[Netflix] CLICKBAIT

Manage your loneliness! –> salah satu pesan penting dalam serial CLICKBAIT ini.

Walah, bisa seserius ini membahas soal manajemen kesendirian, mengatasi kesepian? Indeed!

Dunia digital, kehadiran internet, dilengkapi dengan aneka rupa media sosial yang mudah dijangkau kalangan mana saja, sangat memudahkan kita untuk mengisi waktu luang. Apalagi kalok bosan, lagi sendiri.

Di era sebelum hidup didominasi yang onlen-onlen, bosen mah paling ngisi TTS, maen tetris (hahaha), nonton tipi, ato ke luar ke mal jalan-jalan, dst dst. No harm’s done.

Sekarang? Beuuuhh, sekrol-sekrol newsfeed IG, FB, Twitter aja malah bisa bikin lupa waktu. Jadi ikut ngegosip, punya tabungan bahan rumpi yang banyak (hahaha), dan sedihnya, tanpa sadar ikut menjudge, syukur-syukur gak ikut komen (hahahaha *lagi*).

Baca Juga : “[Netflix] The Social Dilemma : Dunia dalam Media Sosial”

Dunia kita terpampang lebar antar benua. Gak perlu lagi beli tabloid ini itu, majalah luar yang mahal-mahal, kehidupan artis nun jauh di sana tersaji lengkap via story keseharian di IG. Bayar kuota mah keciiiilllll dibanding beli-beli aneka rupa media cetak ye kaaaan :p.

Kalok kreatif dikit, isengnya bisa lebih serius nan fatal … demikian pula konsekuensinya!

Suka nonton Black Mirror? Nah, Clickbait ini bisa dibilang “versi panjang”nya Black Mirror. Jika Black Mirror banyak mengandung satir dan rasanya “agak jauh dari dunia nyata” maka Clickbait adalah versi “real life”nya.

Original Netflix versi thriller yang sangat memukau. Dengan ending yang bikin terhenyak. Twist yang luar biasa pokoknya dah huhuhu.

Baca Juga : “[Netflix] : Virgin River”

Cerita didominasi fokus pada anggota-anggota keluarga Brewer.

Hari itu, Oakland dikejutkan oleh viralnya sebuah video tentang seorang laki-laki bernama Nick Brewer. Sebuah video “palsu” yang judulnya memang “CLICKBAIT” banget.

Menghilangnya Nick dan munculnya video viral tadi menjadi fokus utama dari serial ini.

Serialnya kurang dari 10 episode. Yang menarik, di tiap episode penonton tidak hanya fokus kepada isu utama menghilangnya Nick tapi berbagai persoalan sehari-hari yang sangat related di dunia nyata.

Kita dibawa berkeliling melihat sudut pandang The Sister – The Detective – The Wife – The Reporter – The Brother – The Son hingga akhirnya nyangkut di episode terakhir jeng-jeeeennngg … “The Answer”.

The Answer ini menyadarkan kita banget betapa media sosial ini bisa menghubungkan siapa saja. I mean, SIAPA SAJA, dengan cara yang sangat tidak terduga.

Belum lagi perkara CLICKBAIT yang sangat sering dipraktikkan di media-media online -_-.

Salah satu persoalan nyata yang menarik :

Ketika menginterogasi Sophie Brewer (istri Nick), polisi menghardik, “Jika pernikahanmu bahagia, kok situ selingkuh?”

Ouch! Pak polisi dan beserta (mungkin) jutaan manusia di dunia banyak yang menganggap begini. Padahal sadarilah, perselingkuhan tidak selalu hadir dalam pernikahan yang tidak baik-baik saja. There’s so much into that.

Baca Juga : “Can’t Help Falling in Love (Perselingkuhan dalam Pernikahan, WHY?”

Kemudahan akses yang disediakan oleh internet untuk menjangkau siapa pun salah satu yang membuat potensi perselingkuhan makin besar? Bisa jadiiiiii hehehehe.

Tentang Pak Detektif ganteng (uhuy!) yang kebelet pengin promosi tapi kadang dihantui oleh status minoritasnya. Padahal sih, hal-hal seperti ini kadang stereotip yang terlanjur kita telan. Kenyataannya?Ternyata gak ada hubungannya.

CLICKBAIT (L to R) PHOENIX RAEI as ROSHAN AMIR in CLICKBAIT Cr. BEN KING/NETFLIX © 2021

Let’s work harder on this. Manage our fear. All of us.

Baca Juga : “[Netflix] : Serial Shtisel : Keseharian Keluarga Ultra Orthodoks Yahudi”

Intinya serial ini menyoroti pengaruh besar dunia digital/internet/media sosial dalam kehidupan kita sehari-hari.

Fakta bahwa manusia tidak ada yang luput dari kelemahan sih bukan hal baru. Tapi benarlah kalau era digital makin memungkinkan sisi-sisi yang dikira akan tertutup rapat itu bisa terbuka dengan jelas.

Lihat saja kalo ada isu, gilak dah, netijen secepat kilat bahu membahu mencari fakta, mengorek konten media sosial bersangkutan sampai satu dekade sebelumnya. Warbayasak ini hahahaha.

Ngeri-ngeri sedap, ya. Berasa gak punya privasi huhuhu. Mungkin ada baiknya kita menyadari manfaatkanlah medsos (including whatsapp!) untuk hal-hal yang sebelum ada medsos memang ditujukan untuk public. Other than that, just keep it with ourself.

Duh, ngeri itu soal metadata. Itu beneran sih. Tapi berkat metadata pulak kejahatan ini terbongkar. Halah, halah, galau abis 😅🙏😟.

Era digital memang memberikan begitu banyak pilihan untuk melarikan diri dari dunia nyata. Hal-hal yang tadinya cuma iseng kok ya bisa menelan nyawa.

Serial ini to the point menegaskan betapa pentingnya menyadari bahwa jangan dikira keisengan di dunia maya hanya berakhir begitu saja.

Banyak twist sana sini. Instead of kesel salah nebak mulu, tiap episodenya sungguh tidak mungkin dilewatkan.

Asal tau saja, karena takut binge, setelah episode ke-2 saya langsung loncat ke episode terakhir biar tau endingnya. Laaahh, setelah tahu malah makin penasaran dan balik lagi ke episode 3, hahahaha.

9 out of 10. Simply because, hingga akhir cerita, saya gak nemu jawaban yang pas, WHY HIM? WHY HIM? WHY HIM? WHY HER? WHY HER? :(. Him-him dan her-her mana saja yang dimaksud, monggo langsung dicekidot sendiri di Netflix, yes? :p

Atau memang hidup bisa serandom itu, ya. Membuat kita makin desperate jadinya. Betapa kerandoman ini bisa menimpa siapa saja yang tidak hati-hati :(. Gak boleeeehhh curhat sembarangan, camkan ituh!

Ah ya, gak bisa dapat perfect 10 juga juga akting pemeran Pia yang terlalu lebay hahahaha.

Selamat menonton! 😉