Salahuddin Al Ayyubi

Salahuddin Al Ayyubi (Saladin), Dicinta Kawan Dipuja Lawan

Salahuddin Al Ayyubi (Saladin), salah satu tokoh besar yang dipersembahkan oleh peradaban Islam di abad 6 – 7 Hijriah. Lahir tahun 1138 M di daerah Tikrit, Irak. Seorang keturunan Kurdi yang di usia belasan ikut hijrah bersama keluarganya ke Damaskus, Suriah. Namun menaiki panggung kebesarannya melalui daratan Mesir.

Namanya adalah Yusuf bin Najmuddin. Dijuluki sebagai Salahuddin. Dunia barat memanggilnya sebagai Saladin. Al Ayyubi merupakan nama keluarganya. Salahuddin Al Ayyubi.

Salah satu keistimewaannya adalah namanya tidak cuma bergema di kalangan muslim saja. Tapi disebut-sebut di berbagai literatur barat.

Salahuddin Al Ayyubi
Salahuddin Al Ayyubi

***

Secara sekilas sudah sering sekali mendengar kebesaran seorang Salahuddin Al Ayyubi. Tapi baru benar-benar ‘tersentak’ ketika membaca sepak terjangnya secara khusus dalam perjalanan panjang kisah Perang Salib. Ditulis dalam buku “Perang Suci, dari Perang Salib Hingga Perang Teluk.”

Karena peristiwa di Gaza beberapa waktu lalu, saya terpancing untuk kembali membolak-balik 800 halaman dari buku yang ditulis oleh seorang Karen Armstrong yang mengaku dirinya sebagai ‘freelance monotheist’ ini. Tapi rasanya pengetahuan saya masih terlalu minim untuk membahas soal Gaza dan zionisme.

[adCOntent]

Saat kembali mengurai halamannya satu persatu, kisah Salahuddin Al Ayyubi (Saladin) -lah yang lagi-lagi mencuri perhatian.

Membaca pertama kali buku ini hampir 3 tahun yang lalu, saya sampai-sampai begitu ngotot kalau punya anak laki-laki lagi, namanya mesti Saladin. Ketika 20 bulan lalu putra kedua saya lahir, usul ini tidak mendapat approval dari bapaknya hehehehe.

***

Yusuf remaja sebenarnya adalah pemuda yang sangat sensitif. Malah cenderung penakut. Yusuf trauma dengan peperangan melelahkan yang pernah dijalani bersama pamannya, Syirkuh. Terkesan ogah-ogahan saat harus kembali berangkat menuju Mesir bersama Syirkuh. Namun akhirnya, bersama Yusuf, Syirkuh berhasil memukul mundur para Crusaders (ksatria Perang Salib) dari perbatasan Mesir.

Atas jasanya, Syirkuh diangkat menjadi wazir Mesir. Ketika Syirkuh wafat, secara tak terduga, Yusuf-lah yang ditunjuk untuk menggantikannya.

Saat inilah perubahan besar mulai terjadi pada pemuda berhati lembut ini. Yusuf meyakini takdirlah yang telah mengutusnya untuk berjihad di jalan Islam. Membawa kembali kejayaan Muslim yang seakan terbenam dengan direbutnya Baitul Maqdis di periode Perang Salib pertama.

Mendalami agama dan mengobarkan semangat jihad, Yusuf menjelma menjadi seorang pemberani yang diimbangi oleh tingkat kesalehan yang tinggi.

Yusuf tampil dan dikenal dengan gaya kepemimpinan yang revolusioner. Pemimpin besar pendahulunya, Sultan Nuruddin, dikenal sebagai pemimpin saleh dan dermawan. Tapi seperti kebanyakan model kepemimpinan di Timur Tengah, Nuruddin nyaris tak terjangkau oleh rakyatnya. Tinggal di istana besar dalam kemewahan, Nuruddin tak luput dari gaya despotiknya yang kental.

Yusuf justru membuka aksesibilitas dirinya terhadap rakyat seluas-luasnya. Gayanya yang informal mengejutkan banyak pihak. Termasuk ketika beliau pasrah kepada pelayannya yang menceramahinya untuk banyak beristirahat. Hanya tertawa-tawa ketika kuda salah satu pengawalnya mencipratinya dengan lumpur.

Yusuf kembali mengingatkan dunia Islam akan sejarah masa lampau Kepemimpinan Islam yang diterapkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Ingatlah Nabi Muhammad, kenanglah Abu Bakar, lihatlah Umar, Usman, dan Ali. Adakah mereka memberi jarak terhadap umat yang seharusnya dibela kepentingan dan kehormatannya?

