People We Haven’t Met Yet (3)

People we haven’t met yet (1)

People we haven’t met yet (2)

***

Masa-masa kuliah bukannya tak pernah terisi dengan ‘gesekan-gesekan’ dengan ‘dunia baru’.

Masalah bahasa sudah bisa diduga. Apalagi di kampus, di kos, saya pasti selalu jadi minoritas hehehe. Bukan cuma minoritas, tapi jadi satu-satunya :P.

Masa kuliah pun memperkenalkan saya pada etnis terbesar di tanah air… orang Jawa. Belasan tahun di tanah kelahiran, saya nyaris tak pernah bergaul dengan orang Jawa. Ada sih teman Jawa, tapi paling cuma separuh Jawa dan mereka dari lahir besar di lingkungan Sulawesi. Atau pun berdarah Jawa asli, tapi interaksinya dengan saya tak banyak.

Kejadian ‘memalukan’ pernah saya alami di tempat kos. Biar murah, pilih kosan yang sekamar berdua :D. Teman sekamar saya, orang Jawa asli. Rumahnya di Jakarta juga. Tiap minggu dia pulang ke rumah di daerah Jakarta. Jika balik lagi, tas ranselnya akan dipenuhi penganan aneka rupa.

Kalau dia mengeluarkan koleksi cemilannya dari rumah, ketika ditaruh di atas mejanya dia selalu berkata, “Eh, Jihan mau, gak?”

Gambar : wisatajiwa.wordpress.com
Gambar : wisatajiwa.wordpress.com

“Wah, bener, nih?”

“Iya. Ambil saja kalau mau.”

Dan berhari-hari mejanya selalu ada cemilan. Ya, mengingat uang bulanan pas-pasan, saya tak ragu-ragu ikut menikmati makanan kecil aneka rupa di atas mejanya.

Itu berlangsung sampai berminggu-minggu. Hingga akhirnya salah satu teman kos yang lain menegur saya, “Jihan, jangan marah, ya. Tapi tak sopan lho memakan makanan orang tanpa izin.”

Ha??? Saya mendadak naik pitam. Waktu itu sedang akhir pekan. Jadi, teman sekamar sedang tidak ada. Biasanya dia akan datang di senin sore.

Senin pagi, saat kuliah, saya lampiaskan kekesalan saya pada sahabat saya. Seorang Minang asli yang lahir dan besar di Jakarta. Setelah saya meluapkan emosi saya, dia memandang dengan heran :

“Lu itu bego apa kenapa, sih?”

“Sialan lu.”

“Itu namanya basa basiiiiiiii. Masa tidak mengerti, sih?”

“Dia memang selalu menawari kuenya, kok. Dan gue selalu bilang mau.”

“Duh, begini nih kalau orang kampung masuk kota hahaha.”

Saya melotot sampai akhirnya dia puas terbahak-bahak dan melanjutkan, “Woooiii, kalau ditawarin sesuatu ya jangan langsung mau. Itu kan cuma basa basi. Duh, lu kayak tinggal di hutan aja, deh. Gini-ginian aja  mesti diajarin.”

Saya tentu membela diri panjang lebar. Dan akhirnya sahabat saya menutup pembicaraan kami dengan bijak, “Hehehehe. Banyak-banyak belajar saja. Nanti lama-lama terbiasa, kok. Pokoknya camkan ya pesan gue, apa pun yang ditawarin orang ke elu, jangan langsung dianggap gimana-gimana. Ada yang namanya basa basi.”

Awalnya sulit sekali menerima hal seperti itu. Tak habis pikir saya dengan segala budaya Bugis saya dengan tawaran-tawaran ‘tak niat’ seperti itu. Hehehehe. Maklumlah, benar kata teman saya, orang kampung baru kenal ibukota :D.

Baju bodo sulawesi selatan
Akad nikah dengan baju bodo, adat Sulawesi Selatan 🙂

Kami orang Bugis tak mengenal basa-basi macam itu :). Kalau kami menawarkan sesuatu, malah jika orang lain itu menolak atau tak merespons kami akan sangat tersinggung :).

Butuh waktu untuk akhirnya menyadari, saya kini hidup jauh dari kampung halaman dan menjadi orang minoritas. “Dimana tanah dipijak, disitu langit dijunjung.” When in Rome, do as Romans do :).

Dan lama-lama jadi paham dan malah lama-lama sedikit-sedikit memahami bahwa budaya ‘asing’ ini pun punya keunggulan. Pada umumnya kami dari Indonesia Timur, mudah mengumbar amarah. Pelan-pelan saya belajar, tak semua kekesalan harus terlontar dari mulut. Sulit memang, bahkan sampai sekarang pun, saya masih harus belajar banyak untuk urusan satu ini. Hahaha.

Baca : People We Haven’t Met Yet (4) 

***

1 comment
  1. Salam kenal ya ☺

    Jadi ingat jaman2 nge kost waktu kuliah di bdg, beda banget..ga perlu basa basi nawarin…prinsip mereka makanan yg diletakin diluar kamar berarti itu milik umum, jd sah sah aja kalo diambil…??

    Sempat kaget juga, karna beda ama kebiasaan dirumah yg ga boleh ngambil “sesuatu” tanpa ijin dari pemiliknya..

Comments are closed.