Dampak Gadget pada Anak Generasi Milenial, Yay or Nay?

Dampak gadget pada anak ini sebenarnya kegelisahan yang sudah agak lama. Sekarang-sekarang jadi rame lagi.

Persoalan pertama mungkin gini. Kita harus paham tiap generasi memang punya masanya masing-masing. Soalnya ada yang ngotot kalau kok jaman dulu terasa lebih indah, lebih syahdu, lebih tidak banyak masalah bla bla bla.

Ya semua juga ngerasa gitu hahahahaa. Ini pernah saya tulis di tulisan yang ini nih ;).

Misalnya kakak sulung saya (lahir era 60 an) hobiiiii banget mencela selera musik saya yang tahun 90 an itu. Dia selalu meracau betapa kerennya musik-musik tahun 70 dan 80 an.

Ya sama kayak kita sekarang, hobinya mencela selera musik generasi milenial dan sibuk merapal betapa kerennya boyband 90 an yang lebih macho daripada geng Korea dkk itu hahahaha.

Masa banding-bandingin Westlife vs BTS. Heloooooo ???

Nenek juga begitu. Pas era blender, nyinyirin Mama melulu apa-apa tuh mesti blender. Nenek maunya tuh apa-apa DICOBEK, apa-apa DITUMBUK. Jajanan anak kudu masak sendiri, gak boleh sering-sering jajan.

Aduh almarhumah Nenek bisa lebih stres lagi karena sekarang era Food Processor dan even ada GoFood loh Nek hahahahaha.

PERUBAHAN itu memang tidak pernah mudah ^_^.

dampak gadget pada anak

Tapi akan lebih wakwaw lagi kalau kita malah menghalangi anak-anak untuk “melihat dunia” ;).

Soal game online, memang dulu kalian gak pernah ngerasain keranjingan TETRIS? Saya dulu b isa lupa makan lupa mandi gara-gara TETRIS hahahaha.

Saya mau cerita sedikit tentang pengalaman menyekolahkan anak di Texas (Amerika Serikat / US) selama setahun.

Sekolah publik tempat anak saya memang di atas rata-rata, ratenya 9 (out of 10). So that you know, sekolah publik di US itu pakai sistem zonasi yang ketat. Kasarnya, situ tinggal di pemukiman elit, otomatis sekolah juga lebih bagus.

dampak gadget pada anak

Kami beruntung soalnya dapat assignment dari kantor. Tau sendiri kan perusahaan Eropa kalau memperlakukan karyawan emang bak raja hehehehe. Dapat apartemen di kawasan mewah ya otomatis dapat akses ke sekolah publik yang ratenya hampir sempurna.

Hubungan antara guru dan orang tua murid BANYAK DIFASILITASI OLEH APLIKASI via ponsel yang kekinian (Seesaw, ClasDojo, Parents Gateway dst). Sumpah saya juga baru tahu ada aplikasi-aplikasi beginian di Play Store Google. Gratisan kok.

Anak-anak juga punya login di sana. Jadi sementara mungkin kebanyakan ortu dibuat kewalahan sama dominasi gadget pada anak-anak, SEKOLAH malah memperkenalkan gadget pada murid-murid. In a positive way lah ya.

Jadi semua memantau ngapain aja anak di sekolah. Komen-komenan di situ. Jadi lucu, anak posting prakaryanya, dipuji ama gurunya, terus ortunya bisa sok-sok an, “Eeeehhh ini anak saya looohhh” :p.

Tiap guru punya akun Instagram dan tentu memposting foto anak di sana perlu persetujuan langsung dan tertulis dari para ortu.

Tentu ada komunikasi visual dan langsung juga. Tapi ya ampun sumpah terbantu banget euy.

Ada ekstrakurikuler programming sejak KINDERGARTEN (TK, usia 5 tahun). Cakeeeeeeppppp. Gak dipaksa ya, tapi diperkenalkan. Kalau ada yang tertarik, bungkusssss, difasilitasi oleh sekolah.

