by : Jihan Davincka
***
Sebelum benar-benar ke sana, bayangan saya tentang Timur Tengah memang kurang menyenangkan. Ada, sih, beberapa negara yang ingin saya datangi. Seperti misalnya Emirat yang terkenal dengan kota-kota berkonsep modern-internasionalnya (eg : Dubai dan Abu Dhabi).
Tapi saat kesempatan untuk tinggal di luar negeri benar-benar datang, sungguh tak menduga kota pertama yang harus saya datangi adalah…Tehran! Maaakkk, kota apaan, tuh?
Selain Tehran adalah ibukota negara Iran, satu-satunya hal yang saya tahu tentang Negeri Persia ini adalah nama presidennya yang sempat menebar wangi semerbak di tanah air di periode awal kepemimpinannya, Ahmadinejad.
Lucu ya, sekarang banyak hujatan kepada Persia si Negara Syiah. Sementara dulu, Ahmadinejad dipuja puji bak pahlawan. Hehehehe. It’s funny that how easy we are manipulated by news :D.
***
Kota Tehran bukan tujuan wisata yang umum bagi orang-orang Indonesia. Tak banyak pula warga Indonesia yang bermukim di sana. Uniknya, dengan bantuan Google, saya malah banyak menemukan curahan hati perempuan-perempuan asli Iran yang sudah hengkang ke negara Amerika.
Mereka menuduh pemerintahan Iran yang dianggap terlalu mengekang kaum perempuannya. Cara berpakaiannya pun diatur-atur. Duile, malah membuat semakin takut. Di tahun 2009 itu pula, Iran sedang seru-serunya berseteru dengan duet maut (Israel-USA) di media massa. Beberapa blog tentang kota Tehran kena blokir. Jadi makin takut.
Pernah ada kejadian, lupa deh, entah serangan bom atau apa di wilayah Israel oleh Palestina. Sewaktu suami sudah ke sana dan saatnya saya dan Abil harus ikut, sempat terjadi percakapan konyol,
“Bang, kena bom entar gimana?”
Suami saya heran, “Bom apa, sih?”
“Itu, Bang. Ada bom di Palestina apa Israel gitu.”
Suami langsung ngakak. “Bisa lihat peta, kan? Iran itu di mana? Dekat apa?”
Saya tetap bersikeras, “Ya kan sama-sama Middle East.”
“Makassar dari Jakarta jauh, enggak? Aceh dari Jakarta jauh, enggak? Pluit dari Pejaten aja jauh.” Suami saya menjawab sambil meledek.
Hehehehe. Saking takutnya, hilang sudah pikiran-pikiran rasional. Mengingat ini kesempatan untuk melancong ke luar negeri untuk pertama kalinya, saya berusaha menumbuhkan rasa semangat dalam hati. Biarpun sesekali mengeluh, “Ya Tuhan, kenapa Tehran, sih?”
***
Hanya butuh waktu beberapa detik untuk jatuh cinta seketika pada kota cantik yang ternyata memiliki 4 musim dan bersalju ini! Maklum cing, waktu itu masih norak-noraknya sama salju. Sekarang sih, ampun dijeeeeeeeee :P.
Begitu keluar dari bandara, saat taksi sudah melesat memasuki jalan, saya sudah takjub. Tidak pernah membayangkan kalau Timur Tengah bisa sehijau itu. Tahunya kan Timur Tengah = Gurun Pasir :P.
Mendekati pusat kota makin hijau. Pohon-pohonnya tertata rapi dan berwarna warni. Betul-betul dibentuk aneka rupa. Satu lagi yang langsung menarik perhatian, kota Tehran ini KEBERSIHANnya juara banget!
Bahkan bila dibandingkan dengan kota kecil Athlone di salah satu negara maju Eropa ini, Tehran masih lebih bersih :).
Tehran memiliki sistem pengairan yang sama dengan Indonesia. Saluran-saluran airnya tidak terletak di bawah tanah. Tapi di pinggir-pinggir jalan (got maksudnya hehehehe). Tapi selokan-selokannya lebih lebar. Saking bersihnya, pandangan kita bisa menembus airnya yang jernih hingga ke dasar saluran.
Sewaktu di Tehran kami mendapat apartemen yang mewah banget :D. Saya datang di bulan Juni, ketika puncak-puncak pegunungan yang mengelilingi kota Tehran masih berselimutkan salju nan tipis. Musim semi tengah berada di puncaknya. Tehran yang memiliki banyak sekali taman-taman bunga yang mahaluas dan mahaindah berada di puncak keindahan alamnya.
