“Ujian Nasional” ala Kurikulum Amerika Serikat?

Kurasa sih, kalau kiblat kita adalah negara-negara yang menganut sistem “welfare state” (kesejahteraan bersama) seperti sebagian besar Eropa Barat, Kanada, dan Australia, ya pasti urut dada, deh, hihihihi.

Sekadar penyeimbang, dengan sistem pendidikan yang nampak semanis madu begitu, tolong diingat ada PAJAK YANG CUKUP DAHSYAT yang harus dibayar oleh kalangan profesionalnya πŸ™ˆπŸ™ˆ.

Karena kami datang dari Arab Saudi yang gaji gross persis gaji nett, kaget banget terima slip gaji pertama di Irlandia.

“Gilak! Dirampok!” Gitu kata suami saya πŸ€£πŸ€£πŸ€£.

Dibandingkan dengan Eropa-Kanada-Australia, pajak di Amerika Serikat tidak sebesar itu. Tapi inget, di “welfare state” umumnya sanggup menyediakan sistem pendidikan yang merata sampai ke pedalaman yang mungkin rumahnya cuma sebiji dua biji sisanya hutan dan sawah πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜.

“Welfare state” juga memberikan sistem kesehatan yang bisa dibilang “merata”. Sesuai makna harfiah “kesejahteraan bersama”, susah senang kita tanggung sama-sama.

Ah, indahnya dunia. Enggak juga kalok gaji lu udah ada di level potongan pajak 35% πŸ˜πŸ˜πŸ˜.

Kalian tahu kan,ada pembalap senior Jerman yang memilih tinggal di Swiss (segala harta benda tarok di Swiss walo WN masih Jerman πŸ˜). Swiss tidak termasuk Uni Eropa dan punya sistem perpajakan yang tidak sekejam Jerman (buat orang-orang berpenghasilan tinggi). And he’s not the only one.

Tidak sedikit pesohor-pesohor dunia asal Eropa yang memilih hengkang ke US demi biar “hartanya tidak dirampok” pemerintah πŸ˜πŸ˜πŸ˜.

Kembali ke topik sistem pendidikan … what will happen if you live in a country yang jumlah penduduknya di atas 100 juta orang?

Tidak banyak negara yang punya penduduk segabruk yang bisa menyamai “privilege” kehidupan ala orang-orang di “welfare state” ;).

Tapi kalau kita sederhanakan dengan terminologi negara dengan kekuatan ekonomi yang besar, surprisingly, dua negara teratas adalah Amerika Serikat dan China.

Dari survei-survei PISA atau apaan lah itu kemarin yang ramai, kedua negara ini masuk dalam negara-negara yang dianggap punya sistem pendidikan lumayan mumpuni.

Tapi jangan dikira, kurikulumnya se”rileks” di Eropa-Kanada-Australia 🧐😁.

Public school di Amerika Serikat menggunakan sistem zonasi yang ketat. Aturannya simpel. Kalau orang tua murid tidak sanggup membayar atau menyewa properti di pemukiman mewah, ya silakan nikmati public school seadanya.

Yup, public school diongkosi oleh PBB lokal πŸ˜. Kasarnya, situ tajir ya sekolah lu bagus, kalo gak tajir ya mutu sekolahnya gitu deh.

Makanya, di USA, sekolah swasta itu menjamur dan banyak peminat. Persis kayak di mana? Ya kayak di Indonesiaaaaaaaaaa πŸ€£πŸ€£πŸ€£.

Kami pernah nyangkut di Texas setahun. Jadi anak-anak saya (#boy1 dan #boy2 sempat menikmati public school gratis setahun). We did our research dan sudah paham kalau sekolahan di Texas ya mayan kerja keras jugak.

Karena segala apartemen disewain kantor di tempat yang mentereng dapatlah kami public school rating 9/10. One of the best di daerah situ.

Mereka kenal UJIAN NASIONAL gak sih? Bukan cuma UJIAN NASIONAL di tingkat akhir elementary school, tapi TIAP TAHUN sejak kelas 3 SD! πŸ™ˆπŸ™ˆπŸ™ˆπŸ™ˆπŸ˜….

Saya pikir ujian biasa-biasa aja kayak di Ireland. Ireland juga ada ujian kompetensi tiap tahun loh. Tapi ya ujiannya gak dibikin extravaganza macam ujian nasional gitu yang bikin enyak babe gak bisa tidur hahahaha.

Di tiap negara bagian di USA mereka punya tes standar tahunan buat siswa elementary sejak kelas 3 tadi itu. Di Texas namanya STAAR Test (State of Texas Assessments of Academic Readiness – Test).

