Masa sekolah untuk tahun ajaran ini akhirnya selesai sudah. Kemarin hari terakhir anak sulung saya masuk sekolah :D. Liburan musim panas ketok palu juga. Kalau yang kecil, jumat minggu lalu hari terakhir masuk pre-school.
Sekolahnya masih lama sudah merengek minta dibeliin seragam yang sama kayak abangnya :D. Finally, “big boy” juga ya Nak hihihihi :p. Pengin teriak “Yes, freedoooommmmm!” Tapi pan ini perut buncit isinya juga bentar lagi keluar. “Freedom”nya ditunda dulu hahaha.
Anak sulung saya bersekolah di sekolah Katolik. Umumnya sekolah negeri di Irlandia memang sekolah Katolik. Di sini, umur 4 tahun sudah boleh masuk TK. Aturannya mirip UK. Agak beda dengan mayoritas negara-negara di Eropa daratan. Misalnya di Swiss kemarin katanya 5 tahun baru boleh masuk TK. SD-nya 7 tahun.
Beda lainnya, di Eropa daratan, anak TK belum diajarkan membaca dan menulis. Di Irlandia, sejak 4 tahun itu sudah diajarkan membaca menulis dan berhitung ^_^. Tapi ingat, ketiga kemampuan ini dianggap sebagai keterampilan dasar biasa bukan ajang pamer-pamer nilai rapor hahahaha. Dimari enggak ada award-award an atau rengking-rengking an :D.
Umumnya, begitu masuk SD, ya sudah lancar membaca, menulis dan berhitung sederhana ^_^. Seneng deh. Bisa semua-muanya enggak pakai stres dan dipaksa-paksa :p. Saya pribadi lebih suka dengan kurikulum model begini. Tak terlalu suka kalau anak-anak dibesarkan “terlalu santai” ;).
Dunia dan masa depan yang akan mereka hadapi kan tidak seindah di buku-buku cerita atau di buku-buku parenting hahahaha. Kalian boleh beda ^_^. Monggo saja. Cerita selengkapnya di sini ya.
Bagaimana dengan pelajaran agama? Terus terang dari awal saya tidak risau. Saya sudah kenyang bertemu teman-teman sekolah dulu yang alumni sekolah Katolik ^_^. Saya sudah tahu, umumnya sekolah Katolik itu pelajaran agamanya lebih universal :). Pendidikan moral diutamakan.
Mereka punya ritual misa. Tak ada paksaan sama sekali ^_^. Setiap ada misa, sekolah akan mengirimkan surat ke orang tua mengabarkan bahwa anak-anak non Katolik tidak perlu ke sekolah lebih awal. Mereka misa biasanya pagi-pagi. Jadi yang non Katolik ke sekolahnya ya pasca acara Misa ke katedral usai.
Saya enggak beliin buku agamanya sih :p. Itu pun kalau pelajaran agama anak-anak non Katolik tidak wajib mengikuti. Mereka diberi kegiatan lain. Tapi biasanya karena tetap dalam kelas, anak saya jadi ikutan mendengar kadang-kadang. Jangan khawatir sama nilai rapor. Sudah saya bilang, di sini enggak ada rengking-rengkingan! :D.
Di sini juga ada masjid, sih. Di rumah saya ajarkan mengaji. Saya enggak pakai guru mengaji, saya ajarkan sendiri *benerinKerudung* :p. Sekalian emaknya juga belajar mengulang-ulang pelajaran tajwid dan lain-lain hehe. Kalau lagi enggak sekolah, dia ikut bapaknya Salat Jumat di masjid ^_^.
Kalau kisah-kisah Nabi juga no issue. Di sekolah juga diajarkan. Tempo hari liburan ke London saya masuk ke National Gallery di Travalgar Square. Di sana mayoritas lukisan menggambarkan kisah nabi dalam alkitab. Makin tahu juga, mayoritas kisah nabi-nabi antara Nasrani dan Muslim itu mirip. Hanya beda di nabi pertaman dan 2 Nabi terakhir saja :p.
Suami saya mengantuk dalam museum itu hahaha. Dia memang lebih sering baca buku-buku tentang Prophet dalam bahasa Inggris ketimbang saya :p. Saya lebih senang melihat dalam bentuk lukisan dan sedikit deskripsi. Saya kadang masih bingung soal penamaan Nabi dalam bahasa Inggris. Suami saya hafal semua :D. Hayooo…Nabi Idris itu apa “nama bule”nya? :p.
