Rendang, Sate, Ketan, Durian, Baju Kurung, Candi-candi … Punya Siapa?
Bergaul dengan orang-orang Malaysia dan beberapa orang Filipina semasa bermukim di Jeddah dan Athlone (Irlandia) membuat saya tak sedikit pun meragukan bahwa dalam beberapa hal, BENAR bahwa kita adalah bangsa yang serumpun. Apalagi kalau menilik soal makanan *elusElusPerut*.
Saat memenuhi ‘jemputan’ (dalam bahasa Malaysia, jemputan = undangan) dari rekan Malaysia, saya dan suami selalu bersemangat. Karena kami tahu, makanan Malaysia mirip sekali dengan makanan Indonesia. Berbeda saat menerima undangan makan dari rekan Pakistan, Mesir atau India. Selalu terbersit keraguan, “Duh, enak gak nih, makanannya?” Hehehe.
Kenalan Malaysia kami semasa di Jeddah bukan kenalan biasa. Saya memanggilnya Kak Del. Kak Del ini punya usaha katering di Jeddah. Jangan ditanyalah bagaimana bengkaknya ini perut saban memenuhi ‘jemputan’ dari beliau :P.
Uniknya, jenis makanan yang disuguhkan tidak satu pun yang pernah membuat kami surprais. Mulai dari rendang, sate, macam-macam balado, hingga ketan dkk. Malah, ketika Kak Del sibuk menerangkan tentang Mie Laksa kepada tamu-tamu Indonesianya, dari baunya saja saya sudah bisa menebak, “Ah, ini sih pasti rasanya mirip dengan Mie Laksa Aceh.”
Beberapa waktu lalu, di Athlone ini, saat ada acara morning coffee di rumah seorang kawan yang sama-sama berasal dari Indonesia, teman kami yang dari Cina dan Saudi meributkan soal durian.
“I have no idea, how can you put that smelly thing inside your mouth. They call itu King of Fruits maybe because it smells so bad. It’s from Thailand, isn’t it?”
“Hahahahaha…” Saya dan teman Malaysia saya langsung terbahak-bahak.
Lalu, sibuklah kami berdua menerangkan istimewanya buah durian tidak hanya ada di Thailand. Tapi bangsa Malaysia dan Indonesia pun mendewa-dewakan buah istimewa satu ini ;).
Jadi, kalau dikatakan Candi Angkot War di Kamboja memiliki kemiripan dengan Candi Borobudur di Jawa Tengah (Indonesia), saya tidak akan mengingkari sedikit pun:). Memangnya kenapa? Anda cek saja dari unsur sejarah mana pun, wilayah Sumatera-Jawa-Kalimantan-Bali dan sekitarnya memang pernah menjadi satu dengan daratan benua Asia :).
Untuk apa meributkan sejarah yang tidak mungkin kita ubah? Ribut-ribut tidak penting begini harus kita hindari dalam menyongsong kesuksesan Komunitas Asean 2015. Cita-cita kita kan sama-sama ingin memajukan kawasan ASEAN di mata internasional. Agar wilayah padat penduduk ini jangan hanya dipandang sebagai pasar potensial. Namun, berharap naik tingkat menjadi rekan bisnis di mata negara-negara maju di belahan dunia lain :).
Mari kita fokus pada kesamaan tujuan. Ingat, ASEAN adalah tanggung jawab semua negara anggota-anggotanya.
Sementara itu, apa benar kita benar-benar sepenuhnya satu rumpun dengan Malaysia, Thailand, Kamboja dan negara ASEAN lain yang terletak di atau dekat ke daratan benua Asia ini? Ah, sebagai perempuan asli bugis, yang datang dari belahan Indonesia Timur, saya akan sangat kecewa jika anda menjawab, “Iya.”
Tidak! Indonesia bukan hanya tentang rendang, baju kurung, dayak, reog, wayang, candi-candi, sate, yogyakarta, pantai-pantai di Bali saja. Jangan lupa, wilayah nusantara tidak berhenti di seputaran Kalimantan dan Bali saja. Kita masih punya Sulawesi, Maluku, Papua dan kepulauan lain di wilayah timur tanah air.
Kekayaan Budaya Nusantara, Kekuatan Maritim dan Agraris, Semuanya Harta Berharga Kita!
Kalau mendengar kata-kata dibawah ini, tanpa meminta bantuan “Mbah Google” apa yang anda ketahui?
Londa, Burasa’, Nasu Likku, Tedong Bonga, Natsepa, Kasuari, Anoa, Dani, Danau Ayamaru?
Pening? Ya sudah, sekarang boleh nyontek ke “Mbah Google” :P.
