Padahal film Dua Garis Biru ini rasanya sudah cukup adil menyoroti posisi laki-laki dan perempuan dalam kasus “Kehamilan di Usia Sekolah & di Luar Nikah”.
Mengapa masih saja ada laki-laki yang merasa “tersudut” :p.
Gak papa, kan kujadi punya alasan nge-gas lagi hihihi.
Mari kita singkirkan dulu hegemoni patriarki dan misoginis bla bla bla dari kasus-kasus seperti ini. Saya TETAP bisa MENUNJUKKAN bahwa PEREMPUAN akan menanggung BEBAN yang jauh lebih “PEDIH” dalam urusan ini :(.
Anggap saja kita sudah hidup dalam tatanan masyarakat yang sudah lepas dari isu-isu kesetaraan yadda-yadda-yadda … kemudian kita dihadapkan pada Bima dan Dara (film DUA GARIS BIRU).
1. Masalah keperawanan dan ke-PERJAKA-an (saya bahkan tidak yakin apakah istilah PERJAKA ini beneran eksis terkait masalah hubungan intim).
How did you measure it? It’s easier to judge the girls, rite? 🙁
Dulu sempat di lingkungan kerabat ada obrolan iseng menanggapi pasangan pengantin baru terkait hubungan intim (anggap saja dua-duanya perjaka-perawan) …
“Kalau mau lihat malam pertamanya sudah kejadian, lihat saja yang perempuan. Kelihatan kok itu. Dari cara jalannya %$$%#$#@$#…. ” dst dst (gak enak mau nulis lengkap -_-)
Karena kalau yang laki-laki bisa dibilang nyaris tidak akan ada perubahan apa-apa.
Uniknya, kalau memang standar ke-PERJAKA-an itu parameternya apa sudah pernah crot apa belum, jelang abege laki-laki akan mengalami fase MIMPI BASAH (yang seharusnya dialaminya sendiri gak perlu bantuan perempuan mana pun).
MIMPI BASAH akan membuat laki-laki KEHILANGAN KEHORMATAN? Nope. Sebaliknya, semata pertanda bahwa mereka sudah memasuki tahap “dewasa” secara fisik.
Something positive, nothing’s bad about that.
See the point? We can’t see (even feel or measure?) any difference apakah seorang laki-laki masih perjaka atau tidak.
Kalau perempuan?
Some stupid boys, pernah melecehkan seorang teman perempuan saya yang kebetulan anak dokter yang punya pengetahuan ilmiah tentang hubungan intim dan organ pribadi laki-laki dan di-sharenya di group mailing list.
Anak-anak laki-laki tolol itu merespons dengan japrian kepadanya, “Widih, lu udah pengalaman ni kayaknya. Enak gak? Ajarin dong!”
See? TOLOL, yes? Banget!
2. Tokoh Dara di film Dua Garis Biru … hamil.
“Iya dia yang hamil, tapi bayangin beban mental laki-laki dan keluarganya juga dong!!!!”
APAAAAA???? LU PIKIR PEREMPUAN HAMIL (belum usia matang pula, di luar nikah pula) TIDAK PUNYA BEBAN MENTAL?#zoomInZoomOutMacamLeiliSagitaDiSinetronSinetronJADUL
Cuuuuuy, jangankan anak SMU yang masih lugu begitu, kami saja yang sudah bolak balik tekdung dan brojolan lu kira tidak mengalami perubahan mental saat hamil?
Dan dengan beban mental itu, PEREMPUAN masih harus menanggung BEBAN FISIK.
Oh c’mon, yang hamil siapa, Dear? Yang mual muntah yang bisa terjadi sampai 9 bulan itu siapa? Yang menahan kontraksi saat melahirkan itu yang lakik? Yang dibelek perutnya itu siapaaaaaa? Robot, HAAAA? #garukPakekPisau
Yang punya beban harus NGUMPET dalam rumah menahan MALU karena perubahan fisik yang sungguh sulit disembunyikan itu SIAPAAAAAA.
Situ kan tinggal crot. Mau kabur juga boleh, monggo. SIAPAAAA yang tahuuuuuuuu kalau bukan bacot-bacot orang terdekatmu yang bercerita?
Memangnya ada ya, tanda-tanda perubahan fisik pada laki-laki yang membuat orang yang belum pernah ketemu sama sekali bisa berbisik-bisik, “Ih, liat si FULAN, cara jalannya kek gitu. Pasti dia abis menghamili cewek, deh.”
But at look at the girl :(. No matter how hard she tried, semua bekas-bekas itu akan tampak nyata padanya. Siapa pun bisa bergunjing tentangnya hanya dengan MELIHATnya, “Ih liat deh, kayaknya masih muda, anak SMU tuh, kok buncit hamil gitu? Jangan-jangan ….”