Saya terbengong-bengony oleh cerita anak sulung yang jadi semangat belajar programming karena sahabat-sahabatnya di sekolah (kelas 3 SD waktu itu) banyak yang jago coding. W O W, wow!

Biasa aja, anak-anak SD nenteng gadget ke sekolahan ^_^. Sama sekolah BOLEH ^_^.

Anak-anak diperkenalkan pada aplikasi GAME ONLINE, tapi temanya BELAJAR MATEMATIKA atau KECAKAPAN BERBAHASA. Ternyata banyak sekali situs-situs begituan ya Allah saya bener-bener baru tahu ?????.

Mereka berkompetisi di game online begituan. Seru gilak. Semacam game adventure tapi penuh pertanyaan Matematika.

And did you know, di apartemen-apartemen di Texas itu, dilengkapi dengan ruang komputer yang punya PC sampai 5 bijik. Nah saya dan anak-anak kalau iseng dan kebetulan ruangannya kosong, kami duduk di situ bertarung lewat game Online Matematika ???.

Sungguh kutiada terbayang Amerika Serikat sudah sejauh itu. Karena di Irlandia pun yang sudah tergolong negara mau ini, yaelaaaaaa, masih cupu bangeeeeettttt hihihi. Palagi saya di kampung/dusun kecil.

Pernah ngobrol dengan temen-temen emak2 Indonesia di sini, kami terpana anak-anak kelas 6 SD di Athlone masih nonton Peppa Pig cobakĀ ??????

SEmentara anak-anak kelas 3 SD di Texas obrolannya sudah selevel, “Eh kamu sudah pernah nyobain programming ini belum? Asyik loh. Mau gak bikin game bareng?”

((BIKIN GAME BARENG)) ???.

So, zaman memang sudah berubah :). BERUBAH itu tidak selalu berarti lebih baik, lebih buruk, lebih gimana-gimana. Well, simply, it’s CHANGED :). Di luar kuasa kita ^_^.

Tidak bisa lagi mungkin kita memaksa bocah-bocah SD kita, “Sonoooo main kelereng sama teman-teman di halaman belakang” ???.

Kita temani mereka, kita bimbing mereka, to make the best out of them di ERA DIGITAL ini. Jangan dilarang-larang main TIK-TOK. Ajarin bikin konten lucu-lucu emesh tapi jangan yang annoying. Ajarin aja bikin-bikin vlog sehari-hari. Gak usah diedit profesional, semampunya mereka aja.

Of course, tetap semangatin baca buku. Tapi beri sentuhan milenial. Ajak mereka bikin review yang mereka baca via vlog / blog. Jangan malasssssssss, blog sekarang gratisan dengan template lucu-lucu. Gak susah kok, sumpah.

Ajarin mereka tutorial aplikasi instead of menghabiskan waktu nonton yutub channel gak jelas macam instant-instant karma gak penting ituh ???.

Tahu tidak sekarang banyak anak-anak milienial belajar main musik / olah vokal via Youtube atau aplikasi Android/iOS lainnya ;).

Saya juga masih proses belajar. I know dalam apraktiknya berat banget. Kuterasa selama libur panjang dengan cuaca mendung manja khas Ireland di mana susah mau nyuruh mereka main di luar sering-sering.

Ya sudah, berdamai saja. Kalau lagi capek dibiarin aja main game ampe begok hahaha. Tapi tetap ada target ;). Tetap harus membaca, diingetin kalau emaknya lagi inget hahahaha. Tetap harus nge-blog, tetap harus coding.

Buat yang mau ngajarin programming ada SCRATCH loh. Ish, aplikasinya lucu, balita aja harusnya bisa ngikutin ^_^.

dampak gadget pada anak

Berkaca dari sekolah di Texas, mungkin PERKUMPULAN ORANG TUA MURID bisa bekerja sama dengan sekolah terkait penggunaan GADGET yang sehat di era milenial ini ^_^.

Jangan malah gadget-nya yang dikafir-kafirin ????. Malah ngajarin anak untuk benci sama gadget. Et dah :p.

Jangan menyerah ya, Dear Fellas-Parents ???.

WE CAN DO THIS ??????.