Satu kejadian lucu saat saya membawakan materi ini di pengajian rutin kami minggu lalu, di bagian ini, seorang teman saya langsung menyeletuk, “Ih, kayak Jokowi dong, ya.” Hehehehe. Bukan tanpa dasar, saya sempat mengelu-elukan beliau secara khusus di wall ini ;).

Ya, beda kelas lah :D. Terlalu dini untuk menyanjung seorang Jokowi setinggi pahlawan besar seperti Salahuddin. Namun kita berharap Jokowi adalah sebuah tipping point bagi negeri yang tengah terpuruk ini :(. Membawa angn segar, setidaknya memacu perubahan tipe kepemimpinan yang makin memihak kepada rakyat. Hidup blusukan :P.

Dengan semangat tinggi, Yusuf menyatukan kerajaan-kerajaan Islam kecil menjadi satu kekuatan besar. Mengobarkan semangat jihad yang pada akhirnya merebut kembali Baitul Maqdis di Perang Salib periode ke-2.

Sekalipun Yusuf adalah petarung ulung dalam perang, jangan lupakan pribadinya yang mudah tersentuh. Yusuf tak pernah menyiksa tawanan perang. Yusuf tak segan mengabulkan permintaan gencatan senjata bila lawan sedang kepayahan. Dalam Islam, tak masalah dilakukan gencatan selama tidak merugikan kaum muslim.

Kejujurannya pun sangat teruji. Yusuf tak pernah melanggar gencatan senjata mana pun. Sekali beliau murka ketika para Crusader menyerang rombongan kaum muslim yang akan berangkat berhaji di masa gencatan senjata tengah berlangsung. Tanpa ragu, Yusuf turun langsung mengobarkan perlawanan kepada musuh yang dianggap berkhianat. Pengasih namun pantang direndahkan :).

Salah satu kisah teladannya menghadapi musuh adalah saat berhadapan dengan Raja Richard. Richard yang dijuluki The Lion Heart, Hati Singa, saking pemberaninya.

Ketegasan nyaris tak pernah mempengaruhi jiwa kemanusiaannya. Di suatu pertempuran, kala pasukan Richard terdesak, dimana akhirnya sang Raja ikut berjalan bersama pasukannya tanpa menunggang kuda, Yusuf luluh.

Yusuf meminta salah seorang serdadu mengirimkan kuda buat Richard. Sabdanya, “Aku tak tega melihat pejuang besar sepertinya mempermalukan diri seperti itu.”

Saat Richard tengah sakit keras, Yusuf mengirimkan tabib terbaik kerajaan untuk turut merawatnya.

Allah bersabda, “Hai orang-orang yg beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yg selalu menegakkan keadilan karena Allah menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat pada ketakwaan. Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Mahabenar Allah dengan segala firmanNya :).

Di akhir hayatnya, pemimpin besar ini hanya meninggalkan harta 47 dirham saja. Konon, pengawal pribadinya selalu menyisihkan sebagian harta kerajaan secara diam-diam untuk mencukupi kehidupan seorang Salahuddin. Masya Allah :'(.

***

Ada satu hal penting lain tersirat dari buku sejarah (saya lebih suka menyebutnya sebagai “buku sejarah” instead of “buku agama”) karya Armstrong ini.

Di masa-masa awal perang Salib, Eropa barat selaku kaum yang menginvasi umat Muslim di Timur Tengah, tengah berada dalam periode abad kegelapan. Peradaban mereka diwakili oleh kaum Frank, yang digambarkan Armstrong sebagai kaum barbar.

Perang Salib sedikit demi sedikit memacu mereka memasuki babak baru. Abad kebangkitan. Darimana mereka ‘mengembangkan’ peradaban mereka?

Invasi mereka ke kaum muslim sekaligus memperkenalkan budaya keislaman di Timur Tengah. Bangsa Eropa barat ini belajar mandi dan membersihkan diri dan kaum muslim. Mereka belajar kebersihan, memakai wangi-wangian, dan tertarik pada kain tenun khas Timur Tengah. Peradaan Muslim yang kala itu banyak melahirkan ilmuwan dan sastrawan besar tak luput dari perhatian mereka.

Mereka berusaha ‘memindahkan’ peradaban ini dan memajukan kawasan mereka. Dan sejarah meninggalkan jejaknya hingga kini. Seperti apa kehidupan umat muslim sehari-hari di kawasan Timur Tengah. Pernah tinggal di Saudi? Doyan mandi gak orang Saudi? :P. Isu kebersihannya bagaimana? Di Indonesia bagaimana? :(.

