Eiffel, I’m (not) in Love!

Ini cerita liburan Paskah yang baru ditulis sedikit-sedikit. Kalau banyakan ngomel, mending dipending hihihi. Gak tega aja gitu.

Paris ini kota impian standar anak kampung kek kita-kita eh…saya maksudnya. Bayangan saya soal luar negeri dulu ya didominasi sama menara segitiga di salah satu jantung Kota Mode dunia ini.

jalan jalan ke paris

Sore itu kami berangkat dari Brussel naik kereta. Anak-anak ketiduran dalam kereta, suami sibuk baca-baca apaan tauk di ponselnya. Anak orang kaya dese mahΒ :p. Dah keliling Eropa sejak kuliah.

Sementara si akuh yang walau bukan dari keluarga tajir tapi cantik jelita ini (dah lama gak #benerinPoni) tidak bisa tidur saking tegangnya mau lihat Menara Eiffel πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚.

Tiba di Paris, langsung menuju hotel. Dah kesorean mau jalan-jalan. Ribet bawa anak 3. Ngomeeeeelll mulu hihihihi.

Punya anak 3 juga repot banget milih penginapan (hotel) yang satu kamar. Karena kamarnya mungil-mungil. Kecuali mau ambil yang family room. Tapi ogah buang-buang duit.

Akhirnya nemu hotel yang bisa sekamar berlima di Gare du Nord. Kebetulan pula deket stasiun biar besoknya gampang mau langsung ke pusat kota.

Katanya ini daerah preman. Saya pun sempat ngambek dan berantem sama suami gara-gara booking hotel daerah sini :p. KONON, suasananya “mencekam”. Apalagi bawa anak-anak Horor ye kaaaaan. Siapa yang gak ngamuk πŸ˜πŸ˜πŸ˜. ”

Dihibur sama 4 cowo-cowo ganteng gak mempan! πŸ˜Ž

Semalaman saya ngambek. Ngambek tapi kepo hahahaha.

Pagi-pagi saya terbangun, hiruk pikuk banget dari arah luar. Wajar lah, sebelahan ama stasiun.

Saya mengintip ke bawah (walau hotelnya murah meriah tapi bersih dan kaca jendelanya gedeeeee), di luar udah ruameeeeee. Langsung teringat masa kecil di rumah di Makassar dulu.

Waktu kecil saya tinggal di Jalan Pajennekang, salah satu daerah caur di MakassarΒ :p. Pagi-pagi sudah ribut tetangga yang punya toko bangunin anak laki-lakinya sambil teriak-teriak satu RW denger semua hahahaha.

Foto keluarga tahun 2005. Sayangnya, minus si sulung :(.

Orang-orang saling menyapa sambil lalu lalang makanya ngomong sambil jerit-jerit. Kadang saking akrabnya sampai pukul-pukulan kalok ketemu.

Nah, begitulah kira-kira suasana di sekitar hotel di Gare du Nord pagi itu yang pagi itu sekilas terlihat didominasi oleh orang-orang dari Timur Tengah dan Afrika. Berisik tapi guyub.

Kusenyum-senyum dari atas. Seorang laki-laki paruh baya berrnyanyi keras-keras sambil membuka pintu tokonya dan mengatur buah-buahan di rak luar toko. Seorang laki-laki lebih muda melintas dan tahu-tahu menari dan ikut bernyanyi.

Eh, tiba-tiba seseorang melemparkan sesuatu dengan keras ke arah mereka.

Mereka pun berteriak sahut-sahutan. Eike kira berantem, ealah terus mereka ngakak bertiga. Ternyata si pria yang melempar entah apa itu pemilik toko yang kiosnya tak jauh dari situ. Sudah saling kenal rupanya.

jalan jalan ke Paris
Notredame-Paris, April 2019

Beberapa pria berkulit gelap berkumpul tak jauh dari situ sambil mengobrol gak kalah ributnya. Sebuah kelompok lebih besar duduk di kursi-kursi, ada juga yang berdiri, dengan segelas minuman hangat di tangan masing-masing juga sibuk cekakak cekikik di pinggir jalan.

Ya pantaslah orang bulenya STRES πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚. MUngkin yang gini-gini sama mereka dianggap inappropriate yang memicu tuduhan “kriminil”? Bisa jadi hihihihi.

Saya pernah tinggal di Arab Saudi jadi udah biasa dengar mereka ngobrol sahut-sahutan begitu.

