Seorang teman dari Bangalore India yang datang ke Athlone setahun yang lalu berkisah kepada saya, “Before the final interview last year, my husband kept telling me that it’s going to be hard to be a moslem in this little city. Asking my opinion about leaving India for Ireland.”
Suami teman saya sudah pernah assignment ke Kota Ahtlone sekitar tahun 2011. Saat itu katanya sangat berat. Sulit sekali mendapatkan makanan halal. Tidak banyak teman muslim di Athlone. Pokoknya dianggap tidak mudah hidup sebagai muslim.
Saat interview kembali tahun 2016, si suami teman ini terkaget-kaget dengan perubahan di Athlone. Segera setelah mendarat kembali di Bangalore, dia penuh semangat berkata kepada si istri, “Forget everything I told about Athlone. It’s completely different now. Pack your things!”
6 tahun silam saya harus berjalan kaki sejauh 2 km dari gedung apartemen menuju gerai daging halal di Kota Athlone. Tempat itu satu-satunya penyedia daging berlabel halal di kota ini.
Kini, ada 3 toko daging halal di kota kecil berpenduduk 25 ribu orang (saja) di negeri mayoritas bukan muslim. 2 diantaranya malah buka gerai di area City Center. Berjalan kaki 5 menit saja dari gedung apartemen, saya leluasa berbelanja daging halal di kedua gerai tersebut.
Di ibukota Dublin sendiri, malah ada sekolah publik yang bernapaskan Islam yang mendapat subsidi langsung dari pemerintah. Kebijakan ini baru ada di ibukota saja. Di kota-kota lain, hampir 100% sekolah publik subsidi pemerintah memiliki mata pelajaran agama Katolik (satu-satunya pelajaran agama yang diajarkan di sekolah).
Walau berlabel sekuler, aroma Katolik sangat mewarnai kehidupan sosial budaya di Republik Irlandia.
Makin ke sini, Republik Irlandia yang naturally sangat homogen ini, makin membuka diri kepada pendatang.
Sempat didera krisis ekonomi bertahun-tahun, sejak tahun 2013, Republik Irlandia mulai bangkit dan terus bertengger sebagai salah satu negara maju di belahan barat benua Eropa. Pendapatan perkapita yang tinggi dengan tingkat kesejahteraan yang mumpuni selayaknya negara-negara maju khas Eropa Barat.
Perbaikan situasi perekonomian inilah yang mungkin membuat kesempatan kerja mulai menjamur dan menarik minat pendatang. Termasuk pendatang muslim dari berbagai wilayah.
Kota Athlone, yang secara geografis terletak di tengah pulau Irlandia sehingga dijuluki The Heart of Ireland (Jantung Hati Irlandia), salah satu sentra bisnis di County Westmeath.
Sebuah perusahaan telekomunikasi multinasional asal Swedia membuka kantor pusat (fokus pada Research & Development) di kota ini. Di sinilah, suami saya dan banyak teman-teman muslimnya dari berbagai negara mencari nafkah.
Kehadiran muslim yang didominasi kalangan ekspatriat semoga juga membuka mata penduduk lokal yang mungkin memandang “rendah” pada pendatang asal negara-negara berkembang di Asia.
Tentunya, komunitas muslim yang membesar juga memicu geliat bisnis terkait, misalnya : munculnya rumah-rumah makan berlabel halal & toko-toko penjual bahan baku halal. Sehingga komunitas muslim pun makin meluas di wilayah ini.
Beberapa keluarga sudah hidup belasan tahun di Irlandia. Tidak sedikit anak-anak muslim ini yang lahir, besar, dan menghabiskan mayoritas waktu mereka di Irlandia.
Perayaan Idul Fitri yang mengundang kehadiran seluruh komunitas muslim di Kota Athlone, salah satu tujuannya adalah untuk memperkenalkan perayaan khas Islam kepada anak-anak.
Diharapkan, walau lahir dan besar jauh dari tanah air masing-masing, mereka tidak melupakan budaya asal. Tetap hidup berbaur dengan masyarakat setempat tapi tetap mempertahankan nilai-nilai agama selama tidak bertentangan dan berbenturan dengan aturan lokal :).
Sekali lagi, EID MUBARAK.
Semoga kedamaian dan kerukunan bagi seluruh umat manusia,
apa pun perbedaannya, bisa menyebar ke segala penjuru bumi ini. Aamiin.
-Athlone, Juni 2019-