Soal Nabi Isa atau Yesus sudah kami terangkan kepada si sulung ini :). Soal perbedaan status antara Yesus dalam agama Nasrani vs Islam. Tapi saya selalu tekankan untuk tidak membesar-besarkan masalah ini di depan teman-teman Nasraninya ;). Menyakiti orang lain dan menyerang kepercayaan mereka juga dosa, begitu kata saya kepadanya.
Soal Nabi Muhammad sering diajarkan di rumah. Enaknya sekarang sudah ada youtube. Pakai media video kan lebih enak ya ngajarin gini-ginian. Jadi, untuk apa sih internet cepat itu? #eaaaaaa :p.
Soal salat ya enggak perlu pusing. Saban hari dia melihat saya dan bapaknya salat depan dia :D.
Saya lebih sering menerangkan arti surah dan menghubungkan dengan sifat-sifat yang harusnya dimiliki oleh seorang manusia. Yang mudah dipahami anak kecil lah ya. Misalnya kenapa sih kita perlu hidup sederhana di setiap kesempatan. Penting nih kalau dia rewel minta mainan atau ini itu hahahaha :p. Kenapa harus rajin makan sayur juga hihihi, gak boleh terlalu banyak makan permen, ya karena harus menjaga kesehatan, tanda bersyukur kepada Tuhan. Gitu-gitu aja lah dulu.
Guru di sekolah mengajarkan, “Only persons who believe in God and do the good things in most of his-lifetime is going to paradise.”
Surga adalah tempat bagi mereka yang beriman dan beramal saleh. Cucok bukan? ;).
Anak saya cerita kata gurunya, kita tidak boleh mengolok-ngolok teman atau perbuatan buruk lainnya karena kita juga enggak suka digituin. Makanya, jangan lakukan hal yang sama kepada orang lain. Bukan main! Itu prinsip dasar COMPASSION, yang konon merupakan napas dakwah utama dari Rasulullah SAW. Iki piye, malah diajarkan sejak kecil di sekolah Katolik hehehe.
Sekolah Katolik umumnya memang tidak mengajarkan soal “yang masuk surga cuma orang Katolik doang, sisanya masuk neraka” hahahaha. Macam masa kecil kita dulu di sekolah hihihi. Hal-hal gituan tidak diajarkan secara formal di sekolah ;).
Pelajaran agama di sekolah mereka sifatnya lebih universal dan selalu menempatkan berbuat baik kepada SESAMA MANUSIA di posisi teratas. Syaratnya ya manusia saja, tidak pakai embel-embel, agama-warna kulit-ras dan semacamnya.
Melengkapi pelajaran moral di sekolah, tinggal kami sebagai orang tua muslim menambahkannya dengan mengajarkan masalah ritual Islam (yang sifatnya lebih individu) di rumah ^_^. Termasuk makanan halal.
Sempat saya bingung karena sekolah anak saya memang salah satu sekolah terbesar di sini. Muridnya banyak jadi subsidi pemerintahnya gede hehe. Jadi, sekolah menyalurkan sebagian dana untuk memberikan makanan kepada anak-anak hampir setiap hari. Entah sarapan entah makan siang. Pening, dah. Sekolah lainnya soalnya enggak gini.
Seringnya mereka ngasih roti isi macam-macam atau buah-buahan. Alhamdulillah, kepala sekolah sangat membuka diri terhadap hal-hal sensitif seperti ini. Meski agak sulit juga karena ada juga keluarga muslim yang memberi syarat, “Yang penting bukan daging babi.”
Ini yang tadinya bikin kepsek bingung hehehe. Umumnya kan mereka tahunya juga gitu, asal bukan babi. Mau menerangkan juga ribet, ya, kalau definisi makanan halal sebenarnya bukan “yang penting bukan daging babi” saja huhuhu.
Solusinya, tiap awal tahun ajaran, tiap orang tua diperkenankan membuat surat pernyataan kepada guru masing-masing makanan apa saja yang boleh diberikan kepada si anak. Lega, deh, hehehe.
