Paham komunis : Puluhan tahun generasi bangsa didikte untuk membenci hal yang sebenarnya tidak pernah kita pahami benar-benar. Kepada ideologi komunisme misalnya. Saya tidak menganggap komunisme itu keren atau gimana-gimana. Tapi ternyata benar bahwa distorsinya cukup signifikan.
Bahkan banyak tokoh-tokoh pergerakan yang juga benar-benar ikut berjuang selama puluhan tahun yang kiprahnya ikut menguap karena sengaja dilenyapkan :(. Sebutlah salah satu tokoh komunis “terbesar” di tanah air … Tan Malaka.
Namanya bersanding dengan Soekarno, Mohammad Hatta dan Soetan Syahrir, digelar “Bapak Bangsa” oleh redaksi Majalah Tempo. Biografi keempatnya diterbitkan secara terpisah oleh Tempo beberapa tahun silam.
Sosok Tan Malaka, jauh sekali dari bayangan “doktrin Orba” akan paham komunis atau ideologi komunisme. Dibesarkan di Ranah Minang, dengan keislaman yang kental, Tan Malaka tidak pernah melepaskan status muslim hingga akhir hayatnya.
Sekitar tahun 20-an di Belanda, Tan Malaka pernah mengungkapkan kekecewaannya terhadap Stalin kepada Bung Hatta. Menurutnya Stalin telah menjelma menjadi seorang diktator kejam pasca merebut kekuasaan.
Bung Hatta yang memang tidak pernah “suka” dengan paham komunis / komunisme menyindirnya, “Bukankah diktator adalah bagian dari komunisme?”
Tan Malaka menentang keras. Menurutnya konsep komunisme adalah sebuah pengabdian dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Konon, inspirasi pembicaraan ini direkam oleh Bung Hatta dan dituangkannya dalam Pasal 33 UUD 1945. Coba dicek sendiri hehehe.
CMIIW, ya. Shame on me, enggak ingat sumber bacaannya. Heran deh, kalau gosip artis aja, saya gampang bener ingat sumbernya hahaha :p.
Komunisme, kalau dibaca benar-benar teorinya adalah sebuah paham yang nyaris tanpa cela. Komunisme memimpikan kehidupan masyarakat tanpa kelas, yang kaya menyokong yang miskin, keadilan sosial yang merata tanpa mengenal kaum papa.
Mungkin karena itulah, tokoh-tokoh komunis dunia lahir dari mereka yang tumbuh dan besar dalam kemiskinan di tengah-tengah kapitalisme penguasa. Stalin dan Mae Zedong misalnya. Merangkak dari bawah, menyaksikan ketimpangan kesejahteraan masyarakat. Lantas bertekad membangun komunisme untuk mengenyahkan ketidakadilan yang juga mereka rasakan sendiri.
Simak cita-cita Mae Zedong saat berada di tampuk kekuasaan, yang menginspirasinya untuk menerapkan konsep “The Giant Leap”
Kira-kira begini cita-cita Mae Zedong –> “Rakyat China tidak akan ada yang kelaparan karena pemerintah sanggup menyediakan makanan sebanyak-banyaknya. Rakyat China tidak perlu ke luar negeri untuk jalan-jalan karena pemerintah sanggup membangun negeri China yang sangat indah di seluruh pelosok. Tidak ada orang miskin, tidak ada yang tertindas, tidak ada yang sengsara.”
Mereka hendak menciptakan surga di dunia :). Korsletnya di mana? Untuk memenuhi cita-cita ini, mereka maksa!!!
Kaum komunis lupa sifat dasar manusia :). Menafikan fakta bahwa manusia tidak bisa dipaksa. Bahwa “surga” tidak akan terwujud hanya dengan campur tangan manusia.
Yang tidak setuju dan tidak menurut dienyahkan. Pemimpin komunis tidak segan-segan menebar teror dan propaganda untuk melenyapkan pihak yang tidak sepaham. Mae Zedong memaksa petani bekerja siang malam demi kecukupan pangan yang dicita-citakannya untuk seluruh rakyat China yang super banyak itu.
Ironis bukan? Mae Zedong hendak meningkatkan kesejahteraan para petani di negerinya yang tertindas segitu lama tapi praktiknya…??? Hendak mencapai surga dengan menciptakan neraka bagi kehidupan orang lain. Piye jal? :p.
