Racism, Riot, Covid 19 in USA

Sejak menyaksikan dengan mata kepala sendiri tindakan-tindakan rasis terhadap ras Afrika di US, suami saya rajin banget nonton-nonton video youtube soal rasisme di US ini.

Padahal pas kami tinggal di sana, tahun 2017, yang heboh itu soal pernyataan Trump terkait negara-negara muslim.

Foto : theguardian.com (fotografer, Yuri Gripas/Reuters)

Tapi tidak ada setetes pun, ini udah level tetes loh ya hehehehe, tindakan rasis yang pernah saya dapatkan terkait kerudung yang nempel di kepala waktu tinggal di Texas.

Biasa banget mereka sama minoritas muslim. Kalo pun ada yang heboh-heboh, biasanya bukan ke personal. Tapi dalam bentuk demo terbuka (enggak nyerang individu) gitu-gitu lah.

Biasanya juga bangunan/komunitas muslim dijaga oleh polisi jadi aman lah walau dikepung demo segala macam.

Tapi beda banget dengan perlakuan terhadap ras Afrika :(. Walau pun yang bersangkutan sebenarnya sudah turun temurun tinggal di wilayah US bahkan sudah menjadi warga negara Amerika Serikat.

Entah sudah berapa video yang ditunjukin suami ke saya. Misalnya penggunaan kolam renang di kompleks perumahan. Sering sekali warga ras Afrika dimintain ID macam-macam padahal mereka jelas-jelas punya akses masuk yang resmi.

Di gedung apartemen juga sama. Apalagi kalau apartemen mewah, begitu ada penghuni ras Afrika pasti dicurigai macam-macam. Seringnya sampai panggil polisi segala loh. Lucu banget kan :(.

George Floyd, warga negara US yang berdomisili di Kota Minneapolis (Minnesota), ditahan oleh seorang polisi, Derek Chauvin setelah ada laporan bahwa Floyd berusaha menggunakan cek palsu (senilai 20 dolar) untuk melakukan transaksi. Bukan kejadian luar biasa.

Yang luar biasa adalah cara Chauvin menahan Floyd. Floyd sudah terjatuh, ibaratnya sudah tidak bisa melawan, tapi tengkuknya ditekan oleh Chauvin sampai Floyd meminta ampun tapi tidak juga dilepaskan hingga akhirnya Floyd meninggal di tempat.

Videonya banyak di Youtube.

Chauvin berdalih Floyd melawan tapi CCTV dan video-video rekaman dari orang-orang yang kebetulan melintas di tempat kejadian mematahkan pembelaan dari Chauvin.

For the record, kejadian model begini bukan pertama kali di US :(. Biasanya pun polisinya memang dipecat doang tanpa ada tuntutan apa-apa.

Hanya saja mungkin pengaruh instabilitas sosial ekonomi terkait pandemi berkepanjangan yang memukul sendi perekonomian banyak kalangan di berbagai penjuru negeri membuat demo-demo menjalar ke mana-mana dan berakhir RUSUH :(.

Kerusuhan di US terkait kasus George Floyd (gambar : BBC.com)

Karena kerusuhan inilah akhirnya si polisi yang udah dipecat itu dikenai tuntutan hukum. Kalok gak ada demo-demo ya udah, lolos aja pasti dia.
Rasisme di US terhadap ras Afrika bukan kejadian yang dilebih-lebihkan. Cari saja video-video rekaman bebas di Youtube, buanyak bangeeeeetttt πŸ˜₯πŸ˜₯πŸ˜₯.

Jangan salah. Eropa juga rasis. Cuma lebih ‘merata’ rasisnya hihihihi. Hanya saja, sistem hukum dan perundang-undangan jauh lebih adil.

Bayangin di US tuh, pelaku rasisme adalah aparat/institusi yang seharusnya menjadi bagian dari penegakan hukum yang menjamin persamaan hak bagi semua warga negara.

Gambar : Sputnik News

Kalau rasisme di level kehidupan sehari-hari di mana-mana memang ada. Tapi kalau sampai melibatkan penegak hukum, gimana lagi kita bisa memperjuangkan keadilan?

Eropa ini pada dasarnya lebih homogen. Belum terbiasa lihat banyak ‘warna’. Apalagi Irlandia. Berbeda dengan Amerika Serikat yang proses pendiriannya melibatkan banyak ras dengan jargon andalan, “Land of Freedom.”