Saya ngambil ngampangnya saja, pilih opsi Vegetarian. Jangan salah, orang India pun banyak yang tidak makan daging dan vegetarian sejati lho hehehehe. Untunglah sekolah tidak egois dan memperhatikan betul hal-hal prinsipil seperti ini. Kami kan minoritas banget di sini. Apalagi muslim. Tapi kepseknya tuh ya, serius banget lho menanggapi keluhan kami ^_^.
Sekolah anak saya juga memanfaatkan sebagian dana untuk kegiatan para orang tua murid ^_^. Merangkai bunga, kursus bahasa Inggris, kursus bahasa Irlandia, pengetahuan makanan bergizi, acara masak-masak (ini semua gratis, tis, tis), bahkan pelajaran berenang buat para ibu-ibu yang mematok tarif sangat murah ^_^. Enggak sekalian kursus menyetir nih, Bu Kepsek? hahaha.
Seminar-seminar parenting juga sering. Mengundang para pakar segala, lho, untuk berbicara atau sharing depan para emak-emak ^_^. Pemerintah sini memang punya dana lumayan untuk urusan perkembangan anak ;). Tapi tidak semua sekolah di sini punya kegiatan model begini. Seperti saya bilang tadi, sekolah anak saya karena tergolong besar jadi dapat limpahan subsidinya juga besar :D.
Serba dimudahkan alhamdulillah ^_^. OIya, boleh lho pakai jilbab ke sekolah. Ada anak perempuan kelas 6 di sini yang pakai jilbab. Orang Afrika. Saya pernah minta izin ingin mengambil fotonya tapi dese keberatan hehehe. Dia bingung kali, ni kenapa ada mamak-mamak enggak dikenal mau motret-motret gue hahaha.
Soal GRATISnya ya standar lah ya. Di banyak negara di belahan Eropa juga gitu. Sekolah ya gratis ;). Buat siapa saja. Tidak ada istilah “sekolah anak orang kaya” atau “sekolah orang miskin” hahaha. Lah ya di sini juga enggak jelas mana orang kaya mana orang miskin toh ya ;).
Anyway, congrats ya Abang, September nanti insya Allah masuk grade 2. Si nomor 2 juga bakal masuk Junior Infant (TK A atau TK nol kecil). Sementara Mama, insya Allah harus kembali berkutat dengan stroller hahaha :p. Semoga lancar semuanya. Aamiin.
Terima kasih para guru yang sudah membimbing para bujang kecil saya di sekolah ^_^.
Buat guru-guru di preschool, as they said “It takes a big heart to help shape little minds”, thanks for everything ^_^.
Buat ibu-ibu guru di 1st grade si sulung, “A teacher affects eternity: she can never know where her influence stops.” -Henry Brooks Adams-
Thank you, Ibu-ibu Guru ^_^ …so very much ;).
Welcome, Summer Holiday! See U again in September, School!
***
Mba, aku dulu SD-nya juga Katolik. Ortu ngundang guru les ngaji di rumah.
Waktu SD malah ikut misa segala, sampai sekarang masih hapal doa Bapa Kami.
Sodaraku jg ada yg Katolik. So far, ga masalah bagiku.
Sekarang, aku sangat menghargai perbedaan.
Iya ada beberapa yang kayak gitu. Temanku juga lulusan SD Santo Yakobus, hafal doa-doanya. Tapi dia enggak pernah terpengaruh secara mental sih. Benar-benar ngikut karena ritual sekolahan ajah ^_^. Yang SMP-SMA rata-rata memang tidak wajib ikut ritualnya. Kalau di sini, sejak SD pun enggak wajib. Sekolahnya juga mengakomodir pendatang. Yang non Katolik kan banyak. Tidak cuma muslim. Ada Hindu-India, Syikh-India, Protestan dsb ;).
Bisa gratis Mbak kalau semua elemen masyarakat mau ‘berkorban’ hehehe. Tapi still long way to go ya, ini aja subsidi listrik mau dicabut sudah banyak yang tereak-tereak hahahaha.
Senang sekali ya mba sekolah di sana
Semoga indonesia kedepannya jg srmakin concern dgn perkembangan anak usia dini…
Bagus ya didikan sekolahnya. Btw, sekolah katolik emang open banget ya kayaknya. Dulu pernah ngajar privat anak non muslim, dia cerita di sekolahnya banyak gurunya muslim pakai jilbab.