cek berita hoax

Cek Berita Hoax : Teknik Propaganda yang “Unik”

Video yang sangat menarik ini  sudah saya bahas dengan suami bulan kemarin. Makin ke sini makin banyak bukti yang kami temukan soal kemiripan model propaganda seperti Trump dan beberapa tokoh dunia lainnya dengan “taktik politisi” di Indonesia jelang Pilpres 2019.

Bukti terbaru mungkin terkait wawancara salah satu jendral di salah satu acara televisi terkait PKI. Isu PKI ini relatif “mulus”. Dari dulu sudah tidak jelas lagi mana fakta mana katanya-katanya.

Simak ya wawancara dengan Pak Jendral. Bagaimana beliau dengan tenangnya menyampaikan opini yang (maaf) super duper asbun dan ditangkis dengan sangat baik oleh narasumber yang lain.

Hasilnya? Pak Jendral tetap kalem sama sekali tidak terpengaruh dan terus mengulang pernyataan-pernyataan sejenis.

Why obvious lies make great propaganda? Mengapa hoaks yang nyata-nyata konyol sekonyol-konyolnya justru menjadi alat propaganda yang cukup efisien?

Saya coba rangkum isi videonya, ya. CMIIW.

Kita pakai contoh lain. Karena lagi tema PKI ya pakai contoh seputaran itu saja, ya. Misalnya : ada 15 juta anggota PKI yang siap beraksi. 15 JUTA. Banyak sekali, yes?

Tapi tidak ada yang bisa membuktikan sedikit pun. Sebut satu nama saja, deh. Tidak ada.

Pernah juga sampai tersebut satu nama pemimpinnya. Lupa saya siapa. Tapi entah orangnya ada di mana. Namanya saja yang bergema.

Seketika kita tahu bahwa itu kebohongan yang super duper nyata.

Apa sih yang ingin dicapai oleh teknik propaganda seperti ini?

Apakah orang pada akhirnya akan percaya atau tidak, JUSTRU bukan itu tujuan utamanya.

Coba dikira-kira … dengan terus menerus menggempur peredaran informasi dengan hoaks-hoaks yang nyata-nyata ngibul dan kalian teruuuuussss menghabiskan waktu menangkis, kira-kira apa yang terjadi?

Lama kelamaan makin bikin bingung. Tambah bingung setiap hari. Karena hoaks demi hoaks terus mengalir. Susul menyusul dengan klarifikasinya. Makin bingung makin capek hingga akhirnya … kolaps. Chaos. Kacau.

Sudah tidak jelas lagi mana fakta mana yang hanya opini dst. Ya tiap hari begini-begini aja kerjaan kan. “Mereka” lempar hoaks, kalian sibuk menangkis, lempar hoaks baru, tangkis lagi, lempar terus, tangkis terus.

Ya memang ini tujuannya –> MEREDUKSI FAKTA MENJADI OPINI. Istilah lainnya dalam analisa terkait metode kampanye politik model begini, menghadirkan ALTERNATIVE FACTS, mengadakan fakta-fakta alternatif.

Fakta kok ada alternatifnya? Hehehe.

cek berita hoax

Hingga pada akhirnya, hoax vs klarifikasi akan dianggap sebagai DUA HAL YANG SEJAJAR.

Jadi muncullah nanti semacam, “Oooo itu kan menurut lo. Kalau menurut gue sih begini. Jadi ya dua-duanya bisa aja benar, sih.”

Ini nih bahayanya. Ketika FAKTA dianggap sejajar dengan OPINI.

Jadi lama-lama HOAKS dan KLARIFIKASI dianggap “bisa jadi dua-duanya BENAR”. Serem, yes? Huhuhuhu.

Dari kebingungan atas kekacauan ini, tidak heran jika muncul keputusasaan seperti –> “POKOKNYA GUE TIDAK MAU LAGI BACA BERITA-BERITA DARI MEDIA-MEDIA MAINSTREAM. GAK ADA YANG BISA DIPERCAYA.”

Lah, terus mau nyari berita dari manaaaaaa. Naaaaahhh, di sinilah nanti peranannya grup-grup Whatsapp, situs-situs bodong yang seolah muncul menjadi “berita alternatif” dan lain-lain seperti “gue mah mending percaya sama ustaz tempat gue ngaji.”

cek berita hoax
Gambar : hongkiat.com

 

Itu si ustaz mang dapat berita dari mana? Ya doamat, pokoknya gue percayanya sama ustaz gue yang suka posting-posting di WAG.