Londa adalah bukit batu di wilayah Tana Toraja. Bukit batu yang unik karena digunakan untuk menyimpan jenazah-jenazah orang-orang dari suku Toraja yang telah mangkat. Londa adalah satu obyek wisata utama dari kabupaten Tana Toraja, wilayah paling utara di propinsi Sulawesi Selatan ini. Tedong Bonga adalah Kerbau Belang. Kerbau yang dianggap ‘ningrat’ oleh suku Toraja.
Pasti sebagian besar orang tahunya cuma Candi Borobodur dan Karapan Sapi :(.
Burasa’ dan Nasu Likku adalah kedua masakan khas dari suku Makassar-Bugis, dua suku terbesar di Sulawesi Selatan. Burasa‘, sekilas mirip kue nagasari karena dikukus dalam waktu yang lama dalam dekapan daun pisang. Tapi sejatinya, burasa‘ ini lebih mirip lontong dengan rasa yang gurih, jadi bisa disantap dengan nikmat tanpa lauk apa pun.
Kedua masakan yang disebut oleh kami, warga asli Sulawesi Selatan, “Nyamanna Karaeng” (enak banget) belum sepopular rendang atau sate. Tapi rasanya, boleh diadu ;). Tuh, kuliner sulsel tidak cuma coto dan konro saja, lhooooooo :D.
Natsepa adalah pantai cantik di salah satu pesisir kota Ambon yang berbatasan langsung dengan Laut Banda. Sudah pada ke sana, belum? Kalau Pantai Kuta pasti sudah khatam, ya :P. Kalau dari pulau Sumatera ada Danau Toba, Sorong punya Danau Ayamaru yang tidak kalah ciamiknya.
Kasuari memang terdengar familiar. Tapi tahu tidak asalnya dari mana? Kasuari adalah burung khas dari Papua dan sekitarnya. Sementara anoa adalah hewan khas Pulau Sulawesi yang konon tak ada di Asia maupun Australia. Aslinya punya Indonesia ;). Entah kalau Anoa dikembangbiakkan di kebun binatang di tempat lain.
Kalau Dani siapa? Ini, sih, nama suami saya. Hahaha. Selain itu, Dani adalah nama salah satu suku yang cukup hits dari pulau besar di ujung timur nusantara, Papua. Hayooo, ramai-ramai mengupgrade pengetahuan nusantara karena pastinya yang tenar hanya Batak, Jawa, Madura dll.
See? Betapa luas dan kayanya nusantara. Enggak usah rebutan batik sama orang Malaysia, ya ^_^. Apalagi sampai memusingkan relif Candi Borobudur vs Candi Angkor Wat di Kamboja. Di belahan timur Indonesia, ada Lipa’ Donggala yang asli buatan tangan, dengan warna warni cerah dibuat dari bahan berkualitas prima. Kita jauh lebih kaya dari yang kita duga.
Belum lagi hasil bumi kita. Rempah-rempah adalah kekuatan utama Indonesia bagian timur. Sementara di wilayah barat, padi-padian masih mendominasi.
Memiliki garis pantai terpanjang di dunia (kita adalah wilayah kepulauan terbesar di dunia, lho, dah pada tahu belum? :P), menggerakkan kekuatan Maritim di bidang ekonomi dan sosial budaya bukan hal yang mustahil. Walau ngos-ngosan di bidang keamanan karena begitu panjangnya wilayah pantai yang harus pemerintah lindungi. Ingat, ingat fokus pada kekuatan! Tak ada gading yang tak retak, kan?
Bukan Lautan Hanya Kolam Susu
Kekayaan alam yang melimpah, potensi wisata yang membentang tanpa henti dari bagian barat hingga timur, dari Pulau We hingga Merauke, ditambah lagi sokongan sumber daya manusia sebanyak 250 juta, Indonesia seharusnya bisa mencuat sama hebatnya dengan negeri-negeri tetangga :). Enggak pakai sirik-sirikan, ah. Wong kita tajir begini ;).
Dengan modal sebegini besar, seharusnya kita tidak perlu grogi menyongsong terbentuknya Komunitas ASEAN 2015. Kita hanya perlu menggali dan memikirkan taktik jitu untuk mengoptimalkan segala limpahan anugerah yang berserakan di seantero nusantara. Tugas siapa? Ya kita semualah. Jangan bisanya cuma nyinyirin pemerintah. Hehehe.
Ngomong-ngomong soal kekayaan nusantara, terngiang-ngiang bait lagu dari mendiang Koes Ploes,
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jalan cukup menghidupimu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimuBukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupmu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimuOrang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkah kayu dan batu jadi tanaman
Jadi, sebelum mengajak anak-anak anda menyambangi Disneyland atau Legoland atau apalah di luar sana, pastikan mereka tahu tentang Raja Ampat ;). Bawa mereka menjelajahi wilayah nusantara yang lain. Yang di Barat, ajak anak-anak ke Pantai Losari di Makassar, jangan cuma mentok sampai Bali saja. Yang di Timur, ajak si kecil mengunjungi Danau Toba dll.