Kontroversi lain adalah tokoh Che Guevara. Katanya sih, sahabat kaum miskin dan tertindas. Tapi di mata lawan-lawannya, Guevara adalah seorang pembunuh berdarah dingin yang tidak segan-segan membantai siapa pun yang tidak sejalan.
Komunis adalah atheis juga salah kaprah yang sering terjadi :). Mungkin karena Karl Marx, si pencetus “Das Kapital”, yang dijadikan rujukan para tokoh komunis dunia, menentang agama di sisi lain. Di masa-masa Marx menulis buku-bukunya, negara Eropa banyak yang masih berbentuk kerajaan dengan menganut agama tertentu. Marx menganggap agama dijadikan para penguasa untuk menekan orang-orang miskin agar tidak melakukan perlawanan.
Stalin, dibesarkan sebagai seorang Katolik dan digadang-gadang oleh ibunya agar menjadi pendeta. Tapi justru Stalin tidak suka dengan doktrin-doktrin agama yang menurutnya sudah membodoh-bodohi rakyat miskin untuk tidak menuntut haknya untuk hidup sejahtera kepada penguasa.
Mae Zedong, pada dasarnya juga tidak pernah mengenal agama samawi :D. Jadi ya, dia mau jadi komunis apa enggak, condongnya pasti ke atheis.
Padahal, di Indonesia sendiri, komunisme dianggap perlawanan terhadap imperialisme. Tokoh-tokoh “kiri” di Indonesia yang ikut mati-matian merebut kemerdekaan itu banyak lho, Kakaaaa :D. Sebagian besar pun kelahiran tanah Minang :).
Orang Minang, di masa pergerakan banyak melahirkan pemikir besar yang sekaligus terjun langsung ke kancah perjuangan secara fisik. Rata-rata mereka dibesarkan dalam pendidikan Islam yang kuat ala-ala pesantren. Suku lain enggak usah sirik :p. Fakta masa mau dilawan, Cuy. Walau tidak semua yang kekiri-kirian pasti komunis.
Muso pun seorang muslim. Muso itu Musa dalam bahasa Jawa. Tapi coba, ada yang berani gak ngasih nama anak Muso pasca 1965? :p. PKI lahir dari beberapa tokoh yang besar dalam naungan Sarekat Islam.
Antara Mae Zedong vs Stalin pun sempat terjadi cekcok di mana hubungan sempat mendingin.
Keinginan para sejarawan untuk mengungkap peristiwa G-30-S dari sudut pandang satunya lagi tidak hendak mengatakan bahwa PKI seharusnya dibiarkan hidup dan terus berkembang di tanah air. Tapi sekadar meluruskan sejarah yang sudah saya sebut di atas : distorsinya banyak pakai bangeeettttt :(.
Bahwa dalam perjalanan politiknya, PKI juga banyak melakukan tindakan-tindakan teror terhadap yang tidak sejalan. Tapi jangan sampai kebencian membuat kita tidak adil. Pernah ada yang mengklaim, PKI pernah membunuhi orang dalam masjid saat lagi sembahyang hingga darah menggenang semata kaki. First thing first, kasih tahu dong nama masjid dan lokasinya? Ada yang tahu?
Tapi banyaknya jumlah korban yang terbunuh pasca G-30-S ternyata bukan rekayasa :(. Pemerintah hanya mengakui 500 ribu orang, which is bukan jumlah yang sedikit juga kan? Penelitian selanjutnya, bahkan pengakuan orang-orang yang “terlibat” dalam pembantaian berani mengklaim korban mencapai satu juta orang. Bahkan ada klaim hingga 3 juta orang.
Mengapa sulit menemukan angka yang pasti? Karena keluarga korban banyak yang memilih bungkam. Sebagian takut ribut-ribut demi kelangsungan hidup anak-anak dan cucu mereka. Karena saking lebaynya, generasi-generasi lanjutan dari orang-orang yang “tertuduh PKI” pun harus menanggung “dosa” orang tuanya.
Propaganda komunis bahaya laten disuburkan oleh rezim yang berkuasa setelahnya karena mereka butuh legitimasi kekuasaan. Tidak mudah merebut simpati rakyat dari Bung Karno saat itu :).
Juga yang menganggap Bung Karno menjadikan PKI sebagai anak kesayangan. Ingat Dekrit 1959? Jangan banyakan baca hoax lah. Sekali-sekali mbok ya baca buku sejarah beneran ngono lho hehehe :p. Kalau tak ada Dekrit 1959, di Pemilu selanjutnya sudah pasti PKI akan menang telak dengan banyaknya jumlah pendukung dan simpatisannya.
