Toilet-Training untuk Jemaah Haji/Umrah Asal Indonesia

Transit di Abu Dhabi menuju Jakarta waktu mudik berdua doang dengan si bungsu bulan Maret 2018 kemarin. Lagi ribet-ribetnya ngurusin si adek yang mau ganti celana di kamar mandi, saya disamperin oleh embak-embak petugas kebersihan.

“Mama, Mama …” sapanya kepada saya.

Saya enggak kaget. Alumni Timur Tengah pasti sudah terbiasa dengan genggesnya orang-orang asing yang suka manggil-manggil “Bunda/Mama/Sayang” ke ibu-ibu yang mereka sangka asal Indonesia hahaha.

Sepertinya dia orang Filipina.

“Yes?” Jawab saya.

Mudik berdua si bungsu (Maret 2018)

“Mama, help me here.” Dia menunjuk ke arah salah satu bilik toilet. “I need you to teach them. Show them please how to do that.”

“Oooo oke, oke.” Saya langsung paham maksudnya.

Dia memberi kode jempol lalu membuka pintu kamar mandi yang ternyata sudah penuh antrian. Oalah, pantes kamar mandi kosong. Ternyata ditutup sementara sama si embak petugas.

Embak petugas sibuk memberi instruksi, “Tolong Mama, bukan lantai. Duduk, duduk. Siram, siram. Duduk, duduk. Siram, siram.”

Wooowww, si embak petugas (yang nyata-nyata bukan orang Indonesia) berusaha keras berbahasa Indonesia seperlunya dengan mengulang-ulang gerakan seolah duduk dan telunjuk seperti memencet saat bilang “siram”.

Repotnya punya anak kecil. Saya hanya sempat membantu beberapa jemaah yang itu juga saya pilih-pilih yang sudah berumur.

“Permisi Ibu, ini nanti buang air kecilnya duduk, jangan jongkok. Kalau sudah selesai, dipencet yang di belakang itu.”

Si Ibu ngangguk-ngangguk ramah. Eh, begitu tutup pintu kok langsung kedengeran suara flush ?. Si embak petugas geleng-geleng putus asa, “See? They siram-siram first. And then they do that on the floor.”

Antara kasihan sama mau ngakak. Tapi yah gimana, cuma berduaan ama si bungsu. Anaknya udah lari-larian deket pintu mau keluar. Akhirnya saya “pamit” ke luar, setelah membantu menerangkan ke 4-5 jemaah perempuan yang kira-kira masih “perlu bantuan keterangan”.

Barusan baca cerita Mbak Meidia yang lagi naik haji dan cerita soal penggunaan toilet terkait salah satu teman (lansia)nya saat berhaji.

Bukannya ingin merendahkan, tapi kultur/budaya buang air kita di Indonesia kan memang agak beda dulu-dulu. Saya sendiri di rumah dulu (sebelum dijual hahaha) selalu buang air di kamar mandi toilet jongkok hihihi. Ada satu kamar mandi lagi, toilet duduk. Tapi di situ pun, kalau kepepet, ya saya tetap jongkok hahaha.

Kelas 1 SMA pindah numpang ke rumah Tante, kamar mandinya juga ada 2 model. Saya lebih nyaman pakai toilet jongkok. Tapi kalau ke toilet duduk ya saya duduk beneran. Di rumah orang lain, euy, hahaha.

Makanya karena itu jemaah lansia rata-rata belum terbiasa dengan toilet duduk yang sudah menjadi model standar di 99% bandara dan hotel. Untungnya di kamar mandi umum sekitaran Masjidil Haram masih banyak toilet jongkok. Eh, masih gak, tuh?

Saya sudah hengkang dari Saudi sejak tahun 2013. Waktu di sana sih masih banyak toilet jongkok di toilet umum Arab Saudi (kecuali mal-mal besar dan hotel-hotel berbintang).

Gue tuh ya, udahlah rentan disangka TKW domestik pas era abaya-an, giliran modis dikit, dimintai tolong jadi asisten toilet-training di kamar mandi bandara. BHAIQUE ?????.

Setuju banget sama Mbak Meidia, perlu banget deh ada toilet-training buat jemaah-jemaah asal Indonesia. Terutama yang lansia. Biro penyelenggara umrah/haji di Indonesia sangat perlu memasukkan hal-hal simpel ini ke dalam ‘program manasik’.

Apa udah, ya?

PENTING loh itu.

Kadang, risih saja kan jemaah asal negara kita terkenal “jorok”. Padahal bukan begituuuuuu.

Malah secara umum, jemaah Indonesia (dan Malaysia juga deng) itu terkenal tertib dan sabar loh dalam Masjidil Haram. Tidak suka dorong-dorong dan mudah tersenyum kepada siapa saja masya Allah ^_^.

Testimoni ini bukan pengamatan narsis pribadi ala-ala nasionalisme NKRI harga mati semata :p. Tapi pujian langsung dari banyak teman-teman jemaah haji asal Mesir dan berbagai negara Arab lainnya waktu se-tenda bareng mereka di Mina dan Arafah.

Saya naik haji tahun 2012 via hamla (biro haji) lokal di Jeddah. Hamla lokal umumnya 90% peserta = orang Arab dari berbagai negara.

Mina dan tempat melontar jumrah arab saudi
Tempat melontar jumrah dilihat dari sebuah area tenda jemaah di Mina, foto : Dani Rosyadi

Jadi, jangan sampai lah hal-hal sepele macam penggunaan toilet duduk ini jadi “citra buruk” yang berlarut-larut. Apalagi sekarang model jet washer ada yang langsung dari belakang itu. Bukan pakai pegangan lagi.

Jet washer otomatis yang udah nempel di bagian belakang toilet itu kadang pakai hand-signal loh bukan diputar lagi. Begitu juga dengan flushing, sudah banyak yang pakai teknologi hand-signal.

Takutnya bingung dan panik kok gak ada pencetannya hehehe. Ada juga yang begitu kita berdiri atau gerak dikit atau buka doorlock langsung flush otomatis.

Sungguh perkembangan teknologi dalam dunia pipis-eek ini kadang gemes-gemes kesel hihihihi. Sebenarnya sangat memudahkan tapi ya buat yang sudah berumur butuh penyesuaian yang lebih “intens” :). Manusiawi kok itu ;).

Semoga penyelenggaraan haji dan umrah khususnya buat jemaah Indonesia terus membaik dari tahun ke tahun. Aamiin ya rabbal aalamin <3.

Tak terasa beberapa hari lagi, dari seluruh penjuru Mina akan bergerak bersama menuju Padang Arafah. Berdiam di sana sampai senja mulai menghilang di hari itu juga.

Masih terkenang rasa haru saat ramai-ramai keluar dari tenda, menikmati detik-detik mentari terbenam, saling memandang dengan mata berkaca-kaca, dan kita semua harus bergerak pergi meninggalkan Arafah.

“Zawwadakallahut taqwa wa ghofaro dzanbaka wa yassaro lakal khoiro haytsuma kunta (Semoga Allah membekalimu dengan takwa, mengampuni dosa-dosamu, dan memudahkanmu di mana saja engkau berada).”

Semoga menjadi haji mabrur, ya, teman-teman semua ????.