Di US ini orang-orangnya jauh lebih heterogen. Kaget juga saya pas tinggal di Texas, lagi ngantri kasir aja udah berasa kayak di Indonesia.

Orang ngobrol ngalor ngidul sama siapa saja. Kasirnya bawel, yang antri juga sibuk ngerumpi satu sama lain padahal baru kenal di situ. Saya sering banget diajak ngobrol dengan ramah ditanyain macam-macam ama bule di US.

Diajak becanda pula loh hihihihi. Nanya umur, nanya negara asal pun pernah hahaha. Sesuatu yang sangat-sangat tabu di Eropa :p.

Tapi ke ras Afrika bisa ribet begitu hubungannya :(. Setelah Obama jadi presiden pun, entah bisa berkurang atau enggak kadarnya. Apalagi setelah era Trump. Makin gak ada harapan jangan-jangan ya :(.

Ketegangan dengan pendatang latin juga pernah dipicu oleh pidato Trump. Tapi yang ini jelas karena masalah lapangan pekerjaan yang banyak diserbu imigran dari Mexico misalnya. Ada motif ekonominya.

Kalau ke ras Afrika sesuatu yang lebih personal gitu ya kayaknya. Sesuatu yang belum pernah tuntas sejak era perbudakan yang dihapuskan lebih dari satu abad yang lalu :(.

Dalam kondisi biasa mungkin bisa-bisa saja diredam. Cuma sekarang US menghadapi situasi yang cukup sulit. Pemerintahan negara bagian vs pusat saja sempat eyel-eyelan soal keputusan lockdown.

Fasilitas kesehatan US yang dikenal sangat-sangat mahal dan kebanyakan mengandalkan swasta :(. US juga mengenal kesenjangan ekonomi yang sangat curam antara yang kaya dan yang miskin.

Terbayang kan bebannya masyarakat kelas bawah di sana yang penghasilannya terenggut habis-habisan kalau sampai ada lockdown? Boro-boro ada subsidi.

Rumit memang dunia ini.

Di Indonesia ada pula fasilitas kesehatan selevel BPJS yang mahasakti semua-mua-mua ditanggung gratis tapi pada ogah bayar iuran yang dianggap terlalu mahal.

Di Eropa mungkin sistem kesehatan jaminannya lebih bagus tapi terbayang tidak setengah matinya pemimpin-pemimpin Uni Eropa mengatur napas nalangin subsidi orang sekian banyak ini di masa lockdown pandemi?

Pikirin jangka panjangnya. Jangan mikir enaknya doang dapat subsidi. Jangan kagum-kagum gak jelas sama Eropa yang sukses lockdown. Kurvanya sih melandai tapi wallahualam sama kas negara yang ikutan terjun bebas πŸ™ˆπŸ™ˆπŸ™ˆ.

Mereka hidup dari pajak, pajak, dan pajak. Yang diandalkan bayar pajak pun sekarang malah dapat sangu dapat pemerintah.

Terus masih juga mau banding-bandingin penanganan pandemi di berbagai negara? Masih merasa ini konspirasi ngana ngunu?

Kebanyakan nonton video-video prank di Youtube sih. Mbok sekali-sekali yang ditonton kehidupan nyata gitu loh :D.

Sungguh cobaan besar menjadi pemimpin negeri-negeri raksasa di dunia. Tapi kok ya saban Pilpres pada rebutan cakar-cakaran pengin menang πŸ˜₯πŸ˜₯πŸ˜₯πŸ™ˆπŸ™ˆπŸ™ˆ.

Semoga para pengambil keputusan di seluruh penjuru dunia diberi ketegaran berlipat ganda menghadapi masa-masa sulit di era pandemi ini.

Termasuk dilimpahkan kesabaran untuk menghadapi rakyat yang lagi seneng ngomel-ngomel di mana-mana. Memang situasinya lagi berat banget buat semuanya.

Sabar ya Bapak dan Ibu Presiden/Perdana Menteri, Raja dan Ratu sekalian. Memang sudah tugas kalian membawa kita semua keluar dari kemelut ini dengan aman dan nyaman.

Sesuatu yang harusnya sudah kalian sadari betul sebelum memutuskan meretas jalan menjadi orang nomor satu.

Nelson Mandela :
β€œIt is better to lead from behind and to put others in front, especially when you celebrate victory when nice things occur. You take the front line when there is danger. Then people will appreciate your leadership.”