Kisah Nabi Syuaib

FIKSI dalam Kitab Suci?

Kaum Madyan, dalam kisah nabi Syuaib, diceritakan gemar berbuat curang, licik, dan tidak adil. Salah satunya, melebihkan timbangan dalam urusan jual-beli.

Nabi Syuaib dikirimkan oleh Tuhan untuk memberi peringatan kepada kaum tersebut. Karena membangkang, hukuman keras pun dijatuhkan.

Kisah nyata atau bukan, sih? Fiksi kah? Rekaan semata? Atau memang benar adanya?

Pertanyaan saya, DOES IT MATTER ???

Kisah Nabi Syuaib
Gambar : pixabay.com

 

Apakah kisah tersebut diuraikan berulang-ulang dalam kitab suci agama-agama Samawi dengan alasan supaya kita :

1. Mencari di pasar mana itu kejadiannya saat Kaum Madyan melebihkan timbangan? Iyah dong, kalau bukan FIKSI ya pasti ada datanya.
2. Apa warna rambut Nabi Syuaib? Ganteng kah? Berapa tinggi badannya, ya? Cerita-cerita non fiksi pasti mudah membuktikan hal seperti ini.
3. Siapa saja nama-nama para pedagang yang suka curang itu?

SERIOUSLY???? ???

Coba diubah sedikit sudut pandangnya –> “Woowww, ngelebihin timbangan aja, itu juga paling jual-jual sembako di pasar, sampai dihukum segitu berat?”

Apa sih bahayanya melebihkan timbangan itu? Paling curang-curang 100-200 gram. Gak bakal bikin orang lain meninggal, lah.

OH, REALLY????

Mungkin, istilah melebihkan timbangan jadinya lebay untuk hukuman seberat itu. Geser dikit saja, melebihkan timbangan itu kira-kira sama tidak maksudnya dengan melebihkan anggaran?

Nah, kalau dengar kata ANGGARAN, mudah-mudahan segera siuman dan paham bahayanya tingkah laku yang kita anggap sesederhana MELEBIHKAN TIMBANGAN .

Teman-teman, melebihkan ANGGARAN merupakan salah satu praktik KORUPSI yang sangat-sangat lazim di berbagai negara. Berbagai negara itulah yang kini sangat terpuruk dan tertatih-tatih untuk berusaha bangkit.

Gambar : pixabay.com

 

Tidak perlu saya terangkan EFEK dan BAHAYAnya kaaaaaaannnn. Jangan yaaaaa, saya lagi datang bulan nih, lagi enggak bisa diajak becanda ha-ha-ha .

Sudah pernah baca artikel saya tentang Indeks Persepsi Korupsi (IPK) negara-negara di dunia belum? Berbanding cukup lurus antara IPK dan kesejahteraan masyarakat secara umum dalam negara yang sama.

Efek korupsi sanggup melumpuhkan sosial-hukum-ekonomi suatu bangsa. Rendahnya tingkat pendidikan, terorisme, lingkungan tidak layak, adalah sebagian diantaranya.

Tidak usah kalian pusingkan kalau ada yang bilang fiksi lah anu lah itu lah. Karena bukan itu tujuan dan inti sari yang mungkin ingin disampaikan Tuhan melalui kisah-kisah, melalui ayat-ayat suciNya.

Renungkan hikmahnya. Tidak usah dipikirkan apa warna kapalnya Nabi Nuh atau seberapa gede itu kapal sehingga bisa mengangkut milyaran jenis hewan whatsoever .

Mungkin dari hikmah-hikmah yang ada bisa kita sarikan kepada bagaimana kita bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana pesan-pesan ini sungguh punya makna mendalam untuk menebar manfaat bagi kehidupan yang lebih baik bagi SELURUH UMAT MANUSIA.

Kisah Nabi Syuaib
Gambar : pixabay.com

 

Kemarin saya membaca tulisan Mbak Andri Ani mengenai peneliti yang membandingkan produktivitas seseorang berdasarkan keyakinannya beragama.

Ya itulah. Sudah seharusnya agama itu tidak membuat kita gampang sewot, meributkan hal-hal yang sungguh jauh dari intisari atau pesan yang ingin disampaikan.

Agama seharusnya meningkatkan produktivitas yang berbanding lurus dengan efek positif ke diri sendiri dan orang lain. Agama membawa kita menjadi orang-orang yang lebih bersemangat menjadikan dunia ini menjadi tempat yang lebih baik UNTUK SEMUA MAKHLUK.

Jangan hanya “indah dan menyenangkan” buat orang-orang yang satu pandangan politik denganmu saja, yes? #eaaaaaa#ekorCebongnyaManaKak ha-ha-ha.

Keimanan, konon seharusnya mendekatkan kita kepada ketenangan.

“Wa man tabi’a hudayya falaa khaufun ‘alaihim walaahum yahzanuun.” –> Siapa yang mengikuti petunjuk, maka tak ada ketakutan padanya, tidak pula ada kesedihan.”  –> nah saya juga kurang paham apakah ini fiksi apa bukan.

Tingkat keimanan tidak diukur berdasarkan seberapa sering kalian mengamuk kalau ada orang lain berkomentar “aneh-aneh” tentang kitab suci dan semacamnya, kan? Atau memang itu ukuran keimanan yang benar, ya? You tell me.

Kalau memang sungguh ingin membahas FIKSI, apa masih kurang banyak serial Marvel yang bisa kita bahas bareng-bareng? Hihihi. Ih coba deh, gue belum nonton Black Panther cobak *akuMerasaHina* huhuhu >_<.