Masjid Sultan Ahmed (Masjid Biru) di Istanbul Turki

Konon, di malam hari, cahaya biru akan berpendar dari 5 kubah utama – 6 menara – dan 8 kubah tambahan dari dalam bangunan Masjid Sultan Ahmed ini.

Salah satu interior utama dinding di dalam masjid adalah keramik biru yang ukirannya dikerjakan dengan tangan manusia. Dari dinding-dinding inilah, cahaya biru tadi memancar. Karena itulah bangunan yang aslinya bernama Masjid Sultan Ahmed ini juga dikenal dengan nama Masjid Biru.

Masjid Sultan Ahmed Blue Mosque (pic by Dani Rosyadi)
Blue Mosque (pic by Dani Rosyadi)

Makanya, saya sempat bingung juga awalnya, kok bisa jadi Masjib Biru? Padahal bangunan luarnya berwarna abu-abu kecoklatan. Sama sekali tidak ada tanda kebiru-biruan hehehe. Kirain dulu dicat biru terus dicat ulang :p.

Ruangan dalam masjid Sultan Ahmed sendiri kini lebih didominasi warna merah dari hamparan karpet dan warna kuning dari bola-bola lampu yang menggantung di tengah-tengah ruangan. Karpet cantik ini diganti secara reguler untuk kenyamanan pengguna masjid.

Maklum ya, Masjid Biru ini salah satu tujuan utama turis di kawasan wisata Sultanahmet Istanbul Turki. Selain memasuki ruangan masjid untuk lihat-lihat dan foto-foto (hihihi), tak jarang pengunjung juga ikut salat bersama :). Berapa banyak tuh pengunjungnya tiap hari. Mengingat Istanbul juga terkenal sebagai salah satu pusat wisata dunia.

Masjid Sultan Ahmed depan masjid biru

Ada 6 minaret yang mengepung bangunan Masjid Sultan Ahmed. Minaret, menara masjid, yang dahulu digunakan sebagai tempat mengumandangkan azan oleh para muadzin.

Ada kisah tentang mengapa jumlah minaretnya ada 6. Katanya sih, sempat salah komunikasi antara arsitek sama keinginan Sultan. Masjid Sultan Ahmed ini dibangun di awal abad ke-17 di masa pemerintahan Sultan Ahmed I.

Sultan penginnya dibikinin Menara Emas, tapi arsitektur dengernya Enam Menara. Nah, dalam bahasa Turki memang mirip-mirip kata-katanya. Lebih lengkap bisa dibaca di sini wikipedia langsung nih :).

Ada banyak cerita mengenai asal mula minaret sebagai bagian khas dari arsitektur masjid di masa lalu. Salah satunya, untuk mengimbangi gereja yang memiliki menara-menara lonceng.

Vlog-nya juga udah ada lho hihihi :

Kami ke Istanbul saat puncak  musim panas. Puanaaaaassss huhuhu. Kayaknya saat terbaik mengunjungi Istanbul adalah musim semi, sekitar bulan April-Mei. Masuk Juni sudah mulai membara, euy.

Kalau bawa anak-anak jadi gampang cranky kalau kepanasan. Enggak konsen juga kalau mau foto #eaaaaa. Tapi enaknya musim panas, siangnya kan panjang. Sebagai negara 4 musim, pas musim panas di Turki, matahari baru menghilang jam 9-10 malam. Jalan-jalannya bisa lamaaaaaa :D.

Sebaliknya dekat-dekat musim dingin, siangnya lebih pendek. Jam 6 an sudah mulai gelap.

Masjid Sultan Ahmed

Tidak sedikit juga paket-paket umrah dari tanah air yang menjadikan Istanbul sebagai salah satu tempat transit. Transitnya ya 2-3 hari gitu sekalian jalan-jalan. Ada yang ke Istanbulnya setelah umrah ke Makkah-Madinah (Arab Saudi) ada yang sebelumnya malah. Seru juga ya, umrah sambil jalan-jalan.

Salah satu sahabat saya juga jadinya jalan-jalan ke Istanbul karena ikut umrah model begitu :D.

Biasanya, para turis numplek nih di kawasan Sultanahmet karena ada Hagia Sophia segala. Tapi pas kami ke sana relatif sepi. Mungkin ada pengaruh musim panas dan lagi bulan puasa juga. Selain itu, pas malam kedatangan kami, bandara Istanbul kena bom :'(.

Dua jam setelah kami meninggalkan bandara tepatnya. Terbayang kan lemesnya lutut. Besoknya saya sudah gemeteran enggak pengin ke mana-mana. Maunya langsung balik Jakarta saja huhuhu. Tapi suami meyakinkan saya bahwa insya Allah enggak apa-apa.

ALhamdulillah memang lancar-lancar saja jalan-jalan kami waktu itu. Banyak polisi di mana-mana. Enggak rame-rame amat jadi yang biasanya antri-antri gitu (kata suami yang pernah ke Istanbul musim semi 2013). Serba lancar :D.

Masjid Sultan Ahmed

Hingga kini Masjid Biru masih menjadi pesona utama bagi para turis di wilayah Istanbul. Letaknya berhadap-hadapan dengan Hagia Sophia yang saya sebut tadi, tempat yang tidak kalah serunya untuk daya tarik wisatawan.

Dari Masjid Biru ke Hagia Sophia sih tinggal jalan lurus saja. Kita melewati taman cantik yang berada diantara kedua tempat bersejarah ini. Lihat kan ya tadi di vlognya. Fotonya enggak gitu banyak. Sibuk sama adek bayi nih hihihi.

Tapi sempat juga kita bergaya depan Hagia Sophia :D.

depan hagia

Dalam satu hari bisalah kita menghabiskan waktu mengelilingi baik Masjid Biru (Masjid Sultan Ahmed) dan Hagia Sophia. Akan lebih banyak waktu sih yang kepakai di Hagia Sophia karena bentuknya memang museum, 2 lantai pula.

Cerita si Hagia Sophia nanti ditulis deh kapan-kapan, nanti tengok ke sini  lagi yaaaaa. Sekalian sama vlog tentunya ;).

Stay tune! 😀

3 comments
  1. cakep ya kak Turki, buat betah

  2. Wah.. Akhirnya ke Istanbul juga ya mba 😀 😀 Iya bahasa Turkinya enam itu = altı (ı dibaca kayak e di enam) . Sedangkat emas bahas Turkinya = altın. Agak mirip sih. Gak sekalian main ke istana Topkapı mba? Udah deket banget padahal. Cuma dibelakang Hagia Sophia aja. Banyak koleksi dari masa Ottoman didalamnya. Ada Harem yang paling terkenal itu HEHE… Terus bagi saya pribadi yang paling melegenda itu, balkon-nya yang berhadapan langsung dengan selat Bosphorus. Keren banget deh mba. Banyak kapal lalu lalang, terus bisa ngeliat Istanbul Asia juga.

    1. Iya ke Topkapi juga. Tungguin aja vlognya hahahahaha :p

Comments are closed.