Lagian di Makassar juga biasa heboh begitu hidup bertetangga. Ada yang mau pinjem handuk teriak dari lantai 3 ke arah rumah di seberangnya, “Pinjang dulue handuk kasiang. Lemparkan ma’.” Itu sampai 4-5 rumah sebelahnya bisa dengar.

Mana pernah lihat orang bule di Eropa kek gitu hahahaha.

jalan jalan ke Paris
Anak-anak udah bete banget disuruh foto mulu hahahahaha

Nah, benar juga. Sepulang dari Paris, iseng browsing ke grup-grup traveling dan benturan-benturan budaya inilah yang ternyata menciptakan banyak kesalahpahaman :D.

Kebiasaan-kebiasaan standar di kaum tertentu dianggap brutal oleh kelompok lain :p.

Insya Allah aman saja kok secara umum. Soal jambret, di tempat-tempat wisata ramai level dunia di berbagai kota besar Eropa emang harus hati-hati kok.

Jangan takut ke Gare du Nord. Murah-murah loh akomodasinya ^_^. Gak sereeeeemmm. Cuma ya gitu. Berisiiiikkkk :D.

Setelah mandi baru nenteng ransel dan cabut ke pusat wisata Kota Paris. Sepanjang jalan ke arah stasiun memang banyak yang ngumpul dan ngobrolnya keras-keras. Orang Sulawesi harusnya gak kaget. Dulu di kosan pun, saya suka disangka marah-marah oleh teman-teman karena intonasi suara yang “ngeri” πŸ™ˆπŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚.

Bawel pula akutu. Cerewet tiada tara. Kebayang stresnya temen-temen kosan ngedepin anak Bugis ini πŸ€£πŸ€£πŸ€£.

Stasiun-stasiun di Paris ini gustiiiiii … pesingnyaaaaaaaa πŸ˜πŸ˜πŸ˜. Kota Madrid yang saya sangka amburadul, malah stasiunnya rapi dan bersih, jarang bau pesing.

Mana pening kali pun jarang ada bahasa Inggris di stasiun Paris. Stasiun segede-gede gaban dengan berbagai fasilitas angkutan publik yang menyatu bener-bener bikin gagap.

Itu kami sampai pakai Google Maps + aplikasi khusus dalam stasiun buat nyari jalur kereta yang kami tuju πŸ€£πŸ€£πŸ€£. Beberapa kali muter-muter di tempat yang sama. Nanya ke orang-orang juga hopeless.

Sudah rahasia umum, orang-orang Perancis ogah berbahasa Inggris (walau mereka bisa). Sampai panik sendiri tapi akhirnya ketemu juga … fffiiiuuuhhh #pijetBetis.

Singkat cerita, tiba di kawasan wisata utama.

Pas udah deket Menara Eiffel, malah bengong, terus bisik-bisik ke suami, “Lah segini doang menaranya? Apa hebatnya?”

Suami langsung ngakak, “Lu yang minta-minta ke sini yeeeee.”

jalan jalan ke Paris

Anti klimaks banget hahahaha. Mungkin karena capek juga nyasar di stasiun sejam lebih πŸ˜…. Plus uring-uringan sama bau pesing yang menusuk. Area sekitar Eiffel juga agak kotor, euy :(.

Suami udah ngeluarin kamera karena sejak semalam sudah saya wanti-wanti saya pengin foto ampe muntah-muntah depan Eiffle. Saya-nya malah pengin cepat-cepat pergi aja dari situ πŸ™„πŸ˜΄πŸ€£.

Untungnya dekat situ ada restoran kebab yang enak. Untuk menghibur bininya yang patah hati dengan impian masa kecil yang dirawat bertahun-tahun tapi kandas begitu saja (hahahaha), suami ngajak lunch di resto yang agak bagusan.

jalan jalan ke Paris

Setelah kenyang dan leyeh-leyeh bentar baru lanjut ke kawasan wisata lainnya di Paris. Jelang malam, balik ke stasiun, menuju Disneyland. Yang Disneyland udah saya share dulu versi vlognya :D.

https://www.youtube.com/watch?v=fCPGPHz9zhc

It doesn’t matter what I dreamed in the past, can’t change anything. Tetep seru kok dan nanti pasti jadi memori seru nih foto-foto kami ini kelak ^_^.

“It doesn’t matter what you did in the past, you can’t change it. The best you can do about your past is to be nostalgic with your family and loved ones about happy memories.” (Zoe McKey, The Unlimited Mind Happy)

-When in Paris, April 2019-