Ya ampun, sebuah tulisan lama dari bulan Agustus 2012. Saat lagi gencar-gencarnya mendukung Pakde Jokowi di putaran ke-2 pilkada DKI :D. Lupa belum didokumentasikan dalam blog.
Untung Pakde beneran menang ya akhirnya. Jadi, tulisan ini akan menjadi nostalgia yang manis.
Here it is :).
***
Seorang Jokowi
***
“Pencitraan! Basi!” begitulah seringkali komentar yang disuarakan oleh orang-orang yang kurang suka dengan Pak De satu ini .
Mulailah bermunculan secara luas berita-berita tentang hal-hal yang dilakukannya untuk Kota Solo. Tolong diingat, Solo dan Jokowi adalah dua hal yang sudah sering berdengung jauh sebelum Pilkada DKI berlangsung .
Pencitraan? Mungkin saja . Tapi apa penting membahas itu ya, kalau faktanya memang ada di depan mata?
Seorang Amien Rais bisa saja mengumandangkan dirinya sebagai wong Solo yang merasa kinerja Jokowi ‘gak ada yang istimewa, tuh’. Bahkan Rhoma Irama bisa santai-santai saja setelah terbebas dari jeratan hukum karena semena-mena menuduh orang tua Pak De sebagai ‘non muslim’. “Saya lihat di internets’ kata Rhoma Irama. Internets? Mungkin lihatnya di berbagai macam situs jadi jamak menjadi internets hihihihihi.
Saran saya, jangan percaya 100% pada media. Masa sih, di sekian banyak orang yang Anda kenal, Anda tak punya akses yang terpercaya tentang kota Solo ini . Beruntungnya saya. Punya kawan yang cukup karib yang bersuamikan orang Solo asli. Maturnuwun ya, Mbak cantik:). Adik kandung saya pun bersuamikan orang Solo . Hampir tiap tahun ikut mudik ke Solo.
***
Saya mengutip kisah Columbus di bawah ini dari situs Salim A. Fillah (penulis favorit saya) :
Dia berkisah :
…
Suatu hari dalam perjamuan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella, semua orang mencibir perjalanan Columbus menemukan dunia baru sebagai hal yang sebenarnya sangat mudah. Tinggal berlayar terus ke barat. Lalu ketemu.
Christopher Columbus tersenyum dari kursinya. Diambil dan ditimangnya sebutir telur rebus dari piring di depannya. “Tuan-tuan”, suaranya menggelegar memecah ricuh bebisikan. “Siapa di antara kalian yang mampu memberdirikan telur ini dengan tegak?”
“Christopher”, kata seorang tua di sana, “Itu adalah hal yang tidak mungkin!”
Semua mengangguk mengiyakan.
“Saya bisa”, kata Columbus. Dia menyeringai sejenak lalu memukulkan salah satu ujung telurnya sampai remuk. Lalu memberdirikannya.
“Oh.. Kalau begitu, kami juga bisa!”, kata seseorang. “Ya.. ya.. ya..”, seru yang lain. Dan senyum Columbus makin lebar. Katanya, “Itulah bedanya aku dan kalian Tuan-tuan! Aku memang hanya melakukan hal-hal yang mudah dalam kehidupan ini. Tetapi aku melakukannya di saat semua orang mengatakan bahwa hal mudah itu mustahil!”
…..
Memang tak ada yang istimewa dengan hal-hal yang sudah diukir Jokowi di Solo. Begitulah seharusnya seorang pemimpin daerah berbakti. Ironisnya, hal-hal tersebut menjadi hal mustahil di masa kepemimpinan di era terkini.
Pemindahan pasar tanpa intrik kekerasan? Memangnya hal yang luar biasa? Tidak, tuh! Tapi… berapa orang yang mau payah-payah menempun jalan ini? Memberi penghormatan begitu rupa pada orang-orang kecil. Cuma pedagang pasar tradisional. Ngapain repot-repot?
Mobil Esemka? Masih mencibir kalau itu bentuk kebohongan publik? Jangan menuduh orang lain naive, memangnya Cina dan Korea memulai kebangkitannya sebagai negara industri lewat cara apa? Ngintip-ngintip cara Jepang, bukan? . Rakitan seperti ini memang bukan cuma dominasi pelajar asal Solo. Tapi… berapa banyak yang mau susah-susah ikut membesarkan harapan generasi muda ini? Halah, mobil rakitan anak SMA. Dapat capeknya doang, duitnya gak ada .
Membuat tempat-tempat publik yang nyaman? Ah, mending bangun mal. Duit, duit, duit. Kesejahteraan orang banyak? ya, itu kan relatif. Mal kan juga bikin orang senang. Hehehhe.
Lihat kan bedanya Jokowi?
“Itulah bedanya Jokowi dan kalian Tuan-tuan! Dia memang hanya melakukan hal-hal yang mudah dalam kehidupan ini. Tetapi dia melakukannya di saat semua orang mengatakan bahwa hal mudah itu mustahil!”
***
Jadi… apa yang mustahil, warga DKI?
Gentar dengan banyaknya partai besar di belakang kubu lawan?
Was-was dengan maraknya isu SARA yang menerjang dari segala penjuru? Entah lewat mana lagi akan berhembus.
Khawatir akan banyaknya uang yang digelontorkan atas nama kepedulian bertopeng kampanye?
Justru dengan itu kita harus belajar dari Pak De . Percaya bahwa yang mustahil itu seringkali hanya hal mudah yang disusah-susahkan banyak orang .
Jangan terpancing, ya. Terus suarakan kampanye positif. Tentu saja kita tidak sedang membela Dewa atau Malaikat. Orang seperti beliau pun masih terlalu jauh dari kesempurnaan. Tapi beliau menjanjikan sesuatu. Pastilah pergantian selalu menghembuskan perubahan. Setidaknya ada kans 50% untuk ke arah lebih baik .
Tetap sebuah pilihan yang lebih tepat ketimbang kembali menyerahkan kepercayaan pada tangan yang sudah pernah membuktikan kegagalannya.
Untuk JAKARTA BARU, jangan berhenti berharap… Jokowi for DKI!!
Jihan, dan di Bandung sini kita lagi berharap perubahan pada RIdwan Kamil.
Iya, kemarin sudah baca berita dan liat2 videonya. Sepertinya memang beliau yang paling mumpuni, ya. Semoga menang. Aamiin 🙂
Bukan pendukung partainya, sih… tapi aku jg suka ke si pak de.. 😀
Kalau partainya sih enggak demen juga :D.
Pecundang memang hanya sibuk mencari kelemahan/kesalahan “lawan politiknya”, kemudian mencibir / merendahkan agar dianggap hebat oleh pendukungnya. Padahal belum ada karya nyata yang dihasilkan. Kemudian kalau ada pendukungnya yang mengagung-agungkan maka ini sama dengan sama gilanya.
Seorang tokoh / figur publik itu seharusnya menjaga mulutnya agar menjadi panutan yang baik.
Selamat berbakti, pak de.
Amin. Tapi kecewa juga kalau nanti Pakde mau diusulin jadi Presiden :(. Jakarta bagaimanaaaaa???? 🙁
akuuu sukaa malahan kalo dia jadi presiden hehe