Cerita Hijab : ribut-ribut soal baju lagi. Ya namanya juga perempuan yak. Adaaaaaa aja yang bisa dibahas. I love being a woman hahaha.
Paling kasihan sih sebenarnya yang “pertengahan” atau ala-ala seperti saya ini hihihi. Pakai jilbab -nya cuma “sepotong” kalau menurut kritikan beberapa teman :p.
Terus masih pakai celana jeans. Apalagi saya sekarang lagi demen yang model straight, karena model baggy sudah old school dong ya. Nah lho sudah pakai jilbab masih milih-milih model hahaha. Dan bukankah pakai celana panjang itu menyerupai laki-laki?
Tadinya saya sepakat. Eh, terus saya tinggal di Saudi dan melihat laki-laki pakai gamis panjang (namanya thobe di sana) yang sebenarnya mirip banget dengan baju model perempuan. Laki-laki Pakistan pakai baju sepasang yang bajunya panjang kayak baju kurung dan celananya longgar banget. Lah ya piye? Hahaha.
Then I realize something … baju itu memang bagian dari budaya setempat :).
Makanya, susah mendefinisikan apa yang dimaksud dengan “menarik perhatian”. Karena jelas, kalau Anda di Saudi dan pakai baju bunga-bunga segede-gede gaban dengan warna merah-kuning-hijau di langit yang biru ya so pasti orang-orang akan syok.
Tapi kalau Anda hadir di acara kumpul-kumpul orang Malaysia, berasa salah kostum pakai baju hitam-hitam karena mereka warna bajunya kinclong-kinclong. Jilbab merah, atasan kuning, rok hijau misalnya. Ya jadinya biasa saja karena semua orang juga pakai baju model begitu ;).
Terakhir datang ke acara mereka, ya saya kerahkan atasan kuning muda, jilbab garis-garis hijau kuning walau celana saya enggak pede macam-macam tetap pakai pantalon hitam hehehe. Baru deh bisa terasa tidak saltum :D.
Balik lagi ke masalah jilbab.
Yang kayak saya nih, kiri dihajar, kanan disepet hahaha.
Oleh teman-teman yang masih enggan berjilbab tidak segan-segan bilang depan saya, “Gue bingung sama elo. Pakai jilbab tapi masih pakai celana jeans ngepas di badan. Kalau pakai jilbab ya jangan tanggung-tanggung. Gue makanya belum jilbabab karena enggak mau setengah-setengah. Justru yang kayak elo ini yang merusak citra perempuan berjilbab.”
Oleh “wing kanan” kena jugak, “Apalah gunanya pakai jilbab kalau cuma setengah-setengah? Pakai yang panjang nih kayak gue. Yang syar’i, yang syar’i.”
Tapi ya sudahlah. Fleksibel aja kita yak. Kalau disepet ya pasti kesal lah ya. Cuma biar mengimbangi dosa saya yang segabruk-gabruk (hahaha) saya alihkan pikiran. Kalau disepet rasanya sungguh terluka makanya janganlah suka sepet-sepet orang masalah baju ;).
Indeed, saya memang tidak terlalu terganggu dengan ragam fashion atau apalah-apalah yang katanya menimpa umat muslimah di tanah air. Saya tahu rasanya berjualan, ya. Dulu merasakan jualan buku terbit indie kayak orang gila.
Makanya, kalau ada rezeki dan mood bagus ya kalau ada yang nawarin baju-baju atau jilbab-jilbab walau terus terang saya enggak cocok modelnya, insya Allah tetap inbox dan beli beberapa. Apalagi kalau saya ngefans sama yang jual atau kenal baik dan mereka nawarinnya sopan :p.
Tapi memang, kalau mahal-mahal ya saya angkat tangan! Hahaha.
Prinsip saya dalam berbusana ya … itu tadi. Enggak pengin yang mahal-mahal. Kikir sama hemat memang tipis bedanya :p.