Bahkan setelah melahirkan pun. Beberapa kalangan perempuan punya genetik yang membuat perubahan besar pada tubuhnya setelah melahirkan. Some are not. Genetik itu. Buat etnis tertentu ciri ini terlihat jelas.
Tidak percaya? Tanyakan pada Meghan Markle yang masih saja dibully pasca melahirkan karena ukuran pinggul yang berubah drastis. Dibully orang-orang yang sama yang dulu mencibirnya pura-pura hamil.
Dan sekarang tetap disindir jugak, dibanding-bandingkan dengan Kate Middleton yang anak 3 tapi bodi tetap lurus bahkan kurang dari 24 jam setelah melahirkan pun tetap lurus –> ampuni hambaMu ya Allah yang kebanyakan baca berita gosip ini hahahaha.
3. Dan mari kita menapak kembali di dunia nyata. Karena di kehidupan serba liberal macam di Negeri Jantung Dunia, Amerika Serikat pun, patriarki dan semacamnya itu belum hilang sepenuhnya. Percayalah!
APALAGI DI INDONESIA
Istilah-istilah menyakitkan hati seperti DIGAGAHI (kata GAGAH kan sesuatu yang berkonotasi positif, kok bisa memperkosa dianggap MENGGAGAHI). Itu tindakan pengecut malah -_-.
Buat perempuan ada istilah “KEHILANGAN KEHORMATAN”.
Sebuah kisah nyata tentang anak perempuan usia SMA yang ketahuan hamil di luar nikah dan nyawanya berakhir di tangan kerabatnya sendiri :'(. Karena dia dianggap sudah merusak kehormatan dan nama baik keluarga, maka nyawanya “dihilangkan”.
Kisah nyata ya Allah *nangis*.
Keluarga perempuan lebih “emosional” ya karena nomor 1 dan 2 tadi.
Jadi mengertilah, jika kasus seperti Bima dan Dara, ada yang berani bilang kepada Bima, “Kamu sudah merusak masa depan Dara!”
So dear my girls, pahami betul perkara-perkara beginian. Saya tidak kaget soal Bima dan Dara. Orang yang saya kenal langsung yang mengalami hal ini bukan 2-3 orang. Lebih :'(.
DAN …. berhentilah menganggap ini azab yang akan menimpa anak-anak muda yang nakal dan berandalan saja :'(. “ITU SALAH BESAR!”
Pelakunya, kedua belah pihak, bisa datang dari kelompok anak baik-baik (even yang lebih banyak berkeliaran di mushala).
Tell our girls, didik lebih detail karena IN THE END, mau diputer-puter kayak apa, you girls will “suffer” more. Macam pepatah, “Enaknya semenit, susahnya selangit.”
Ya syukur kalo enak, kalo kebagian sakitnya doang.
Anak-anakku sayang (perempuan), take care of yourself, sekuat-kuatnya yang kalian bisa. Kesannya dunia tidak adil, ya. What can I say? Ya mungkin ini “jalan Ninja” kita, sayang <3.
Laki-laki bisa MEMILIH “pergi”. Mereka bisa menghilangkan jejak tanpa kesulitan berarti. Mereka bisa move on dan menemukan pengganti semudah membalikkan telapak tangan tanpa ada yang nyinyirin bahkan.
But there’s no place to hide for you, girls. You are going to bring this for your whole life, sorry to say :'(.
And MOMS, teach our boys, “NO MEANS NO.” LITERALLY!
Saya ingat dulu membaca tulisan Ayu Utami, kira-kira begini, “Pahami kalau kalian (laki-laki) tidak lagi bisa bilang -Loh kan itu sama-sama, gak ada yang maksa dia kok! Suka sama suka-“
Soal tidak paksaan anggap saja bisa iya. Tapi fakta bahwa yang beneran “dirusak” adalah masa depan si perempuan, it’s not something you can deny, Boys.
Mengerti kan sekarang mengapa ada istilah “Being a MAN is a privilege.”
Gunakan PRIVILEGE itu sebaik mungkin. Jangan sampai sebaliknya, ya anak-anakku sayang –> ampe nangis nulisnya inget punya 3 pentungan kecil di rumah.
Gak tahan buat g komen. salam kenal mb Jihan :)… setujuuu, Being a man is a privilege. saya pun punya 2 anak laki-laki yang beranjak dewasa. Selalu saya tekankan, laki-laki itu yang harus mengontrol pergaulan, karena laki-laki itu imam. Pokoknya berisik deh mak satu ini urusan pergaulan sama lawan jenis… 🙁