Ujiannya dah macam EBTANAS/UN gitu. Diadakan di AULA sekolah. Jadi siswa di kelas lain biasanya libur kalo ada STAAR TEST. Tegang kali pun. Waktu mengantar dia ke bus sekolah di hari STAAR-Test udah kayak nganterin anak mau UMPTN hahahaha.

Dan itu diulang sampai kelas 8 gusti Allah πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜….

Nanti hasilnya bisa dilihat dan digunakan sebagai salah satu parameter kualitas sekolah secara umum. Kayak di mana? Kayak di Indonesiaaaaaaaa 🀣🀣🀣🀣.

Ada grade-gradenya jugak. Anak saya kelas 3 waktu itu. Tentu dengan bimbingan TIGER MOM yang sudah meraung sejak beberapa bulan sebelum tesΒ πŸ™ˆπŸ˜, walau dia pindahan dari Ireland, tentu hasilnya –> mendapatkan grade tertinggi, MASTER, di semua mata pelajaran 😎😎😎.

Eh, cuma 2 deng pas kelas 3 : Math and Reading kalau gak salah.

Pas kelas 4 ditambah WRITING. Kelas 5 ada SCIENCE. Kelas 6, 7, 8 ada tambahan lagi. Pokokknya makin susah lah intinya. Kelas 9 ke atas ya tambah ribet pastinyaaaaaa.

Kita berbicara tentang Negara Jantung Dunia yaaaaaa, bukan negara ecek-ecekΒ :p. Negara di mana banyak inovasi bermunculan menjadi penguasa dunia. Negara yang menjadi tempat kuliahnya si Mendikbud kita yang terbaruΒ #ehΒ :p.

Saya tidak bisa cerita banyak soal Cina selain keheranan suami saya waktu assignment ke Cina beberapa tahun lalu. Di jam pulang kantor suami terheran-heran melihat banyak anak sekolah berkeliaran di jalan.

Dia nanya ke temennya. Temannya menjawab santai, “Lah, emang jam pulang sekolah kan?”

Jam 5 sore, jam pulang sekolah anak-anak level SMP kalau gak salah. Suami langsung keringat dingin πŸ€£πŸ€£πŸ€£. Betapa dia memuja China yang kekuatan ekonominya sudah melampaui Jepang. Ternyata, tidak sedikit “harga” yang harus dibayar.

China kejam ya? Ya coba aja bayangin lu harus ngurusin lebih dari 1 milyar anak vs cuma punya puluhan juta anak.

Jepang sendiri tidak bisa dianggap hura-hura. Dulu temen saya ada yang ngomel karena ada siaran radio yang narasumbernya sotoy bilang di Jepang gak ada PR sampai kelas 6. Dese ngamuk, “Gak ada PR mbahmu!!!!!” πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚.

Oiya, Irlandia ada PR setiap hari sejak TK A / Junior Infant β˜ΊοΈβ˜ΊοΈβ˜ΊοΈβ˜ΊοΈ. ((SETIAP HARI)) literally πŸ˜ŽπŸ˜ŽπŸ˜Ž. Dibandingkan Eropa Daratan, Republik Irlandia memang tidak santai-santai amat, sih :D. Umur 4 tahun di sekolah dah belajar baca-tulis-hitung secara teratur, boooo ;).

Timur Tengah gak usah dibahas. Makin stres nanti hahahaha.

Saya tidak mendukung UJIAN NASIONAL atau semacamnya. Tapi hanya menawarkan perspektif lain soal SISTEM PENDIDIKAN DI DUNIA INI :). Yang sungguh tidak ada adil jika dibandingkan secara “kasat mata” tanpa mempertimbangkan kestabilan politik, kekuatan ekonomi, sistem sosial budaya, JUMLAH PENDUDUK (huruf besar nih hahahaha) dst dst dst.

Fakta bahwa INDONESIA adalah negara kepulauan terbesar juga jangan disepelekan. Bekerja sebagai business analyst di area Supply-Chain Distribusi di Unilever dulu, kenyang daku mendengar keluhan user yang KPI-nya jungkir balik karena beratnya medan distribusi di Indonesia :(.

SEmentara harus bersaing dengan Thailand yang jelas-jelas satu daratan doang. Menang banyak mereka. Dulu jalan tol aja belom ada di Sumatera. Lah apa kabar Indonesia Timur? Itu jangan dikira bukan kendala besar.

Duh, ini belum bahas tingkat KORUPSI yang disangka gak ada hubungannya tapi adalah JIWA UTAMA setiap kebijakan pemerintah termasuk urusan pendidikan :(.

Ah, bosan meracau soal ginian mulu. Tapi ya gimana, setiap ada yang memuja-muja welfare state, sungguh kuselalu merasa harus turun gunung dan bersenandung lagu Sherina favorit saya, “Lihat segalanya lebih dekat dan kau akan mengerti …” πŸ₯°πŸ₯°πŸ₯°πŸ₯°.