Tanggal 7 Dzulhijjah sudah menjelang. Dari pagi sudah sibuk melengkapi barang-barang bawaan. Seharusnya tidak ribet. Tapi kami membawa si kecil #boy2. Jadilah cukup rempong mengatur bawaan yang didominasi oleh diaper, susu kotak, snack balita, dll.
Tas buat #boy1 juga ikut diberesin. Si sulung tidak dibawa serta (dan ini betul-betul keputusan yang tepat! hehehe). Padahal awalnya saya ngotot ke suami kalau si sulung juga mesti ikut.
Untunglah ada Bunda Cantik (*uhuk uhuk*) yang menawarkan diri menjaga si sulung. You’re our hero, Dear ;).
Siangnya, anak sulung diantar ke Aziziyah. Kami balik ke rumah. Maksudnya mau istirahat sebentar menunggu magrib. Tapi, malah sibuk wara wiri, beres-beres rumah, dsb.
Begitu azan magrib, kami langsung mandi. Suami mengenakan pakaian ihram, lalu kami salat bersama. Dengan menumpang taksi, kami bertiga berangkat menuju hamla (biro haji) Al Mahabbah, tempat kami mendaftar hajian.
Hamla kami cukup spesial. Karena membolehkan para jemaahnya untuk membawa anak-anak. Makanya sedih juga, nih. Kami seharusnya berhaji dengan teman-teman Indonesia lainnya. Tapi terpaksa kami ‘membelot’ ke hamla ini terkait ketatnya aturan hamla lain TIDAK BOLEH MEMBAWA ANAK :(.
Lokasi hamla dekat banget dengan gedung apartemen kami, tepatnya di Palestine Street. Cukup menempuh beberapa menit perjalanan. Begitu tiba, langsung disambut pemandangan belasan bis-bis besar yang siap mengangkut para jemaah memasuki kota Mekkah.
Pukul 8 malam, bis mulai jalan. Jarak kota Mekkah cuma sekitar 70 km dari Jeddah. Biasanya ditempuh dengan waktu 45 menit saja. Tapi karena musim hajian, dimana tanggal 7 malam biasanya serentak rombongan dari Jeddah memasuki Mekkah, perjalanan tersendat-sendat begitu mendekati checkpoint Mekkah.
Sekitar jam 10.30 malam akhirnya kami tiba di Kudai, parkiran raksasa yang dibuat khusus untuk pengunjung masjidil Haram. Kudai cuma ramai di saat ramadan dan musim haji, kok.
Tadinya saya agak ragu mau ikut tawaf Qudum. Tapi begitu bis kami parkir di pelataran Kudai, semangat langsung berdentum-dentum hehehe.
Kami langsung menuju Masjidil Haram. Tidak dibimbing oleh pembina. Sendiri-sendiri saja. Di Kudai disediakan bis khusus untuk bolak balik Kudai-Haram. Duh, ramainya saat harus berebutan naik bis Saptco.
Kami sudah terbiasa dengan sifat orang-orang Arab yang pada umumnya memang ‘angot’an :D, jadinya sabar saja menanti giliran ;).
Jam 11 malam tiba di Haram. Kami tawaf di lantai 1. Sudah sesak. Tapi semilir angin malam di awal musim dingin cukup membantu kami melewati 1.5 jam mengitari Ka’bah selama 7 putaran di tengah himpitan jemaah lainnya. Si kecil gimana? Bocah luar biasa ini tidur teruuuuuss. Hehehehe.
Tadinya ingin lanjut Sa’i. Tapi kami takut tertinggal bis. Buru-buru ke kamar mandi dulu. Saking ramainya kamar mandi laki-laki, suami saya ‘menyerah’. Lalu kami bergegas ke arah bus station dan melesat kembali ke Kudai.
Tiba di Kudai, masih sepi banget. Baru jam 2.30 dini hari. Langsung menyesal gak lanjut Sa’i. Padahal masih segar bugar :(. Kami bertiga akhirnya duduk-duduk di atas rumput di samping parkiran bis.
Menikmati segelas teh hangat yang dibeli suami di baqala (toko kelontong) di seberang jalan. Sambil menemani si kecil, yang sudah terjaga dari tidurnya, bermain-main.
Akhirnya baru pukul 4.30 subuh bis kembali bergerak menuju Mina. Ini sih macetnya luar biasa. Butuh sekitar sejam untuk mencapai tenda di Mina, padahal jaraknya cuma seucrit.
Tiba di Mina, ada insiden kecil. Tas suami mendadak raib! Tapi saya sudah yakin pasti ada yang salah ngambil, nih. Alhamdulillah, drama kehilangan tas cuma berlangsung sekitar 15 menit. Tas pun ditemukan, ada yang menaruhnya begitu saja di luar tenda.
Tenda di Mina untuk hamla lokal Saudi itu gimana, sih?
Ternyata setiap hamla menyewa satu kompleks tenda tertentu. Istilahnya compound. Di depan tiap compound sudah terpasang nama hamla penyewanya.
Dalam compound tersebut, tenda perempuan disekat khusus. Tempatnya bersih banget. Alhamdulillah. Ada belasan, bahkan mungkin puluhan asisten, yang hampir tiap waktu membersihkan kamar mandi, lorong-lorong antar tenda, bahkan dalam tendanya pun juga dibersihin, lho.
Masya Allah. Nyaman banget. Anak-anak jadinya bebas berlarian di luar tenda.
Nah, tenda-tenda di dalam terbagi-bagi lagi. Satu tenda bisa ditempati oleh 10-20 orang. Tenda saya sendiri ada 16 orang dewasa. Ada 8 tempat tidur tingkat lengkap dengan kasur + selimut untuk tiap orang. Lantainya dialasi karpet-karpet yang cukup tebal.
Tanggal 8 pagi, suasana dalam compound sunyi senyap. Mungkin kelelahan dan sebagian besar jemaah tertidur lelap. Saya memanfaatkan kesempatan ini untuk mandi, mumpung kamar mandi belum ramai-ramai amat. Si kecil sih sudah pulas dari tadi :D.
***
Note : tulisan ini untuk mengenang naik haji via Jeddah saya dan suami beserta anak kami yang nomor 2 tahun 2012 silam 😀