ternyata jangan-jangan kita lebih menikmati komen-komennya hahaha.

Kalau di medsos, bisa lebih interaktif, komunikasi dari berbagai arah, karena siapa saja dan kapan saja bisa berantem … eh berkomentar . Bisa tuker-tukeran argumen. Bisa langsung mengamuk saat itu juga kalau tidak setuju hahahaha.

Iqbal aji daryono penulis
Foto : shiramedia.com

 

Nah, kalau baca buku jadinya gini. Baca satu esai, gemes sendiri tapi bingung mau ngomel ke siapa. Jadi kadang butuh waktu buat misuh-misuh sendiri sebelum lanjut ke esai berikutnya.

Selain itu juga, walau bahasanya santai, kesannya tetap dalam jadi ada waktu buat menghela napas juga padahal kayak diajak becanda aja sama yang nulis .

Nah, terkait dari kubu-kubuan yang saya sebut di awal tadi, mungkin itu yang pengin diluruskan oleh Iqbal. Semacam menawarkan “pilihan ketiga” –> inti dari opini-opininya dalam OOTLB.

Pilihan ketiga ini mungkin semacam perspektif yang beda dari 2 hal yang sudah terlanjur nancep dalam pikiran kita. TIDAK CUMA SOAL CEBONG-CEBONGAN lho ya. Spektrumnya lebih luas ini yang dibahas dalam buku.

Tulisan “Buya Syafii dalam Kepungan Masyarakat Hitam Putih” menjadi tulisan pembuka yang mayan tektok untuk menyindir kalian-kalian yang dikit-dikit “Pasti lo pendukung anu!” atau “Dasar lu hater” dst dst dst. Termasuk gue pastinya hahahaha.

Pilihan ketiga, bisa juga berarti perspektif yang lebih lengkap jadi tidak melulu harus “pro banget-banget” atau “anti abis-abisan”. Iqbal sering berusaha untuk “Gini lhoooo duduk persoalan sebenarnya, yuk kita lihat detailnya sama-sama yuuuuk …”

Tulisan “Membaca Langkah Marketing Anies Baswedan” menjelaskan secara runut dan logis tentang APA yang sebenarnya terjadi. Sesuatu yang ternyata biasa-biasa saja kok ya dalam langkah-langkah politik standar .

Ah ya, gaya bahasa dalam buku tidak dibikin baku, tetap dalam bahasa Fesbuk yang santai penuh haha-hihi. EYD-nya juga entah ke mana ha-ha-ha –> contoh penulisan “hahaha” yang benar .

Opini-opininya oke punya walau menurut saya, beberapa agak terburu-buru ya kesimpulannya. Ada beberapa hal yang masih bisa didiskusikan di tulisan “Lah, Kalian Mau Rekonsiliasi, Apa Mau Perang Lagi?”. Gemes, gemes, gemes, pengin protes! Tapi ini kan mau review yak bukan mau ngajak berantem hahahaha.

Apalagi tulisan-tulisan semacam “Program Darmawisata untuk Aktivis Antirokok” ituuuuu ck ck ck -_-.

Tenang sih, tidak semuanya setegang itu kok isinya. “Empat Percakapan Tentang Topi Sinterklas” itu bikin ngikik polllll . “Cerita Pelipur Lara Untuk Para Haters Malaysia” juga semacam esai ringan yang lumayan rileks .

Total ada 40 esai dalam buku ini.

Iqbal ini terbukti cukup open minded, kok . Tengok aja di wallnya itu tempat berkumpulnya pro rokok dan anti rokok. Ada cebbie level kronis, ada pendukung fanatik toko sebelah. Ada yang jilbab gede ada yang jilbab tapi skinny jeans (hihihi) semuanya bisa diajak becanda sama Iqbal .

iqbal aji daryono

Jangan takut bakal membaca opini aneh-aneh. Dirasa aneh-aneh pun ya terus kenapa? Tenang saja, membaca sesuatu yang berbeda dengan keyakinan kita tidak ujug-ujug bikin kita jadi kurang beriman atau semacamnya lah hehehe. It won’t make you less confident as well .

“There is nothing wrong with listening. You can listen to people; you can hear people’s concerns. You can keep an open mind and still be perfectly strong.” Bill de Blasio

Bukunya diterbitkan oleh penerbit Shiramedia. bisa didapatkan dari toko buku Togamas terdekat atau beli online, misalnya saya belinya kemarin dari toko buku online yang ini –> Erin Cipta, Buku, dan Madu.

Jadi, sebenarnya … Iqbal itu cebong apa bukan, nih? Hahahaha, go ask him yourself  … –> Iqbal Aji Daryono

Selamat membaca .