Jarang-jarang ini review film korea yang bagus. Ada kok yang bagus. Salah satunya ya si PARASITE ini ^_^.
Info awal bahwa film ini pemenang Cannes, bahkan saya sudah nonton acara standing ovationnya di Paris, dan sedikit rumpian bahwa sutradaranya memang ‘complicated’ membuat saya bener-bener NONTON filmnya dengan SANGAT SERIUS hihihihi.
Walau sejam pertama filmnya nampak ringan menghibur, saya tetap konsen nontonnya. Saya gak ketawa sama sekali karena tahu ni film pasti ‘nganu’ di akhir hahahaha. Spesialnya kan memang begitu. Kejutan di pertengahan sampai akhir.
Terus terang saya sedikit bingung dengan orang-orang yang mempertanyakan mengapa Mr.Kim harus mengambil tindakan ekstrim begitu di klimaks film menjelang akhir.
Salah satu kerennya film ini memang begitu. Topik yang sebenarnya rumit ditampilkan lebih sederhana. Gak ada percakapan-percakapan menusuk . Mengalir ringan semuanya. Muluuuuusssss (y).
Makanya nontonnya gak boleh terlalu rileks kayaknya, ya. Walau awalnya sangat komedi :p.
Parasite, kisah mengenai Keluarga Kim (suami – Kim Tae, istri Kim-Choong, anak laki-laki Kim-Woo, anak perempuang Kim-Jong) yang miskin dan hidup di slum-area di bangunan semi basement di pemukiman kumuh.
Mereka berempat akhirnya mendapat pekerjaan sebagai supir, ART, guru les buat anak-anak, di rumah Keluarga Park (dengan formasi anggota keluarga yang sama). Keluarga Park sangat tajir, compared to keluarga kim.
Kita disuguhkan fakta betapa cerdas-cerdasnya Kim-Woon dan Kim-Jong sebenarnya, but another facts bahwa anak-anak orang kaya juga banyak yang jenius itu memang pedih, Jendral!
Seandainya DUNIA bisa lebih adil. Kaya pasti bego, ganteng/cantik pasti goblok, then life will be fair enough. But it’s not :'(.
One day, keluarga Park mau kemping sekeluarga untuk merayakan ulang tahun Park-Da Song, anak bungsu laki-laki mereka. Rumah ditinggalkan kosong hanya ada Kim-Choong buat jaga rumah.
Begitu keluarga Park pergi, seluruh keluarga Kim berkumpul di rumah Mr.Park buat hepi-hepi joy-joy di sana mumpung rumah ditinggal majikan. Mereka pun mabuk-mabukan di ruang tengah.
Semua yang konyol-konyol sirna seketika waktu petir menyambar di ruang tengah itu. Keren SCENE ini. Walau kita tidak tahu apa yang akan terjadi, somehow suasana otomatis sudah mencekam. Hujan turun makin deras.
As for me, langsung naro cemilan dan duduk mematung mempersiapkan mental hahahaha. Sumpah udah kerasa dada berdentum-dentum. Betul saja. BEL pintu halaman pun BERBUNYI.
Keluarga Kim pandang-padangan, “Siapa tuh malam-malam begini?” Makin dag dig dug.
Muncul wajah Moon Kwang (mantan ART di rumah Park sebelum keluarga Kim sabotase semua pekerjaan di sana buat mereka sekeluarga) di layar saat bel terjawab.
“Saya ketinggalan sesuatu di basement. Saya boleh ya mampir bentar.”
Wajah Moon Kwang yang bengkak akan terjawab nanti.
Moon Kwang pun masuk. Makin mencekam. Pintu menuju basement yang digambarkan sebagai kotak persegi berwarna hitam makin bikin stres hahahaha.
Di situlah semua kekacauan bermula. I know, kalau kurang sabar nontonnya, penonton pasti pengin maki-maki keluarga Kim.
Adegan makin mencekam karena keluarga Park tiba-tiba menelepon mengabarkan bahwa mereka akan balik malam itu juga karena HUJAN DERAS.
Makanya, banyak pesan dan ruwetnya hidup manusia di dunia ini yang berusaha digambarkan oleh film dengan scene-scene sambil lalu.
Percakapan di ruang tamu antar Keluarga Kim sebelum geledek menyambar misalnya, banyak hal mendalam yang dibahas, bukan hanya obrolan receh orang miskin yang lagi mabuk.
Kim-Tae yang merenungkan nasib supir sebelumnya dan berdoa semoga si supir mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Kim-Jong yang apatis, “Hadeeeehhh, malah mikiran orang lain. Emang kita ini kurang miskin apa?”
Waktu Kim-Tae sambil tersenyum bilang, “Mrs Park itu RICH and NICE.” We know, dia ingin menghardik istrinya yang galak dan ngamukan.
