Sebosan-bosannya saya dengan tulisan “Every Mom Has Her Own Battle ini” ini hahahhaha, tetap saja beberapa hari lalu rasanya harus di-share untuk ‘menghibur’ seorang kawan yang merasa terintimidasi oleh salah satu video emak-emak yang sempat go viral beberapa waktu lalu :D. Eh, videonya kemudian bangkit lagi 2 hari lalu hihihi.
Ditanggapi sebagai : Working Mom vs Stay at Home Mom :D. Again and again, yaaaaaa :p.
Saya nonton videonya padahal pesannya tuh tentang pentingnya memberi hari libur yang layak kepada para asisten rumah tangga dan tidak serta merta mempercayakan semua-muanya kepada mereka. Tapi saya perhatikan sebagian teman saya memang share videonya sebagai justifikasi “hebatnya menjadi stay at home Mom.” Enggak nyambung sebenarnya sama isi videonya hehehe. Tapi ya sudahlah, penerimaan orang kan beda-beda.
Maaf ya, ilustrasi tulisan ini pakai foto-foto pribadi yang sebenarnya enggak ada hubungan dengan video hahahaha. Malas ah share videonya :p. Tidak ingin memperkeruh acara #gagalPaham ini :D.
Untuk saya pribadi, sudah cukup saya melihat bukti nyata ibu-ibu yang tetap hebat walau harus berkarier di luar rumah. Dua diantaranya adalah kerabat yang cukup dekat, lho. ANak-anak mereka sudah tumbuh dewasa dengan kapasitas di atas rata-rata menurut saya ;). Sayang, tak enak mau sebut nama. Belum minta izin :D. Sebaliknya, ada juga contoh ibu-ibu yang ‘stay at home’ yang (maaf) tidak menunjukkan hasil yang cukup :). Saya juga kenal langsung dan melihat dengan mata kelapa sendiri.
Adapun jika saya memilih menjadi yang ‘stay at home’ ya terus kenapa? Jadi keren gitu? hehehehe. Ya situasi-kondisi-pemikiran-pilihan pribadi saja lah ^_^.
Alhamdulillah, some of us did not have to stay away from our children/home for some extra cash ;). Alhamdulillah, dengan tetap berada di rumah masih ketemu cara untuk membahagiakan diri sendiri. Alhamdulillah, semua kebutuhan materi tercukupi cukup dengan suami saja yang harus wara wiri di luar rumah hehehehe.
Tapi pernahkah terpikir mengenai kehidupan seorang ibu tunggal misalnya? Pernahkah terpikir bahwa bukan ibu tunggal pun kadang memaksa seorang Ibu ‘turun gunung’ untuk menopang ekonomi keluarga. Bukan semata-mata karena lari dari tanggung jawab mengasuh anak, kan? :).
Alhamdulillah, jika sebagian dari kita diberikan berkah lain berupa potensi untuk memberikan ‘lebih’ kepada lingkungan sekitar di luar lingkungan keluarga. Apalagi ada kondisi internal yang memadai. Suami mendukung penuh misalnya. Anak bisa dititipkan pada kerabat atau mendapat embak yang oke punya ^_^. Why not?
Tapi adakah terlintas mungkin ada juga orang yang punya potensi sama tapi lebih memilih di rumah saja sama anak-anak? Boleh dong yaaaa ^_^. Atau mungkin potensinya justru dalam rumah. Hobinya masak atau bikin kue misalnya. Dia tidak berniat membuka bisnis katering sih tapi boleh kan kalau dia hobinya di dapur.
Orang-orang kayak gini jadi berkah tersendiri buat tetangganya yang ogah nge-dapur hahahahaha. Di Jeddah dulu, tidak tanggung-tanggung, 3 tetangga Indonesia saya jagoan dapur semua. Depan rumah spesialis masakan Makassar asal daerah saya. Yang lantai 5 masterchef hampir semua masakan khas Indonesia. Ajegile, bikin mie goreng biasa saja bisa bikin suami saya klepek-klepek hihihi. Yang lantai 1 senang berbaking ria.
Adalah saya yang tidak tahu diri dan kerjanya hanya menerima kiriman saja hahahhahaha. Aku padamulah ya emak-emak Mushirifah. Kapan-kapan harus reuni khusus berempat, kalian masak, gue yang makan! Hahahhahaha.
Alhamdulillah, jika sebagian dari kita tinggal di rumah pun bisa tetap mengisi kantong sendiri tanpa harus meninggalkan anak-anak. Apalagi memang sudah hobi dan malah bikin kita makin hepi.
Tapi memangnya kenapa kalau ada yang memilih di rumah dan tidak berniat mencari dana tambahan? Ya kali dia sudah merasa cukup toh ya? Tidak berarti tidak punya keahlian apa-apa yang bisa dijual kan? Ya kali aja orangnya memang santaiiiiiii ^_^.
Ingat-ingatlah, tidak semua orang punya pemikiran dan kondisi yang sama. Jangan digunakan ‘berkah’ yang dianugerahkan Tuhan kepada kehidupan kita untuk menjustifikasi hidup orang lain, yes? ;).
Again, saya merasa videonya netral dan tidak melarang sama sekali ibu-ibu menggunakan jasa asisten rumah tangga dan sama sekali tidak ada indikasi melarang ibu-ibu berkarier di luar rumah. Pesannya adalah tentang berbagi tugas yang adil dan tetap bertanggung jawab kepada anak sekali pun harus sering berada di luar rumah. Itu masalah persepsi orang-orang yang menonton aja apa, ya. Kalau ada yang sensi dan tersinggung, yuk ah, ini tulisan hiburan buat kalian semua hehehehe.
Tidak berlebihan sih kalau dibilang antara working Mom vs stay at home Mom, entah sampai kapan ini kelarnya? Hahaha. A never ending story…indeed :).
Foto-fotonya menghibur kaaaannn? –> minta dilempar granat! Hahaha. Mau eksis saja mesti dong dibikini tulisannya *ngelapKeringat* :p.