Kalau kasus di Indonesia, menjadi lebih mudah, karena tinggal disenggol dikit saja lempar ke isu agama . Beres semua .

Jadi sudah tidak penting lagi apakah hoaksnya tolol atau dungu, sama sekali tidak masalah buat “mereka”. Bikin hoaks dongok kan relatif lebih mudah. Pokoknya yang penting asbun. Asal tiap hari ada “topik”.

Agak rumit juga menanggapinya atau menyediakan solusi.

Karena hoaks yang dilemparkan juga rasa-rasanya disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Kenapa muter-muter di PKI terus? Karena traumanya memang masih sangat dalam. Puluhan tahun distorsi sejarah komunisme di Indonesia terjadi. Butuh waktu untuk “menyembuhkan”nya.

Boro-boro juga mau sembuh, buat politisi yang ingin jalan pintas, ngapain capek-capek beradu prestasi untuk titel pemimpin daerah atau presiden misalnya, mending mereka menciptakan permusuhan atau mengobarkan permusuhan yang sudah ada. Tinggal dikipas-kipas saja terus kalau ada kesempatan.

Gambar : pixabay.com

 

Makanya, buat teman-teman Jokower, pilih-pilih lah hoaks yang harus ditanggapi. Bijak-bijaklah dan jangan sampai terbawa arus. Itu kan sudah pernah saya bilangin, jangan menganggap dunia Facebook itu seputar politik saja.

Sekali-sekali alihkan duniamu. Posting apaan kek biar enggak stres sendiri kan hehehe.

Topik beranteman juga susah sekali dikontrol. Karena buzzer-buzzer, baik yang orangnya nyata maupun akun siluman, selalu siap siaga memancing di air keruh.

Saran saya, masa iya sih diantara segini banyak teman di Facebook kalian masih malas ceki-ceki mana yang akun beneran mana yang akun palsu . Atau kalau tidak mau repot, pegangin akun teman-teman sendiri sajalah.

Jangan gampang approve akun-akun robot, mentang-mentang pasang foto ciwi-ciwi cantik langsung maen approve saja .

Kita memang sulit mau mengontrol orang/akun lain. Ya jaga diri masing-masing saja.

Yuk, posting-postingnya dibikin lebih berwarna. Kalau ada berita-berita mencurigakan nan tidak penting, HEMPASKAN saja . Bukan berarti semua hoaks dihindari ya. Bolehlah sekali-sekali buka medan pertempuran hahahahaha.

Berita-berita macam “100 ribu cuma cukup buat beli cabe + bawamg” atau “tempe setipis ATM” itu jelas-jelas hoaks bodong yang sengaja dilempar untuk memanaskan lantai dansa saja. Semua orang juga tahu kok kalau itu ngawur .

Jadi kenapa kalian ikutan pening balas membalas dan sindir menyindir hehehe.

cek berita hoax

Inilah uniknya, makin bego hoaksnya makin rame karena makin banyak yang bisa menangkis. Cobak bikin hoaks yang njelimet, pasti sepi yang nanggepin soalnya pada gak ngerti hahahahahaha.

Tapi jangan terus-terusan fokus di topik politik lah. Sesekali posting foto jalan-jalan, kisah-kisah apa kek terkait hobi misalnya, atau apalah. Biar enggak kek orang gila kalian semua jelang 2019 ini hehehehe.

Jangan terjebak dalam situasi tapi juga … jangan lari, don’t be an ignorant, “Halah, terserah aja dah, pokoknya gue gak mau peduli lagi. Titik.”

Remember … “Nothing in all the world is more dangerous than sincere ignorance and conscientious stupidity.” Martin Luther King, Jr.

Sudah hari rabu, nih. Masuk tengah-tengah minggu. Semoga kalian belum kelelahan dan masih tetap semangat secara akhir pekan masih 3 hari lagi hehehe.

Masih Jokowi sekali lagi dooooonngggg  #jokow1Lag1

1 comment
  1. Halo Jihan, bagus artikelnya krn sudah menjelaskan dgn bahasa mudah tentang runutannya dari berbagai hoax yg disebarkan hingga efeknya ke pilihan politik pada akhirnya. Seram ya kalau kita masyarakat terus dikacaukan seputar TRUTH dan FACT ini. Seperti mbak tulis di atas, gak gampang bagaimana reaksi yg seharusnya diberikan. Perlu bijaksana. Dan, lebih banyak tulisan spt yg mbak buat ini akan membantu…

Comments are closed.