Another keluhan era terkini, pengaruh media sosial yang katanya sudah sedemikian merusak hidup kita. Kemarin gadget dianggap merusak masa depan anak. Sekarang medsos dirasa menghancurkan kedamaian para ibu-ibu ???.
Kerennya ibu-ibu zaman dulu, masak pakai tungku, enggak ada kulkas, enggak ada rice cooker, ngurus anak sampai 10, kok hepi-hepi aje.
Ho-oh.
DULU : Tidak sedikit ibu-ibu muda habis melahirkan tahu-tahu membunuh bayinya atau tahu-tahu terlihat seperti orang gila. Kata sekitar, “Ooooo dia kerasukan. Mungkin kurang ibadah.”
NOW : thanks to social media, daripada ibu-ibu Posyandu di-training butuh ongkos belum lagi butuh tenaga banyak dari Sabang sampai Merauke, cukup edukasi pakai artikel-artikel di situs-situs web yang bisa dishare sepuas hati via media sosial.
DULU : Ari Hanggara (eh bener gak ini namanya?) konon mati disiksa oleh ibu tiri. Sudah bolak balik digebukin hingga akhirnya meninggal dunia :(. Nobody knows sampai akhirnya dibikinin film.
NOW : Ya coba aja … netijen siap sedia memviralkan segala sesuatu yang aneh-aneh.
DULU : monggo dicek tingkat kematian ibu dan anak (dalam proses melahirkan) apakah dari tahun ke tahun tidak mengalami perbaikan? Ada apa-apa pas lagi hamil … CLUELESS. Lom tentu juga ada rumkit terdekat.
NOW : mual-muntah hamil muda .. panik? Googling. Eh, keluar darah pas trimester pertama … gimana dong? Googling. Aduh, ini kontraksi sebenernya asli apa palsu dah, kapan lahirannya ini? Googling.
DULU : Duh, makanan buat bayi apa ya. Ke tetangga entar disangka cupu. Nanya emak dinasihati. Nanya mertua bisa lebih sakit ati. Masa iya kudu bolak balik Posyandu mulu minta menu.
Jauh euy. Kudu melintas 2 sungai mendaki 3 gunung.
(Kelian kira se-Indonesia raya ini jalanannya tol semua).
NOW : Googling aje, Sis!
O ya, ibu saya anaknya 7, korban pernikahan paksa, and nope, she was never boasting around about it. Malah sejak usia dini, menyemangati saya untuk sekolah sampai tinggi-tinggi, setinggi yang saya bisa.
Diajarin KB hahaha. Dipaksa-paksa pakai spiral. Emak saya gemes saya nekat pakai KB alami sampai sekarang ???.
Dinasihati ngapain dah punya anak banyak-banyak. Dibatasi saja. Biar lebih fokus merawat. Sempat hubungan memanas gara-gara beliau tidak rela melihat saya melepaskan pekerjaan dari kantor untuk menjadi ibu rumah tangga.
Jangan DIKIRA senyum di wajah ibu-ibu kita di masa lalu ADALAH PERSETUJUAN MEREKA dan PENERIMAAN MEREKA atas segala sesuatu yang terjadi.
Ya dulu mereka belum punya akun Facebook ajeeee. Belom paham kalau perempuan bisa berdaya berdikari dengan berbagai macam cara walau tetap stay di rumah.
Hidup yang mereka tahu yang cebokin pantat-pantat anak-anaknya, memasak dari pagi sampai malam, sembari menyapu mengepel sampe encok, capek ditelan sendiri, soalnya pilihan apa yang mereka punya????
Zaman dulu ya bisa gitu tepok-tepok paha si kecil ampe bobok sambil ngecek PO lewat Whatsapp dan komen-komen IG. Gak perlu sering-sering keluar rumah, duit bisa ngalir masuk. Abang-abang JNE dah ada yang mau jemput langsung ke rumah.
Buibu, yang kalian gunakan untuk scrolling di medsos dan pencet info sana sini, kepoin foto orang sana sini terus resah sendiri terus cemburu sendiri terus stres sendiri kan JARI-JARI KALIAN SENDIRI.
Apa organ tubuh kalian ada yang mengendalikan? NOPE.
You are the remote of your own fingers. Jarimu pilihanmu. Medsos dipakek buat rumpi-rumpi buat banding-bandingin yo cari penyakit ????.
Mau balik ke masa lalu? Monggoooooooo ???. Tinggal deaktivasi atau hapus akun sekalian, beres. Sisain WA buat hal-hal yang penting dan komunikasi kekinian. Tapi FYI, whatsapp tuh sarang hoaks yang paling susah dibendung loh ;).