Ada dua taman favorit saya, Mellat Park dan Sai Park. Keduanya terletak di Vanak Street, jantung kota yang tak jauh dari posisi gedung apartemen.
Transportasi publik di Tehran dibangun dengan rapi dan teratur. Mulai dari bis, taksi hingga subway. Subwaynya mereka sebut Metro. Keren dan tentu saja…bersih ;). Sebagai Negeri berbasis agama (Islam-Syiah), tempat-tempat publik selalu memisahkan antara perempuan dan laki-laki. Termasuk dalam bis atau metro.
Tak terlalu perlu memiliki mobil karena cukup nyaman kemana-mana berjalan kaki atau naik taksi. Ada taksi murah, lho. Namanya “mustaqim”. Taksinya melewati jalur-jalur tertentu saja dan bisa dinaiki oleh siapa saja asalkan belum penuh. Murah sekali. Cuma 1000-3000 rupiah per rute.
Aturan berpakaian juga ada di Tehran. Tapi tidak seketat Saudi. Di Iran, perempuan boleh bercelana jeans atau celana apa pun. Asalkan bajunya lengan panjang dan memanjang hingga menutup minimal setengah bagian paha.
Rambut mesti ditutup kerudung, tak mengapa bila rambut terlihat. Ini aturan umum yang berlaku buat SEMUA PEREMPUAN, baik muslim maupun non muslim.
Perempuan bebas bekerja di Iran. Bebas menyetir sendiri. Preman-preman lho para pengemudi perempuan di sana hehehehe. Obat-obatan yang dijual di apotik sangat murah. Waktu itu Abil sempat sakit mata. Masa harga obatnya cuma 14 ribu rupiah, sudah termasuk obat tetes + salep + obat minum (terserang bakteri jadi ada semacam antibiotik minum juga).
Satu hal yang cukup menyiksa adalah urusan perut. Waktu itu belum semahir sekarang dalam urusan dapur :D. Tapi di Tehran tidak ada gerai-gerai internasional asing yang umum terdapat di tanah air dan kota-kota besar dunia lainnya. Tidak McD, tidak ada KFC, tidak ada Pizza Hut. Intinya, embargo ekonomi US tidak mengizinkan gerai-gerai Amerika berdiri di seluruh penjuru Iran.
Makanan khas mereka nyaris tidak ada rasa. Ada sih gerai internasional dari Eropa, tapi kan tidak populer di tanah air.
Di salah satu sudut kota kami sempat melewati sebuah lahan luas yang masih dihuni sebuah bangunan yang sudah rusak separuh.
“Ini tempat apa, Bang?” Tanya saya ke suami.
“Nah, ini dulu kedutaan Amerika Serikat. Habis revolusi Iran, mereka cabut. Gedungnya dibiarin begitu saja.”
Tapi harga-harga pokok di Tehran relatif mahal-mahal. Susu dan coklat saja yang harganya murah. Satu lagi hal yang mengagumkan dari Negeri Para Mullah ini, TAK ADA PENGEMIS SAMA SEKALI! Tapi soal keramahan orang-orangnya, sebelas dua belas deh sama orang-orang Arab hehehe. Sama songongnya :P.
Kotanya berhasil mencuri hati seketika kaki melangkah keluar dari bandara, tapi sayangnya, rezeki pekerjaan tidak mulus. Suami memutuskan untuk mencari peruntungan di tempat lain. Saat itu harapan kembali merekah. Sewaktu kami sekeluarga masih di Tehran, kabar baik malah datang dari Jeddah. Lagi-lagi Timur Tengah. Ya sudahlah.
***
Meskipun banyak episode-episode terbaik dalam hidup saya malah bertempat di Jeddah, tapi Tehran ini ‘cinta pertama’ hehehehe. Hanya ingin berbagi soal salah satu kota tercantik di dunia ini. Pesonanya yang nyaris tenggelam dengan maraknya pertentangan yang menyoroti paham Syiahnya.
Padahal kalau mau jujur, dalam hati kurang suka dengan suasana Jeddah yang sangat kental kapitalisnya. Kelebihannya yang hanya bisa dinikmati secara maksimal oleh mereka yang memiliki materi lebih.
Makanya, selalu ada dua sisi tentang Negeri Saudi yang mampir ke telinga kita.