Kalau ada pernyataan, “Orang bilang tanah kita tanah surga?” Masih ragu menjawabnya? 😉
#10daysForASEAN #day2
Assalamualaikum..
Tulisannya mnarik mbk,bhasa mdah dipahami dan rangkaian kta nya mnarik mmbuat pmbca pnasaran utk mmbca lbih jauh.ijin share mbk
Mari 🙂
bakalan juara lagi nie mbak jihan………………….
Ini kan lombanya masih panjaaaaannnggg. Jangan lupa intip-intip tulisan yang lain ;).
like this…
padahal saya masih pusing mau nulis apa?mba jihan sudah kelar dengan tulisan calon juara…
salam kenal 🙂
Lomba masih panjaaaaannnggg :D. Thanks sudah mampir ;).
always always always love your POV and the way you write *sini kubenerin poninya*
Sebenarnya ini termasuk lomba yang tersulit. Nulisnya sampai 10 hari dan lawannya aje gile hihihihi :D. Doakan eike, say hehehe.
Bagian nyumbang doa aja deh,semoga menang,sambil angkat kedua tangan bibir komat kamit
Thanks a lot, Dear. Ikut komen di sini itu sudah keren banget, kok. Makasih dah mampir ;).
selamat ngontes ya mbak
tema2nya berat ya …
mbak Ayamaru itu bukannya di Papua ya? soalnya dulu pernah tinggal di Sorong dan itu juga nama salah satu suku di sana
Oiya deng, Ayamaru di Sorong hehehe. Thanks, ya. Ingetnya Maluku melulu hehehe 😀
Jipeeeer…Harus sering mampir ke blog ini. Berguruuuu >__<
Halooo, salam kenal ^_^. Berguru ya ke ibu guru beneran dong :D. Kalau dimari untuk senang-senang sajaaaa hehehe ;).
haha siaappp!
Raja ampat? aku mauuu bgt, mbak. Tapi kenapa oh kenapa mahaallll kesananya..? 🙁
Btw, utk ukuran orang yang (NGAKUNYA) nggak suka masak, dirimu termasuk canggih dong.. nah itu, dari nyium baunya aja, udah langsung bisa tahu itu mie laksa Aceh.. 🙂
Enggak mesti jago masak kali Fit buat tahu Mie Aceh hihihihi. Di Margonda Depok banyak bener yang jual Mie Aceh :P. Jadi eike dah apal baunya.
Great writing and well written as always Jihan!
Cuma ada koreksi dikit boleh ya…
“Yang di Barat, ajak anak-anak ke Pantai Losari di Makassar, jangan cuma mentok sampai Bali saja. Yang di Timur, ajak si kecil mengunjungi Danau Toba dll.”
Kayaknya kebalik antara barat-timurnya…
Enggak kebalik, dong ;). Intinya mau ngajak yang di barat jalan-jalan ke timur dan sebaliknya yang di Timur ajak anak-anak ke barat ;). Agar saling mengenal budaya masing-masing. Jangan malah baik yang di barat maupun yang di timur, semuanya penginnya ke Legoland atau Disneyland doang hehehehee
Ohh gitu… hehehe… bacanya kurang teliti berarti hehehe…
Speechless sama setiap postingan mbak jihan……,,, sukses kontes nya ya, mbak…..
Sip :). Terima kasih banyak sudah mampir, Mbak :). Kontes kan salah satunya untuk eksis dong, ya hihihihi. Lebih senang lagi jika eksistensinya untuk menebarkan kebaikan. In shaa Allah :).
Amazing writing up there! 2 Thumbs up.
Jepang: “Kita bangsa pejuang dan pekerja keras”
USA: “Kebebasan dan keadilan untuk semua orang”
Indonesia: “Alam kita kaya, budaya kita kaya”
Tampaknya merasa bangga dengan kekayaan alam dan budaya tidak terlalu manjur untuk menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Hal-hal yang ada di dalam serta nilai-nilai seperti semangat juang dan kerja keras serta cita-cita akan kemerdekaan dan keadilan tampaknya lebih berhasil 😀
Baru 3 hari “kesasar” di tulisan kk’ Jihan bikin saya mikir. Kok masih bisa saya merasa sok lebih tau daripada orang di sekitar saya. Terima kasih untuk tulisan-tulisan yang mencerahkan. Keep good writing kk’ Jihan. As you said “Life is about being honest and sharing your happiness with others.”
Selalu keren dan membuka mata kalau Indonesia itu sesuatu banget, sukses ngontesnya yaa mbak Jihan.