Sekarang pun baju-baju saya arahin ke satu warna semua. Di sini sih santai ya. Keluar rumah pakai jeans + jaket. Jaket saya ya hitam semua hahaha. Itu juga cuma ada 3 biji : winter, autumn, spring. Untuk summer udah keburu punya beberapa kardigan.
Waktu mau mudik saya baru sadar, alamak, kenapa baju hitam semua iniiiiiiii hahaha. Terinspirasi Pak Jokowi nih :p. Masa presiden saja bajunya gitu-gitu doang, kita rakyat jelata mau macem-macem.
Itu jawaban ala cebong *benerinEkor*.
Sebenarnya saya senang warna hitam karena :
- Bikin kelihatan langsing hahaha
- Gampang dipadu padankan dengan warna jilbab apa saja.
- Kalau ditanya saya tinggal ngeles, “Eh baju saya banyak cuma memang hitam semua” Hahaha. Jadinya, orang enggak akan tahu sebenarnya berapa banyak baju saya :p.
- Kalau bawahan ya saya paling suka celana jeans. Praktis. Udara dingin maupun tropis :D. Bisa dipakai berkali-kali tanpa perlu dicuci dan tidak perlu disetrika dan tetap kelihatan rapi hahaha. Nah cucok kan celana jeans + atasan hitam :D. Tinggal jilbabnya saja yang dimainkan :D.
Namun, saya tidak rewel kalau situ mau pakai baju bunga-bunga atau pink atau kuning atau manalah. Ya soalnya saya juga tidak terlalu suka sih menilai-nilai orang dari penampilan ;).
Paling merhatiin yang umum-umum saja misalnya kerapihan dan kebersihan :). Soal warna dan model monggo sajalah. Saya fleksibel. Lihat yang modis-modis juga suka, kok ^_^.
Kakak saya yang rewel suka banget nyinyirin penampilan saya yang di matanya “standar abesssss”. Ya biarin saja dia ngomong sampai berbusa toh enggak pernah saya dengerin hahaha. Tapi saya pribadi senang kok dengan baju-baju rancangan dia yang modis-modis itu ;). I’m still a proud sister <3.
Tidak sedikit memang teman-teman saya yang kini beralih mode busana. Pakai gamis panjang dan jilbab panjang. Good for them <3.
Untuk urusan niat dan soal tabarruj dan berhias diri, ya saya pun tipe perempuan yang hanya kenal bedak dan pelembab bibir. Tapi saya suka juga sih nonton-nontonin youtube cara bikin alis walau saya tidak pernah habis pikir, “Kenapa alisnya dihapus terus digambar lagi?” Hahahha.
Tapi ya, tidak merasa terganggu juga. Ya, alis-alis dia :p.
Perkara niat lebih absurd lagi, ya. Bukan ranah manusia :p. Kadang, kenal juga tidak. Jadi kenapa kita harus pusing kalau dia punya koleksi gamis yang diklaim syar’i 10 biji dengan harga tidak murah? Let them! Yang penting ketemu tetap haha hihi dan cipika cipiki ^_^.
Saya sih kalau lihat pashmina agak besar dan bahannya bagus saya sering beli buat oleh-oleh :). Karena teman-teman dan kerabat memang banyak yang pakai pashmina/jilbab lebar-lebar. Saya lebih prefer yang kecil-kecil kan pakai jilbabnya memang cuma sedada atau seleher :).
Teman-teman yang sekarang pada pakai gamis lebar dan jilbab besar ya tetap baik-baik saja sih dengan saya. Terserahlah ya kalau di belakang saya, saya toh juga mungkin sesekali keserimpet ngomongin orang *tutupMuka*. Yang penting kalau ngobrol di FB, WA dan tatap muka mereka tetap akrab :). So why bother? :).
Masalah busana hanya salah satu sisi dari berwarnanya hidup ini, kan, kan, kan ^_^. Tidak terlalu signifikan buat saya sih.
Hidup merantau membuat saya melihat banyak sekali hal-hal dan perbedaan budaya yang mungkin ribet di tempat A tapi simpel di B. Atau krusial di B tapi di A ya santai-santai saja.