Jangan bingung, begitulah gemerlapnya Saudi, yang sering dianggap perwakilan mayoritas Sunni. Di satu sisi membuat banyak hal terlihat indah. Di saat yang sama, menggoreskan sakit hati yang tidak sedikit bagi beberapa pendatang yang kurang beruntung :(.
It doesn’t feel right. Terutama bagi saya, yang pernah dimanjakan oleh indahnya kehidupan di ibukota Persia, penganut paham Syiah paling populer di dunia. Pernah menjadi bagian dari ‘beberapa hal tidak menyenangkan’ yang menjadi fakta-fakta dari kota Jeddah. Jeddah, kota terbesar ke-2 di Saudi, yang sering dijadikan kiblat kaum Sunni.
Kalau saya pribadi, lebih suka menyoroti ketidaksukaan saya pada kaum ‘kapitalis’. Tidak sreg dengan ‘kapitalisme’. Sebuah paham yang mengajarkan bahwa uang adalah segala-galanya. Bahwa harga diri kita adalah apa yang kita pakai. Yang menjurus pada tampil mentereng adalah kewajiban untuk mendapatkan penghormatan dari orang lain. Dalam memilih alat penunjang hidup, kita mulai menafikan fungsi dan kenyamanan. Merek dan gengsi lebih dipertimbangkan.
Kedengarannya sepele. Padahal semua penghargaan yang terlampau tinggi pada MATERI ini adalah dasar dari begitu banyak bencana yang telah (dan mungkin akan) menimpa kita semua.
Jangan lupa sambangi tulisan-tulisan saya tentang Kota Jeddah juga ya hehehe ;).
***
gegara disuruh liat peta, langsung google peta hehe.
Jangan lupa pakai skala :D. Kalau tidak, semuanya terasa deket hehehehehe. Ternyata letak Iran memang cukup jauh dari Israel :D. Malah Saudi yang lebih deket ke Israel.
Jadi pengen ke Iran ih…. cakep banget kayaknya 🙂
Sama dengan aku mbak Jee, jatuh cinta sama Mesir. Biarpun kotanya lebih macet & kotor dari Jakarta, orangnya suka nggak tertib dan ngomongnya suka tereak2,, deesbe.. tapi Mesir punya banyak hal yang bikin aku betah. Itu lho bangunan2 tuanya eksotis banget, & tiap sudutnya tersimpan sejarah.. ih koq jadi curcol yah hahaha…
Salam dari negeri seribu menara… ^^
Wah, jadi pengin ke Mesir nih (hihihihihi, tukeran :P).
Ihhh jadi pengen ke Tehran 😀 Jadi penasaran juga sama muslim syiah disana. Kayak gimana sihhh sebenarnya kehidupan muslim syiah disana mbak? Kalau di Indo kan orang suka menuduh mereka sesat, padahal kan enggak. Mau donngg diceritain lebih banyak mbakk…biar bisa bikin sejuk hati dan memperkuat ukhuwah islamiyah sunni-syiah. Alahhh apa pula ini 😀 Salam kenal ya mbak… Seneng baca2 blognya 🙂
wah, Makassar ke Jakarta cuma 2 jam jarak tempuh lho mak,,hehehhe aku kan wong Bugis Makassar 🙂 salam ya,,,
saya juga pengen mampir ke negeri ini, penasaran banget sama si om Ahmadinejad ini :3
salam kenal mba cantik 😉
enak nih jadi ibu mahmud yg sring jlan2 ke luar negri. *ket : mahmud (mamah muda)
klw boleh tau, suaminya kerja apa mba, ko baca critanya, suaminya pindah2 kerja trs?… 😉
Gak sering-sering amat kok. Kerja di telco ya. Cuma 2x pindah. Cuma pas yang sekarang itu kerjanya on-site jadi pergi-pergi ke banyak negara untuk proyek :D.
ka, mau tanya ak bulan november mau ke iran, boleh minta info cuaca dn hotel yg murah dekat ke transportasi dn tempat2 bagus..
mohon benar2 bimbingan dan infonya ka :’)
Waduuuuhhh, udah lama banget enggak ke Tehran nih. Coba googling aja Dear :). Kalau cuaca Iran adalah negara 4 musim di belahan utara. Jadi kira-kira bulan November tuh masuk mmusim dingin dan seharusnya ada salju.
Enak yaa yg bisa keliling duniaaa..?