Bisnis Gengsi :D

Jaket anak sulung sudah memprihatinkan. Udahlah kekecilan, kantong depannya juga sobek. Ini mah bukan sederhana yak, tapi tegaaaaaaa … hahahaha :p.

Tadinya bersabar mau menunggu musim diskon akhir tahun. Apalagi pas boxing day tanggal 26 nanti, brand-brand bagus biasanya banting harga habis-habisan. Beberapa toko sudah mulai duluan, sih :D.

Gambar : all-free-download.com
Gambar : all-free-download.com

Tapi memang dari dulu hasilnya sama. Berapa pun harga diskon di toko-toko lain, Penney’s tetap tak terkalahkan! :D.

Nih ya, kemarin lihat jaket di H&M, harganya 20 euro. Itu sudah diskon 50%. Ya memang bagus, sih. Tapi sebenarnya enggak butuh yang gitu-gitu amat. Butuhnya, yang penting tebal dan bahannya tahan air karena di sini kan hujan tidak memandang musim.

Tahun ini ya booo, dari musim panas, musim gugur sampai musim dingin nih, hujannya aweeeetttt :D. Debit air di Sungai Shannon yang melintasi kota saya juga membludak. Di beberapa wilayah pinggiran sungai sudah mulai banjir. Lah, malah bahas hujan dan banjir -_-.

Balik ke topik belanja :p.

Tahun lalu saya ingat, ke NEXT waktu boxing day. Jaket anak-anak juga pada diskon. Tapi ya semurah-murahnya itu kalau gak salah 19 euro. Rata-rata tetap di atas 20 euro. Memang harga aslinya bisa 40-50 euro, sih.

Saya jalan-jalan ke Penney’s beberapa minggu lalu buat nyari perbandingan harga. Jaket di Penney’s juga lumayan lah. Tebal dan bahannya juga enggak yang murahan banget. Widiiiihhh, harga asli saja rata-rata 20 euro. Malah banyak yang di bawah 20 euro. Harga asli, tuh. Sempat berpikir tamak, tunggu aja sampai diskon.

Ditunggu-tunggu kok ndak diskon-diskon juga ya -_-. Dasar kikir, nih, Bibi Gober hahahaha.

Jadilah tetap saya beli tuh jaket yang lumayan tebal. Harganya cuma 15 euro hihihi. Sudah ngantri di kasir pun, enggak bakal nyesel lah ya kalau besok-besok bakal diskon. Dapat harga segitu saja sudah paling murah diantara toko lainnya.

Tidak cuma jaket anak-anak saja. Hampir semua item di Penney’s tergolong jauh lebih murah daripada barang sejenis di toko lain. Ya beda-beda bahan dikit sih.

Tapi ada juga yang bahan sama, model pun mirip, tapi harga bisa jauh. Misalnya knitted clothes buat pakaian musim dingin yang lagi naik daun di kalangan fashionista. Di Penney’s lumayan banyak model dengan kisaran harga 15-25 euro saja. Sementara brand lebih besar, model mirip bahan bisa dibilang sama, harganya minimal 40 euro lah :p.

Itulah kekuatan nama besar sebuah brand, ya :D.

Gambar : cutorcopy.com
Gambar : cutorcopy.com

Kemarin dapat ilmu baru soal efek Diderot dari komentar seorang teman di wall Facebook saya. Sebenarnya penggambaran efek Diderot ini sudah pernah saya tulis di tulisan “This Best Feeling in The World”.

Diderot pernah diberikan sebuah baju mewah oleh seorang temannya. Saat baju tersebut digantungkannya pada kursi di rumahnya, dia tersadar betapa jeleknya kursi tersebut dibandingkan baju mewah tadi. Kursinya pun diganti. Setelah diganti, terlihat mejanya yang terlihat buruk. Meja pun diganti. Dan seterusnya.

Itu fenomena biasa yang memang menjadi pola umum sifat konsumerisme manusia di era modern sekali pun. Diderot padahal hidupnya di abad ke 18 :p.

Seperti yang pernah diobrolin sama Windi di postingan yang ini nih ;).

Hari-hari di akhir tahun, harus siap-siap menghadapi gempuran diskonan akhir tahun seperti biasa ya hahahaha. Jebakan luar biasa nih dari brand-brand besar :p.

Butuh banyak pegangan biar enggak kalap kali, ya hahaha.