Itulah warna dunia. Pasti bosan sekali ya, sudah jauh-jauh merantau ya ketemunya model-model itu-itu juga hehehe. Lebih senang kalau warna warni ^_^. Lebih bahagia lagi karena untuk menikmati dan menjadi bagian darinya, saya tidak perlu ikut-ikutan menyamakan “warna”.
Urusan siapakah kelak yang menunjukkan “warna” sejatinya sesuai perintah sembahan masing-masing, ya itu bukan ranah manusia ;). Biar sajalah malaikat Rakib dan Atid melaksanakan tugasnya :D. Kita semua posisinya sama. Sama-sama menunggu hasil yang hanya akan ketahuan “nanti”. Bukan sekarang :).
Tapi kalau dibikin ribut juga enggak apa-apa. Kan asyik, sudah berapa hari bingung mau nulis apaan, tetiba ada topik seru kan bisa nulis-nulis lagi hihihi.
Cuma saja, buat sebenarnya masih banyak hal lain tentang persoalan perempuan yang lebih menarik dan edukatif untuk diperdebatkan :). Lah terus kenapa situ ikut-ikutan rempong? Ya sekalian curhat sebagai orang “tengah-tengah” yang kena sikut melulu dari 2 sisi dooooong hahahaha. Kapan lagi dapat momen yang pas :p.
Sekalian pasang foto-foto ala OOTD dong ya hahahaha :p. Sungguh postingan yang sangat inspiratif :D.
Assalamualaikum mbak salam kenal. Hehehe saya juga masih ditengah2, sedang proses hijrah. Punya baju yg longgar dan suka juga pake khimar yg lebar krn kerasa nyaman. Tapi juga masih demen pake palazzo pants, dengan alasan kepraktisan krn saya mobilitasnya banyak pake motor. Palazzo pants karena ga seketat celana jeans, pipanya lebar tp ga selebar rok. Hahaha pilih amannya, soalnya ribet pake rok lebar dl pernah kesrimpet masuk motor mesin matic. Beugh drpd kejengkang kan ga lucu ya mbak. Hehehe itu sharing dari saya, makasih mbak.
hai mba jihan, aku sebetulnya entah dari kapan pengin nulis ini. Tapi berhubung saya bukan kaya mba jihan yg nulisnya dengan bahasa yang bisa bkin ketawa/orang merasa di :p gitu dengan icon2 di postingan mba jihan, jadilah sampai sekarang ngga nulis2 😀
Jujur saya banyak sependapat dengan mba jihan. Saya lebih suka orang yang jilbabannya biasa aja tapi menjaga akhlaknya dari pada yang jilbabnya lebar tapi akhlaknya kurang dijaga. Memang betul kalau pakaian itu bagian dari budaya setempat. Cuma ya, semua balik ke pribadi masing2 sih mau ribet ama penampilan orang atau diem aja.
mbak udah lama gak BW ke tempatmu. Makjleb mampus baca ini mbak : Urusan siapakah kelak yang menunjukkan “warna” sejatinya sesuai perintah sembahan masing-masing, ya itu bukan ranah manusia ;). Biar sajalah malaikat Rakib dan Atid melaksanakan tugasnya.
Keren euy si mbak bisa merangkai kata-kata ini…asli saya langsung termenung, inget sama dosa-dosa suka ngomongin orang yg gak sesuai inilah itulah. Hiks hiks…..
Btw gak bikin buku lagikah? Daku menunggu buku barumu loh….
Couldn’t agree more. Yang penting aurat tertutup dan MODESTY. Lebarnya jilbab tidak berbanding lurus dengan lebar kapling kita di surga. Yang tahu ilmu, akan lebih memilih mengurus yang hakiki.
Kangen euiii, main ke sini
As usual, paparannya itu, buat aku klepek-klepek.
Berasa sedang ngobrol dan manggut-manggut, sambil plintir ujung jeans :))