Justru Bung Karno hendak menekan “kebesaran” kaum komunis dengan menggeser mereka dari kursi legislatif. Saat itu cukup lancar walau ditentang oleh banyak petinggi partai. Bung Karno didukung penuh oleh Angkatan Darat. Sejarah pun mencatat, 6 tahun setelah itu, Bung Karno sukses dilengserkan oleh kekuatan yang sama.
Ya begitulah. Sejarah…tergantung siapa yang bercerita :). Makin banyak baca mudah-mudahan makin tidak mudah panik dan heboh sendiri hehehe :p.
Jangan sampai deh ya kita termakan hasutan dan ikut-ikutan membenci hal-hal yang sebenarnya tidak kita pahami. Mengerti enggak ikut memaki iya. Duh jangan sampai lah ya :). Kalau memang malas mencari tahu ya seharusnya jangan sampai ikut-ikutan benci enggak jelas hehe :p.
Salah satu buku sejarah mengenai G 30 S, ditulis oleh sejarawan John Roosa, dengan judul : “Dalih Pembunuhan Massal”. Mengupas lengkap dari peninjauan ulang terhadap dokumen dan bukti sejarah terkait kejadian ini.
Saya pernah menulis ringkasannya di sini :
“Dalih Pembunuhan Massa” bagian 1
“Dalih Pembunuhan Massa” bagian 2
“Dalih Pembunuhan Massa” bagian 3
“Dalih Pembunuhan Massa” bagian 4
“Dalih Pembunuhan Massa” bagian 5
“Dalih Pembunuhan Massa” bagian 6
“Dalih Pembunuhan Massa” bagian terakhir
Kalau ada waktu luang, sila dibaca.
Btw, buku aslinya bisa didownload gratis kok. Cari saja linknya via Google ;).
Sebuah negara itu tidak hanya dibentuk oleh pemimpinnya. Tapi oleh kerja keras semua elemen masyarakat. Apakah mungkin bersinergi secara positif kalau situ terus-terusan mencari kekurangan pemimpin sendiri? :). Mending baca buku sejarah kali ah hehehe :p.
Again, sejarah seharusnya membentuk pemahaman bukan penghakiman.
Mari berkontribusi positif dalam pembangunan negeri. Pekerjaan rumah bagi semua anak bangsa. Belajar sejarah salah satunya agar kita tidak mengulang yang pahit-pahit yang pernah terjadi :).
“Para politikus dengan kekurangan pengalaman dan pengetahuan mungkin dapat membawa negara ke jalan buntu. Tapi SELURUH RAKYAT akan membantu negara menemukan jalannya.” -Sutan Syahrir-
Numpang lewat sejenak. Yuk ah, mari ngurus anak bayi lagi hihihi :p.
***
tercerahkan…
Wow, pembahasannya keren banget, aku yang sudah banyak banget lupa sejarah dan kosong, jadi mendapat pencerahan. Setuju banget mba.
“Kalau memang malas mencari tahu ya seharusnya jangan sampai ikut-ikutan benci enggak jelas hehe.” –> ini banget poin yang aku setujui, gak hanya masalah PKI, sejarah, bahkan untuk semua hal, agama juga yang akhir2 ini banyak saling serang, saling share di media sosial, khususnya FB. *lap keringat*.
soalnya mau baca buku sejarah yang nyeritain cerita yang ‘bener’ kan ga gampang juga.. yang ada bingung duluan mesti baca buku yang mana 🙂 untunglah sekarang ini mulai bermunculan sumber yang ceritain apa yang sebetulnya terjadi, tapi itu pun mesti ngadepin paham yang udah kebentuk bertahun-tahun kalo komunis itu atheis, jahat, ga bertuhan, harus dihindari, dsb.. jadi ‘sekadar’ baca doang aja udah ngeper duluan…
Exactly. Kebanyakan yang nyinyir adalah yang tidak pernah membaca. Boleh ijin share di FB?
Salam kenal kak,
Tulisannya keren–like this 🙂
Akhir2 ini makin banyak banget orang yang ga baca, tapi sok pinter, sebar2 hoax, ga peduli kalo itu bisa menimbulkan fitnah. Tulisan ini salah satu yang mencerahkan 🙂
Salam
Nice mba saya juga lagi memahami masalah ini dari 2 sudut .
sudut sejarah orba sama setelah orba 🙂
nama ga kau pake takut aja orang yang sok tau tentang sejarah nyerang 😀
makasih yo