UNDIAN NASIB via UMPTN/SBMPTN

Hari ini pengumuman SBMPTN 2019. Kebayang itu mulesnya yang nungguin. Baik para peserta maupun orang tua masing-masing.

Buat banyak orang, apalagi di tahun-tahun dulu, pengumuman masuk PTN itu memang PENENTU TAKDIR banget.

Di tahun kelulusan SMA saya, tahun 1998, namanya masih UJIAN MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI (UMPTN).

Kakak sulung saya masih kebagian SIPENMARU (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

Saya mengikuti UMPTN di Kota Makassar, Sulsel. Waktu itu masuk Rayon C. Tapi milih PTN nya yang rayon A hehehe.

Tahun 1998 sendiri ada hiburan menunggu pengumuman UMPTN, karena ada Piala Dunia hihihi. Padahal jelang-jelang pengumuman, enggak bisa tidur, bener-bener penentu nasib luar biasa hahahaha.

Jangan share broadcast message
Gambar : pixabay.com

Deg-degan sama hasil, deg-degan sama respons orang-orang terdekat. Enggak bilang-bilang ke Mama kalau nembak PTN di luar Makassar hihihi. Pokoknya bilangnya pilih UNHAS :p.

Makanya, selain stres nunggu hasil juga gemetar menunggu respons beliau kalau tahu saya sama sekali tidak memilih kedokteran. Takut beliau sangat patah hati karena cita-cita banget kayaknya pengin punya anak dokter.

I was scared I was gonna break her heart :'(.

Terus, pengumumannya diundur pula. Dan saya tidak tahu. Sudah tegang menunggu 26 Juni, ealah, pengumuman diundur sampai sebulan ya kalau gak salah waktu itu? Kesel banget udah kecele -_-.

Uniknya, ternyata pengumuman keluar H-1 dari hari yang ditetapkan (setelah diundur).

Jadi, H-1 malam-malam lagi santai-santai pasrah menunggu fajar datang dan menanti TAKDIR apa yang ditetapkan Tuhan, teman kakak saya tahu-tahu ngasih koran, “Jihan, ini pengumuman UMPTN keluar mi. Cari mi namata’, Dek.”

WHHAAATTTTTT!!!!!

Sumpah kaget banget. Bener-bener gak siap. Lagi asik-asik nonton tipi bareng sepupu-sepupu, tahu-tahu koran pengumuman sudah tergeletak depan mata.

Gemetar luar biasa. Dengan modal hafalan nomor urut langsung cari nama saya, dan … TIDAK ADA! Itu Mama juga ikutan nyarii sebelah saya. Saya sudah setengah nangis bilang ke Mama, “Gak lulus.”

“Manengka je’. Sappa-sappa ni jolo’ Nak.” (Ah masa, cari-cari aja dulu).

Dengan mata berkaca-kaca, saya susuri lagi, tidak ada. Nomor saya tidak ada. Tapi nomor urut sebelah saya ADA. Nah ini kuncinya. Karena di situ tertera nama laki-laki. Sebelah saya waktu itu kan perempuan pas ujian. Saya bingung.

Cepat-cepat saya ambil kertas nomor ujian sambil saya tanya ke teman kakak. Kok aneh, nama nomor urut setelah saya ada di koran tapi laki-laki. Pas ujian jelas-jelas dia perempuan.

Kata teman kakak, “Lihat nomor depannya, Dek. Ada IPA, ada IPC. Cek nomor lengkapnya.”

Oiyaaaaaaaa, dasar dodol hahahahaha. Ternyata itu 001, untuk peserta khusus jurusan IPA. Saya kan ambil IPC, jadi depannya 003. Baru deh ngecek sekali lagi sambil hapus air mata ???.

Dan akhirnya, belum juga air mata kering, sudah kembali mengalir deras melihat nomor urut dan nama saya MUNCUL. Menangis makin keras waktu lihat nomor fakultas tempat lulus, hamdalah, tembus di pilihan pertama.

Dipeluk Mama sambil Mama nanya, “Kedokteran UNHAS ji Nak?”

“Bukan, Ma. Lulus di UI. Di Jakarta.”

I thought she was going to be sad or upset. Tapi malah dipeluk tambah kuat, “Macca memeng je iye anakku. ” (Pintar memang ini anak saya).

baju bodo mod
Best mom in da world *laaaaf* (kanan-kiri : ME-Mom-lil Sista, 2018)

Udah deh nangis-nangis kita berdua sebelum akhirnya capek sendiri hahahaha.

Terus saya ngambil jilbab ke kamar, nyari-nyari koin di laci dan lari ke telepon umum, menelepon sahabat saya satu per satu. Alhamdulillah, semua sahabat saya lulus UMPTN.

Banyak dari mereka lolos ke Kedokteran Umum UNHAS dan Teknik Elektro UNHAS. Antara gembira dan menangis because I was gonna leave them soon.

Saya ingat ada yang bilang, “Carikan ka’ juga suami nanti di UI gang na” ???.

Karena pas lagi belajar bareng jelang UMPTN, sempat becanda-becanda dengan teman-teman bahwa hasil UMPTN nanti juga punya peran besar dalam urusan jodoh, which is definitely TRUE for my case ???.

Hasil berburu suami di kampus nih hahahahha :

2004!

Sesungguhnya kami juga iseng-iseng berujar mau masuk UNPAD biar dapat jodoh anak ITB. Kalau masuk ITB takut kecapean belajar gak sempet nyari suami ???. Makanya, diantara mereka ada yang beneran pilihan pertamanya KEDOKTERAN UMUM – UNPAD hahahaha.

Jelang tidur di atas kasur, rasa takut mulai menyerang. Sebentar lagi akan jadi anak rantau. Nun jauh menyeberang ke ibukota. Apa nanti bisa beradaptasi, apa nanti bisa punya teman-teman seasyik temen-temen di SMA? Apa sanggup bersaing? Dst dst dst ….

But life goes on. Proses adaptasi lintas pulau, lintas suku yang ternyata lucu-lucu dan mengesankan. Punya banyak teman-teman baru yang tidak kalah serunya, baik di kosan maupun di kampus.

Punya sahabat-sahabat baru dari Sabang sampai Merauke. Sahabat saya di kampus, ada yang Batak, Minang, Jawa, sampai Tionghoa. Alhamdulillah, berkah merantau <3.

Semoga yang terbaik buat para ananda dan adik-adik atau semua yang tengah menanti pengumuman besok <3. SEmangat yaaaaa, masih ada jalur Mandiri juga kan ???.