Why (Not) Hillary?

Mayoritas teman di linimasa masih “syok” dengan kemenangan Trump. Di Facebook ya maksudnya. Maklum nih, media sosial saya yang aktif hanya Facebook doang hahaha.

Apa mungkin karena selama ini kita terlalu fokus dengan acara “badut-badutan”nya Trump hehehe. Karena ini, terasa banget bahwa lawannya, Hillary Clinton, sangat layak untuk menang.

hillary

Faktanya, angka golput lumayan tinggi. Hampir 50%. Sebelum-sebelumnya juga sudah sering orang mengeluh betapa pemilihan presiden US tahun ini seperti buah simalakama. Salah satunya oleh Nouman Ali Khan yang mengistilahkan dengan “Evil vs Insane.”

“Evil”nya siapa? Ya Hillary Clinton itu hehehe.

Coba kalian cermati rekam jejak Hillary Clinton dan beralih sedikit dari konyolnya Trump 🙂. Mungkin maki-makian kalian ke Trump bisa lebih direm jadinya 😀.

Masih ingat dengan hangatnya perdebatan LGBT beberapa waktu lalu. Kalian sadar tidak sih kalau Hillary menjanjikan pelegalan pernikahan bagi kaum LGBT di mana Trump justru menolak? .

Beberapa teman saya yang begitu keras menolak pelegalan isu pernikahan LGBT dan isu seputar itu justru kini sangat gencar mendukung Hillary di Pilpres US 2016 ini.

Hillary hendak melegalkan aborsi bahkan saat janin sudah berada di trimester ke-3? Hillary mendukung perempuan atas hak mereka terhadap tubuh mereka sendiri. Tindakan yang dianggap sebagai gerakan “Feminazi” JUSTRU oleh sebagian kalangan perempuan.

Kedua isu ini dijadikan oleh beberapa kalangan misalnya “Nasrani konservatif” untuk memengaruhi orang dan menolak Hillary sebagai Presiden di ajang Pilpres.

Itu baru riak-riak kecil. Tuduhan lebih “medium”, Clinton memanipulasi hasil pemilihan internal Demokrat di mana seharusnya Sanders lah yang menang. Hal ini membuat tidak sedikit dari pemilih Demokrat ikutan bete. Karena banyak yang yakin justru Sanders lah yang lebih mampu menjegal Trump.

“Puncak”nya mungkin beredarnya bukti soal dukungan Hillary Clinton saat menjadi senator di tahun 2002 terhadap tindakan bersenjata di Irak yang menjadi salah satu perang paling kontroversi di seluruh dunia.

Kalian jangan mengira “western people” tidak habis-habisan mendemo Perang Irak ini lho ya. Termasuk warga US sendiri. Itulah makanya Hillary di ujung tanduk saat Wikileaks merilis bukti keterlibatannya di Perang Irak.

Sampai sekarang, siapa pun yang terbukti menyetujui serangan militer ke Irak di tahun 2002 itu, bisa menerima hukuman publik yang tidak sedikit.

Not mention, “peran” Hillary yang dianggap tidak kecil dalam konflik Libya dan Suriah.

Teman-teman, kalian sadar kan ya apa yang terjadi dan kini masih berlangsung di kedua negara tersebut? . Hillary is a part of it.

Perang dan bencana penderitaan besar (gambar : pixabay.com)
Perang dan bencana penderitaan besar (gambar : pixabay.com)

Sekaligus menjadi bukti nyata bagi kalian, masyarakat US pun menyesalkan intervensi pemerintah mereka di berbagai wilayah Timur Tengah. Mungkin begini cara mereka “menghukum” dan menunjukkan ketidaksukaan mereka pada politikus yang doyan “main tembak-tembakan.”

Tuh, pada dasarnya kita ini sejalan di banyak hal. Berhentilah berkutat di teori konspirasi nganu-nganu .

Secara penampilan, Hillary memang cerminan politikus sejati. Tenang, berwibawa, pandai berkata-kata. Tapi rakyat US sudah tergolong matang untuk saatnya merasa lelah dengan yang model begini hehehe.

Bukannya saya mendukung Trump. Amit-amit dah hahahaha. Tapi biar opini lebih berimbang saja, ya. Kalau rajin kulik-kulik media non US, mungkin lebih berimbang informasinya.

Enaknya gini, kalau rusuh di Eropa, cari media penyeimbang dari US. Demikian pula sebaliknya. Biasanya lebih “cair” nanti outputnya . CMIIW, ya.

Soal apakah penduduk US mayoritas pada dasarnya rasis dan seksis? Tunggu dulu. Golputnya saja hampir 50% lho . Masalah utama yang ada sekarang di sana condong ke masalah ekonomi. Sisanya itu hanya bumbu-bumbu saja .

trump-1350370_960_720

Pernah dengar pepatah, “Lebih baik menghadapi orang marah ketimbang orang lapar?” Nah, begitulah mungkin situasi di US sekarang. Dan di berbagai belahan dunia lainnya.

Jadi berhentilah merasa presidenmu adalah presiden terburuk di dunia hahahaha .

Because, globally, we’re all suffering now .

Udahlah lagi begini, dikurangilah itu yang negatif-negatifnya ya teman-teman *pelukSatuSatu*. Melawan ketakutan bersama bisa dimulai dengan melihat segalanya lebih dekat .

2 comments
  1. Ahahaha aku setuju mbak, if I were US Citizen pasti juga bakalan milih Trump rather than Hillary denga pertimbangan militer dan ekonomi itu. Seneng ih ada yang sepemikiran 🙂

  2. ih, saya baru tau ini semua malahan mbak jihan..
    terimakasih banyak atas tulisannya yang ini.. ^_^

Comments are closed.