Hari raya Idul Adha : Part of Loving People

Hari raya Idul Adha : Qurban, secara literal berasal dari kata qarib, qaroba, yaqrabu yang artinya DEKAT.

Perhatikan kata “qarib”. Famliar dengan istilah karib kan ya dalam bahasa Indonesia. Nah itu, tidak sedikit kata-kata dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Arab πŸ™‚. Teman karib, teman dekat.

Gambar : pixabay.com
Gambar : pixabay.com

ata lain juga banyak yang diserap “mentah-mentah” hanya ganti satu huruf juga misalnya atau nyaris terdengar sama. Seperti : kalbu (qalbu, kalau kalbun beda arti lho ya hehehe), mahkamah, madrasah dsb.

Kata lain dari Qurban adalah Udhiyyah atau dhahiyyah yang artinya hewan sembelihan.

Tapi kata “korban” pun konon diturunkan dari kata Qurban ini. Mungkin karena Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Qurban mengenalkan kita pada prosesi ber-qurban yang secara makna bisa berarti –> memotong hewan sembelihan yang kita korbankan dari sebagian harta kita untuk menDEKATkan diri pada Tuhan.

Dalam ajaran Yudaisme, qurban dikenal dengan istilah Karov yang juga berarti “mendekat”. Jadi, maknanya kira-kira sama lah ya.

Tidak heran ada persamaan dalam hal ini karena asal muasal dari Hari Raya Idul Adha / Qurban adalah kisah Nabi Ibrahim yang dianggap sebagai “Bapak/Nabi” dari 3 agama Samawi di dunia. Kisahnya sendiri sudah banyak di internet dong ya jadi gak perlulah ditulis ulang di sindang πŸ˜€.

hari raya idul adha
Gambar : pixabay.com

Pendekatan diri kepada Tuhan dalam prosesi qurban tidak hanya terkait dimensi individu. Karena hasil sembelihan tadi hendaknya jangan di-sate sendiri di rumah yaaaaaaa :p, tapi sebagian untuk dibagi-bagikan kepada kaum fakir dan untuk kerabat/tetangga sebagai penyambung tali silaturahmi atau untuk sedekah. Ada dimensi sosial di dalamnya.

CMIIW ya, setahu saya ya ada pendapat yang membolehkan jika daging qurban disate eh dimakan sendiri secara pribadi. Ibadah ini sendiri sifatnya sunnah bukan wajib.

Jadi hewan qurban itu ya bukan untuk Tuhan. Kita berqurban atau tidak ya tidak ada pengaruhnya sama sekali untuk Yang Maha Pengasih.

Manfaatnya akan selalu kembali ke kita sendiri. Begitu pula sebaiknya. Mudharat dari perbuatan buruk pada akhirnya akan berbalik kepada diri sendiri. Pasti itu πŸ˜‰. Hanya prosesnya saja yang mungkin tidak terlalu kasat mata.

Saya jadi ingat nih ceramah Surah Al Fatihah dari Bapak Quraish Shihab. Tentang perbedaan antara rahmat dari Tuhan vs rahmat dari sesama manusia.

Tuhan tidak punya kepentingan apa-apa terhadap kita. Mau situ potong satu juta ekor sapi pun, Tuhan tidak akan loncat kegirangan. Bahkan jika seluruh dunia pada akhirnya pada mogok qurban berjamaah ya juga tidak ada pengaruh.

Sebaliknya, kita sebagai manusia, contohnya begini. Saat kita melihat pengemis yang kehidupannya sangat memprihatinkan, ada rasa perih tidak dalam hati kita? Kalau normal harusnya ada :p.

Dari rasa perih itu mungkin kita akhirnya memberikan sedikit pertolongan atau bersedekah buat pengemis atau orang sakit atau siapa pun yang membutuhkan bantuan.

Adakah terselip sedikit saja kepentingan kita dalam hal ini? Ada! Minimal sedikit menurut Imam Gazali. Sedikitnya kita ingin sekadar membebaskan diri dari perasaan bersalah akibat rasa perih tadi.

Rasa perih itu yang mendorong kita memberi bantuan.

Itulah mengapa kasih sayang Tuhan jauuuuuuh di atas kemampuan makhluk lainnya. Yang saya yakini, sifat Pengasih dan Penyayang itulah yang memberi ruh sosial yang sangat kuat kepada agama Islam πŸ™‚.

Itulah mungkin mengapa “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang” menjadi ayat pembuka di hampir semua surah dalam alquran. Untuk mengingatkan kita akan kemuliaan Tuhan dan betapa kita ingin melakukan semua hal hanya untuk Tuhan yang Maha Pemurah.

Betapa kita harus selalu mengingat semua kasih sayangnya yang tanpa batas tanpa pamrih yang kemudian berusaha kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari meski mustahil untuk sempurna.

Termasuk kepada lingkungan dan makhluk lain. Jangan dikira proses qurban terhadap hewan sembelihan itu ngasal-ngasal aja lho πŸ˜‰. Ada ilmunya itu πŸ™‚.

Gambar : pixabay.com
Gambar : pixabay.com

Kesimpulan dari ceramah beliau yang tadi itu, “Tinggi tidaknya tingkat keberAGAMAan seseorang bisa dilihat dari sejauh mana manusia mampu memberikan nilai kesejukan bagi sesama ciptaan Allah.”

Semoga semakin hari, kita bisa terus berproses mewujudkan umat muslim sebagai “rahmatan lil aalamiin”, rahmat bagi seluruh umat manusia.

Termasuk kedewasaan kita menghadapi berbagai perbedaan πŸ˜‰. Di dunia nyata, apalagi di dunia maya hahahaha πŸ˜€.

β€œI guess that’s just part of loving people: You have to give things up. Sometimes you even have to give them up.”
― Lauren Oliver, Delirium

Jangan dikekepin sendiri dagingnya yaowww, bagi-bagilah kepada teman/saudara/kerabat/orang lain yang membutuhkan πŸ™‚.

Saya mah enggak akan lah minta sate atau sambal goreng pun rendang, cuma anu… minta like-nya aja dong teman-teman kalau berkenan di fanpage Facebook saya di –>Β The Davincka Code #eaaa.

Hadeeeh, hari raya Idul Adha ya jualan jalan terus dong ya hahahaha :p.

Semoga daging qurban yang didapatkan bisa memberi berkah seluas-luasnya baik kepada si empunya qurban maupun kepada pihak yang menerima. Aamiin ya rabbal aalamiin.

Selamat hari raya Idul Adha buat teman-teman yang merayakan <3.