Dalam hati kita semua, tak berbatas usia/agama/gaya hidup/dll, kita tahu kalau “hidup sederhana” itu adalah hal yang “benar” dalam “kondisi apa pun”. Iya kan, kan, kan? Hehehe.

Dalam hati meyakini tapi praktiknya yang ruwet!

Ukuran kesederhanaan sebaiknya jangan berpatokan ke jumlah harta. Kalau begitu nanti ujung-ujungnya, yang harus sederhana hanya yang miskin aja dong yak hahaha. Kalau banyak duit ya jadinya suka-suka. Selama uangnya ada, hajar teroooossss …

Sementara kalau uangnya gak ada terus harus sederhana, ya itu sih namanya terpaksa, yes? Hahaha.

Jangan juga berkilah dengan standar “kenyamanan”. Nyaman vs gengsi itu suka ketelisut soalnya :p.

Gambar : pixabay.com
Gambar : pixabay.com

Mengukurnya dari mana? Gampang saja. Dari kebutuhan. Definisi kebutuhan itu juga simpel banget. Kalau enggak ada, hidup kita jadi sulit. Hidup jadi sulit beda lho dengan “gengsi ah pakai yang CUMA gituan”.

Tuh, nyaman suka ketuker kan sama yang namanya gengsi? :p.

KESEDERHANAAN itu PRINSIP UNIVERSAL. Bersama dengan keikhlasan, kerja keras, kasih sayang, simpati, empati, … adalah hal-hal kokoh yang akan TEGAK berdiri tanpa sanggup kita tabrak. Nekat nabrak? Kita yang remuk. Percaya deh! ;). 

Salah kaprah yang sudah sering kejadian, miskin = sederhana, mewah = kaya. Mewah dan sederhana kan suka dinilai dari “casing luar” saja. Enggak heran, tidak sedikit orang yang berusaha tampil melebihi kemampuannya. Banyak orang juga yang kalau ada kelebihan harta biasanya langsung kena virus OKB hihihi.

Hal-hal begini, bagian dari tekanan lingkungan. Plus sifat dasar manusia yang pada fitrahnya kita ingin dihargai/diperhatikan/dihormati :).

Pernah saya nonton sebuah acara soal “behind the scene” barang-barang bermerek. Beberapa brand yang benar-benar “mewah” secara khusus tidak pernah memberi diskon apa pun. Malah, kalau sudah banyak yang sanggup beli, mereka akan terus menaikkan harga!

Mereka tidak mengincar pembeli yang banyak. Mereka mengincar “kesetiaan” konsumen. Kesetiaan itu dipertahankan dengan embel-embel GENGSI. Jadi, ada “nilai lebih” bagi yang sanggup membeli barang ini. Ya itu tadi, yang mahal adalah GENGSInya hehehe.

Yup, Pak Erizeli Bandaro juga dulu pernah menulis tentang “bisnis gengsi” ini. Sayang ya, enggak ketemu lagi tulisannya. Beliau kalau menulis banyak banget dan frekuentif. Susah menyelam di wall-nya nyari-nyari tulisan lama.

Jangan salah, ini bisnis besar yang mendatangkan banyak uang. Banyak yang berusaha bermain di bisnis-bisnis seperti ini karena memanfaatkan kelemahan umumnya kita sebagai manusia biasa yang gampang kalah sama yang namanya GENGSI. Apalagi perempuan! Hahaha *sadarDiri*.

Jangan galau, ya itulah namanya perjuangan hidup dong, ya. Untuk tidak gampang takluk dengan yang begini-beginian. Ini memang bukan perjuangan periodik. Seumur hidup kita harus terus mati-matian menangkis virus GENGSI ini :D.

Sukses tahun lalu, apakah akan sukses juga tahun ini? Kita lihat saja hasilnya di musim diskon tahun ini!!!! Hahaha.

Hang on, boxing day tinggal beberapa hari lagi lho! Hahahaha *ketawaPucat*.

Btw, jangan dikira cobaan terbesar itu saat kita sedang pas-pasan. Because definitely, it’s not! ;).

Yuk ya, rapalkan manteranya –> “The best feeling in the world is realizing that you’re perfectly happy without the thing you thought you needed” -Marxie

 

monkey happy

 

1 comment
  1. duuuhhh saya pengen banget ke IKEA cobak.. padahal kan katanya bahan furniturnya gitu-gitu aja 😛 suwami yang nawarin kayu jati di kampungnya buat dijadiin furnitur gak terlalu didengerin hehehehehe… ini efek apa yah 😛

Comments are closed.