Tapi Kim-Choong nyolot balik, “Jangan begok. She is NICE because SHE IS RICH. Gue juga kalok tajir pasti bisa kek gitu.”
Bahkan sedikit peliknya masalah rumah tangga tergambar ketika Kim-Tae naik pitam ingin memukul Kim-Choong yang sudah menghinanya sebagai kecoak penakut yang tidak bisa berbuat banyak bagi keluarga mereka.
Dari sini dan adegan-adegan sebelumnya, seharusnya sudah TERBACA ‘beban’ seorang Kim-Tae. Lihat kan adegan orang lain pipis di jendela rumah keluarga Kim. Gimana Kim-Tae nampak udah mati rasa, ya mau gimana lagi, gak ada gunanya dikasih papan peringatan segala macam. Tapi istri dan anaknya tetap menyindir.
Kumpulkan semua serpihan ini untuk bisa memahami mengapa Kim-Tae, si kepala keluarga, akhirnya (terlihat) IMPULSIF dan melakukan hal itu kepada Mr. Park. Sebenarnya itu bukan hal yang impulsif.
Adegan percakapan Mrs Park di mobil kepada seorang teman di atas mobil, sehari setelah banjir besar di malam terkutuk itu saat hujan deras melanda kota.
Saat Kim-Tae galau rumahnya dan belasan rumah tetangganya banjir karena derasnya hujan dan membuat mereka mengungusi, Mrs Park malah cekikikan di telepon, “Ish, hujan gede semalam membawa berkah. Gak jadi kemping tapi kita mau pesta kebon. Yaaaayyyyy senangnya.”
((HUJAN MEMBAWA BERKAH)) aduuuuuhhh 😰😰😰😰.
Mrs Park berbicara di ponsel sambil menutup hidung karena bau badan Kim-Tae.
Bersama scene-scene lain saat bolak balik anggota keluarga Park ngerumpiin badan keluarga Kim yang mereka anggap bau apek.
It’s a strong SCENE here. Untuk membantu penonton memahami tindakan Kim-Tae jelang akhir film yang kita sangka hanya dipicu oleh hal sepele. Itu bukan HAL SEPELE :'(.
Bahkan anggota keluarganya yang lain pun bingung melihat tindakan Kim-Tae di pesta ulang tahun Park-Song itu.
Saya sendiri, begitu Mr Park sibuk minta kunci mobil kepada Kim-Tae yang harus menyaksikan ketiga buah hatinya meregang nyawa, sudah pengin loncat sendiri ke tempat lokasi buat nusuk Mr Park ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜.
Memang tidak adil buat Mr Park. Memangnya salah jadi orang kaya? Tapi apa ini adil buat Kim-Tae?
Kim-Tae bukan orang jahat loh. We can clearly see he was such a warm-heart. Lucu-lucu gemes, pemalas juga enggak, and strongly looooveeeeee his family, no matter betapa seringnya dia dinyinyirin istri dan anak-anaknya sendiri.
Kalau orang lain bahas film sampai ke mana-mana, kuingin bahas karakter manusia secara individu saja. Ada yang bahas sampai kapiltalisme vs sosialisme. Hati-hati, emang kalian pernah ketemuan langsung dengan orang yang tinggal di negara sosialis, to hear the full story? ;).
Pantes kalangan SJW paling meributkan film ini :p.
Semoga kita sadar betapa besarnya pengaruh situasi dan kondisi terhadap keputusan-keputusan yang diambil oleh individu di saat-saat tertentu. Terlepas dari seperti apa karakter aslinya. Baik untuk kasus Mr Park dan Mr Kim.
Bahwa orang baik-baik yang karakternya dominan tenang bercahaya kalau ditaruh dalam “penjara bawah tanah” yang dimodifikasi se-nganu mungkin, dalam tempo beberapa hari saja bisa mengubah KARAKTER asalnya :(. Catat, DALAM HITUNGAN HARI.
Baca di buku Tipping Point deh. Buku pop yang membahas hal-hal model begini dengan bahasa ringan. Terjemahannya pun baguuussss (y).
Beratnya tekanan hidup bisa memaksa manusia biasa untuk “cross the line”. Bahwa jadi orang kaya itu ya memang PRIVILEGE tersendiri. Berhentilah kampanye basi macam, “Punya banyak uang belum tentu bahagia.”
Dan tentu saja pesan yang cukup EKSPLISIT yang mewarnai dari awal sampai akhir film :
“Poverty os a worst form of violance.” (Mahatma Gandhi)
Siapa sebenarnya Moon Kwang? Ada apa di basement? Apa yang dilakukan Kim-Tae di klimaks jelang akhir film itu? Bagaimana nasib Kim-kim lainnya? Ke mana akhir cerita bermuara?
Selamat menonton!