Apakah yang khas dari negara-negara maju di Eropa? Bahkan sebuah penelitian yang dilakukan tahun lalu, “How Islamic are Islamic countries?” menasbihkan negara New Zealand dan negara-negara barat lainnya di jajaran 10 besar. Kemana umat muslim? Di urutan keberapa negara-negara yang dijejali penduduk yang berstatus Islam? Arab Saudi di urutan ke-131! Indonesia? Urutan 140!

Coba bayangkan, mereka belajar kebersihan dari dunia muslim? How come? 🙁

***

Nama Salahuddin Al Ayyubi terpatri kuat di hati rakyatnya. Semangat jihadnya menyebar benih-benih kekuatan bagi dunia Islam saat itu. Namun, kebesarannya pun tak luput dari perhatian dan puja puji dari kaum lawan.

Selayaknya, tak ada keraguan, jika dipatuhi secara benar dan displin, sesungguhnya Islam adalah rahmatan lil ‘aalamin. Dan tokoh Saladin merupakan salah satu peletak dasar atas (pernah) berjayanya Syariah Islam di hampir 2/3 belahan dunia kala itu. Sejarah pernah mencatat bahwa ketiga agama ini pernah hidup tentram damai selama 450 tahun dalam naungan Syariah Islam. 450 tahun, hampir setengah milenium!

Jangan hanya lantang berbicara aqidah. Muliakan akhlak dan buat dunia sekali lagi mengakui kebesaran Islam :). Rahmat bagi seluruh umat manusia :).

***

9 comments
  1. Lho kok sama ya. Dulu kami berdua juga punya rencana kalo lahir anak laki-laki akan dinamakan Saladin. Namun sampai saat ini masih dikaruniai dua anak perempuan.

    Ya gak bisa kalo Saladin disamakan dg Jokowi. Jelas jauh banget kapasitasnya. Aneh saja kalo ada orang yg berkomentar spt itu menyamakannya.

    Saya belum baca buku karya Karen Armstrong ttg Perang Salib itu. Sepertinya menarik untuk diburu.

    Oiya, just info, kisah Saladin pernah diangkat di layar lebar menurut 2 versi, versi Holywood: “Kingdom of Heaven”, dan versi Arabic film: “Saladin” yg diproduksi th 1963. Dan tentu saja saya lebih suka yg versi Arabic film 🙂

    1. Wah, kebalik kita, Pak. Kalau saya dan suami dapetnya 2 anak laki-laki so far :D. Iya Pak, terjemahannya lumayan. Bahasanya enak. Kalau film belum nonton, nih. Tapi kalau membaca sinopsis dari filmnya (Kingdom of Heaven), banyak penyimpangan dari versi sejarah yang sudah banyak dituliskan termasuk dalam buku “Perang Suci” karya Armstrong di atas :).

  2. yg bnr mbak Saladin kecilnya sensitif dan penakut?

    1. Lebih tepatnya sensitif dan pemalu. Tidak suka kekerasan :). Itu diambil dari buku, kok, referensinya.

  3. Tulisan Jehan lainnya yang seperti biasa.. enak dibaca dan tentu saja ditunggu-tunggu.. Jeee pernah nonton tayangan di TV tentang Saladin ini.. memang beliau pemimpin besar tapi sangat rendah hati. Kalau tidak salah 4 or 6 tahun setelah memenangkan perang salib, Saladin wafat tanpa meninggalkan harta yang untuk pemakamannya saja tidak cukup, Subhanallah.. beliau benar2 menauladani Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin, kaya raya tapi seluruh hartanya untuk keperluan agamanya.. kontra ya dengan pemimpin2 sekarang, mengatasnamakan kesengsaraan rakyat kecil tapi saat mobil dinasnya diganti dari camry menjadi innova aja langsung marah 🙁 padahal duduk di kursi “perwakilan rakyat” saja sudah digaji besar, tapi masih mencari “pemasukan” lain yang lebih besar lagi dengan alasan, mumpung masih duduk di kursi kekuasaan.. berarti bukan buka kursi perwakilan rakyat dong hehe..

    Kangen Je.. gmn kabar anak2?

  4. .tadi abis nonton kingdom of heaven.sayang bnyak yg menyimpang.
    kalo yg versi arabic blum prnah liat

    1. Iya tuh, yang versi eropa rada-rada gimanaaa gitu :D.

  5. dalam sebuah riwayat lupa baca di kitab apa #ditendangMUI…Saladdin ini tinggal sebuah ruangan sempit di sebuah masjid di Palestina sampai wafatnya…mashaAllah ya…selalu salut dng pahlawan ini…:)

Comments are closed.