Cerpen di Majalah Kartini

Waktu masih di hotel, awal tiba di Athlone, saya mengalami jetlag berhari-hari. Tidur jam 9 malam, pasti jam 2 kebangun. Enggak bisa tidur lagi hingga pagi. Jadi deh, suka laptop an nunggu subuh hehehe.

Ngebut menulis Cerpen di majalah kartini 🙂

Pernah menulis cerpen. Saking konsennya, karena semua majikan lagi tidur :P, cerpennya jadi dalam beberapa jam saja. Tapi rasanya kepanjangan. Besok dini harinya diedit. Kirim ke Kartini. Luar biasa, responsnya kurang dari 24 jam hehehehe. Tapi bunyinya begini, “Ide ceritanya ok. Tapi kurang panjang, dipanjangin lagi ya Mbak. Ditunggu redaksi.” read more

TIGA PULUH HARI

by : Jihan Davincka *** Coffee News Postcard         Tiga puluh hari katanya. Sebelum pergi, dia bilang begitu, “Aku tentu perlu beradaptasi. Sebelum 30 hari pasti sudah kukirim kabar untukmu.”         Aku sebenarnya bingung. Lama sekali 30 hari. Dia tidak pergi ke ujung dunia. Bukan ke hutan belantara. Hanya ke sebuah kota kecil di eropa barat sana. Apa susahnya menemukan internet di negara yang tergolong maju itu? Kalau menulis email terlalu repot, setidaknya dia bisa menuliskan sebuah tweet untukku. Masa dia perlu 30 hari  untuk sekadar mengabariku, “Aku sudah sampai.”            Hari ini, sudah 40 hari berlalu sejak aku terakhir mengirimkan pesan singkat kepadanya, “Hati-hati di pesawat, ya. ” Sudah 10 hari lewat dari 30 hari yang dijanjikannya. Aku duduk-duduk di kedai ini sendirian.            Di hadapanku ada dua cangkir kopi. Sudah kosong. Bukan punyaku. Dari dulu aku tak suka minum kopi. Dua cangkir tadi habis diminum Rio, sahabatnya. Tak sengaja kami bertemu. Aku tanyakan tentangnya. Rio malah mengajakku mengobrol panjang lebar. Tidak ingat apa saja yang dibicarakan tadi.           Aku hanya ingat sebelum Rio pergi, aku tetap penasaran, “Kenapa ya dia belum mengabariku?”           Rio menjawab pendek, “Mungkin dia tak merasa perlu. Lagipula, kau bukan pacarnya, kan?”           Tega sekali. Aku mau marah. Tapi akhirnya aku cuma merana sendiri. Rio benar, aku bukan pacarnya. *** Ini iseng ikutan #CerminBentang di @bentangpustaka hehehe. Cerita mini 200 kata. Just for fun, enggak menang juga hehehehe. Seru juga. Bikin cermin di atas cuma 10 menit an, no harm done :D.
Cerpen Femina

[Cerpen Femina] TIGA RAHASIA

Cerpen Femina

(Cerpen Femina dimuat di Femina no.50/2012, oleh redaktur tokoh perokok diedit menjadi klubber. Femina mempunyai kebijakan “against smoking habits”, versi di bawah adalah versi aslinya)

by : Jihan Davincka

***

Mengenakan rok pendek merah menyala, kemeja krem muda, seorang perempuan berambut pendek turun dari sedan mewahnya. Dengan tubuh langsing dan wajah menarik, ia melangkah penuh percaya diri meninggalkan tempat parkir. Beberapa pasang mata ikut mengiringi langkahnya memasuki pintu kafe. read more

Cerpen Femina

Cerpen (Lagi) di Femina

Akhirnya, ada (lagi) cerpen yang dimuat hehehe. Kali ini “Tiga Rahasia”, dimuat di Femina terbaru minggu ini. Edisi no.50/2012, 22-28 desember 2012, edar hari rabu 20 desember.

Menambah semangat untuk terus nulis-nulis fiksi. Biarpun nampaknya hokinya gak sebagus tulisan jalan-jalan, yang begitu dikirim, biasanya langsung dapet respons :D. Tapi kalau mau jujur, eyke lebih doyan emang bikin fiksi. Mungkin karena senang mengkhayal, ratu drama pula. Cucoklah ya hihihihi.

Naskahnya diedit sedikit oleh redaktur. Ada tiga tokoh dalam tulisan ini. Tokoh yang saya gambarkan gemar merokok diganti menjadi klubber. Ternyata redaktur cerpen di Femina memiliki aturan “against smoking habits” :). Sip deh, gak masalah, alur ceritanya tetap sama. read more

[Cerpen] “TITIPAN”

Oleh : Jihan Davincka

***

Nuril berusaha bangkit dari tempat tidur. Berjalan pelan ke arah jendela.

“Hm…enak juga dapat kamar yang viewnya bagus.” Nuril menggumam sendiri.

Hari masih pagi. Pukul setengah enam. Belum lama azan subuh berkumandang. Sisa hujan semalam masih menyisakan titik-titik embun di kaca jendela.

Wajar jam segini belum terdengar hiruk pikuk berarti di rumah sakit. Hanya sesekali suara langkah mendekat dan menjauh, beberapa obrolan dengan suara rendah dari luar pintu, dan selebihnya hanya kicau burung yang mengundang langkah Nuril mendekat ke arah jendela sekarang ini. read more