Netijen vs Hasil Disertasi : The Death of Expertise?

Sejak awal hasil disertasi yang lagi ramai itu muncul di publik, sudah saya tunggu-tunggu respons berupa amukan netijen 😅😅😅🧐.

Tetap saja tidak menyangka akan berakhir dengan se-dramatis ini :(. Sampai universitas dan si penulis harus minta maaf segala dan berjanji merevisi ck ck ck.

Lebih wakwaw lagi teror kepada keluarga penulis :(. Tuduhan-tuduhan tolol yang sebenarnya hanya cerminan betapa ketakutan sekali lagi menunjukkan “dark side” nya pada diri manusia. Penggemar Yoda (Star Wars) mana suaranyaaaaaa :p.

Kok bisa-bisanya sampai ada komentar-komentar macam, “Yuk kita perkosa aja ramai-ramai istri dan anaknya. Kita gilir aja saudara-saudara perempuannya.” REALLY?

Memang tidak gampang membaca hasil penelitian ratusan halaman,, tapi masa iya the BIG PICTUREnya aja gak bisa dapat, sih? Di media juga sudah banyak kok secara garis besarnya yang memang sangat tidak nyambung dengan teror-teror dungu di atas tuh -_-.

Hasil disertasi pun seharusnya bukan hal yang menakutkan. Memang topiknya agak sedikit menyulut zona nyaman bagi yang keyakinannya terkait soal ini sudah FINAL. Tapi sebenarnya enggak se-ngeri di pikiran kalian.

I’m just trying to give a little explanation here. Jangan dianggap sebagai persetujuan saya ya terhadap hasil penelitian. Yang gitu-gitu biar dibahas oleh sesama ahli fikih saja.

Penelitiannya ini bukan tentang SEKS BEBAS. Tapi sebaliknya tentang SEX with CONSENT. Hubungan seksual yang dibahas adalah hubungan seksual yang disetujui secara sadar oleh kedua belah pihak. Tanpa persetujuan kedua belah pihak, otomatis menjadi kasus PERKOSAAN.

Kedua belah pihak juga harus sama-sama berusia dewasa. Kalau di bawah umur, tentu menjadi kasus PEDOFILIA.

Penelitiannya juga mempertimbangkan MASA IDDAH buat perempuan. Secara medis, biologis, dan ilmiah, MASA IDDAH ini memang penting dalam membahas hubungan seksual (y).

MASA IDDAH ini juga penjelasan sederhana mengapa POLIGAMI boleh tapi POLIANDRI itu mustahil ;). Kakak-kakak feminis tolong jangan marah padaku hihihihi :p. Masuk akal kok soal larangan poliandri tanpa harus bawa-bawa ayat sekali pun.

MASA IDDAH yang dibahas sesuai dengan aturan dalam alquran, jadi PELACURAN bukan bagian dari “SEX with CONSENT” yang diperbolehkan dalam penelitian ini. PELACURAN tidak mengindahkan kaidah MASA IDDAH, jadi ya HARAM :p. Jelas banget kok itu.

Dari sini juga bisa ditarik kesimpulan, lelaki lajang maupun yang sudah menikah tidak masalah melakukan “SEX with CONSENT” ini dengan perempuan lain selain istrinya. Tapi perempuan yang masih/sedang berstatus ISTRI ya jelas tidak boleh. Terkait ke masa iddah tadi.

Hubungan seksualnya pun TIDAK BOLEH di tempat terbuka atau disaksikan oleh orang lain. Ekshibisionis jelas perbuatan haram.

CMIIW, ya. Ini saya dapatkan dari kompilasi beberapa media yang memuat secara garis besar soal hasil penelitian ini. Tentu sangat mungkin saya ketelisut 🙏.

Menyusun disertasi sampai mendapatkan persetujuan dan lulus pula bukan kerjaan sehari dua hari atau sebulan dua bulan. Pasti panjang banget itu prosesnya secara akademis.

Sayang banget, dari berita terakhir kok ya malah universitasnya yang takluk kepada amukan netijen. Di mana saya rasa netijen ini ngerti juga kagak disertasinya tentang apa hahaha. Penulis sampai harus berjanji mengganti judul bahkan akan merevisi.

Tapi nampaknya membuka dialog pun terasa mustahil, ya.

Kemarin sempat nonton salah satu acara diskusinya. Pihak televisi juga nyolot, sih. Ya masa penulis yang kompetensi akademisnya segitu dihadapkan dengan perwakilan ormas yang tidak jelas bidang ilmunya apa selain bolak balik ad hominem ke penulis?

Mengapa berdiskusi saja tidak mau? Toh hasil disertasinya bukan sesuatu yang dipaksakan untuk diikuti, kan? What scares you?

“Manusia membenci apa yang tidak diketahuinya.” -Imam Ali-

Yah begitulah era internet ini sudah terlalu jauh mengubah cara hidup kita. Di satu sisi dengan mudah mengalirkan informasi apa saja kapan saja kepada siapa saja. On the other hand, membuat banyak sekali bias-bias pemahaman sana sini :(.

Makanya kusuka membujuk-bujuk teman-teman yang punya expertise di bidang tertentu, mbok ya, medsos-an lah lebih serius hehehehe. Try to share your knowledge dengan menuangkannya dalam gaya-gaya tulisan yang lebih populer. Era sudah berubah, euy.

Kemampuan menulis seharusnya bukan lagi BAKAT khusus tapi SKILL dasar yang sebaiknya dimiliki semua orang SEJAK DULU.

Saya baru paham mengapa di sekolah-sekolah Irlandia dan US, MENULIS itu jadi SATU MATA PELAJARAN SENDIRI, loh 😍🤩.

Kira-kira dalam mata pelajaran MENULIS diharapkan agar siswa bisa menguntai isi pikiran ke dalam tulisan yang runut sesuai logika dengan argumen yang baik dan bahasa yang rapi dan tentunya … mudah dipahami oleh pembaca.

Terlepas dari hasil penelitiannya (experts can be wrong too, rite?), seharusnya menjadi momen untuk berdiskusi, berdialog, or simply to challenge your way of thinking?

But again …

“Thinking is difficult, that’s why most people judge.” -Carl Jung-