Lebih dari 130 siswa terbunuh. Dipastikan ada 9 orang staf juga berkorban nyawa. Beberapa ledakan terdengar dan masyarakan dikejutkan oleh serangan teroris di Pakistan …di sekolah! :'(.
Tak lama, sebuah kelompok mengklaim bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Mereka mengaku sebagai bagian dari kelompok Taliban Tehreek Pakistan (TTP). Begitu bunyi headline berita yang menggemparkan dunia kemarin, 16 Desember 2014.
Beberapa bulan terakhir ini, pemerintah Pakistan gencar mengkampanyekan pembersihan negara dari kelompok TTP ini.
Saya ingin berbagi sedikit kisah dari seorang teman yang baru sekitar 2 bulan pindah ke Irlandia. Asalnya dari sebuah kota besar di Pakistan. Darinyalah, lewat bincang-bincang ringan (tumben enggak pakai kata cantik hihihihi :p) saat saya mengundangnya untuk minum teh bersama di suatu pagi sekitar 2 minggu lalu, saya tahu beberapa hal soal kondisi dalam negeri Pakistan.
Saya kombinasikan fakta-fakta darinya dengan beberapa info via internet.
Pakistan, sebuah negara mayoritas muslim, yang berdiri sebagai “pecahan” dari wilayah India saat merdeka dari otonomi Kerajaan Inggris. Adalah Muhammad Ali Jinnah yang mengambil keputusan untuk mendirikan negara terpisah karena merasa pemerintahan Hindu dan Islam tidak mungkin disatukan.
Akhirnya, di bulan Agustus 1947, India dan Pakistan sama-sama berdiri sebagai 2 negara yang berbeda. Sayangnya, terbaginya 2 wilayah yang seolah menegaskan antara Hindu dan Islam tidak mungkin beriringan, tidak berjalan damai. Berbulan-bulan setelah berjuang bersama memerdekakan wilayah besar India dari rengkuhan Inggris, perang saudaranya malah lanjut :(.
Salah satu rujukan saya adalah dari buku “Daughter of Empire”, biografi Pamela Mountbatten. Pamela ada di sana saat awal merdekanya India dan Pakistan. Bersaksi langsung atas kekejaman atas nama agama yang melibat 3 kepercayaan besar di sana : Hindu – Muslim – Syikh. Ketiganya saling terlibat pertikaian berdarah.
Pertikaian ini juga meminta nyawa seorang Gandhi. Yang tewas terbunuh di tangan seorang Hindu yang sakit hati saat Gandhi turun tangan membela kaum muslim di Bengal, yang memilih tetap tinggal di wilayah India. Seperti kita tahu, seberapa besar inginnya Gandhi mempertahankan kedamaian antara Hindu dan Islam, hingga akhir hayatnya, Gandhi selalu menyatakan setia pada ajaran Hindunya.
Dunia terus berputar. Beberapa tahun terakhir ini, India sudah jarang mengalami konflik soal perbedaan keyakinan. Hindu dan Islam sudah mampu hidup berbaur.
Sementara Pakistan masih terus bergolak hingga kini. Mulai dari perebutan kekuasaan antar elit di sana, pertikaian antar sesama kelompok muslim, yang akhirnya membuat Pakistan dinilai sebagai salah satu negara paling tidak aman di dunia.
Indeed. Bengong saya mendengar cerita teman saya yang ditodong sama perampok pakai pistol di jalan raya. Hanya bisa pasrah menyerahkan semua barang yang diminta. Menurutnya, aksi seperti itu bukan hal luar biasa. Lumrah terjadi. Ditodong pakai senjata tajam dengan disaksikan oleh banyak orang adalah pemandangan sehari-hari di sana :(.
Menurut teman saya, di sana penegakan hukum memang sangat lemah.
Pasca Afghanistan jatuh setelah dihajar perang saudara dan disusupi perang dingin antara Uni Sovyet vs Amerika Serikat, banyak orang Afghan yang lari ke negara-negara tetangga. Termasuk ke wilayah Pakistan. Keduanya berbatasan darat secara langsung. Jadi, tak sulit orang-orang Afghan menembus masuk ke Pakistan.
Ada dari mereka yang berasal dari kelompok garis keras yang akhirnya pelan-pelan mencari dukungan di Pakistan. Entah mengapa dibiarkan saja. Apa mungkin karena pemerintah Pakistan sendiri yang di tahun-tahun tersebut terus bertikai secara internal dan sibuk memperkaya diri mereka sendiri. Yup, korupsi di pemerintahan Pakistan is one of the worst in the world :(.
Malangnya, kelompok-kelompok muslim yang ada di sana, entah yang asli atau yang susupan dari luar, tidak hanya satu! Jumlahnya pun tidak sedikit. Cucoklah. Masing-masing berkeras ajarannya paling benar, pertikaian sesama penganut Islam pun tak terhindarkan.
Aksi teroris juga bukan hal mengejutkan. Lagi-lagi kata teman lho ini yang memang dari lahir sampai sebelum pindah ke Irlandia dia bermukim di sana.
Contohnya pas bulan Ramadan, masjid pun tak luput dari serangan bom. Bom meledak saat para jemaah lagi salat Tarawih. Teman saya cerita, suaminya lagi assignment ke luar negeri. Langsung menelepon dan memberikan ultimatum, tidak boleh salat tarawih di masjid lagi!
Jika ada kejadian seperti ini, lagi-lagi pemerintah tidak berdaya. Katanya, kasus-kasus kayak gini, saking banyaknya dan berulang-ulang, sudah dianggap angin lalu. Hiks :'(. Saya sempat tidak percaya, untuk pertama kalinya dalam hati saya bisa bilang, “Alhamdulillah Indonesia punya Densus 88” 😀 :D.
Jumlah penduduk Pakistan tidak sedikit, sekitar 180 juta jiwa!
Melihat pendapatan perkapitanya yang hanya seperempat pendapatan perkapita Indonesia dan melihat kondisi kota besar di sana dari foto-foto si teman di tabletnya, terlihat jelas betapa kesenjangan ekonomi menganga lebar di sana. Ajegile, mal-malnya bagus-bagus bangeeeettt. Sama kayak di Jakarta. Enggak nyangka di Pakistan bisa kayak gitu hehehe. Ini lihaf foto pribadi teman lho ya bukan dari internet.
Coba saja pikir pakai logika, dengan gaya hidup ala mal begitu compared to pendapatan perkapitanya, ada berapa orang yang hidup jauh di bawah garis kemiskinan? :'(.
Nah, kelompok-kelompok “garis keras” ini menghimpun pengikut dengan memanfaatkan isu-isu kemiskinan. Makin klop kan dengan pemerintahannya yang sangat korup dan bermewah-mewah sesuka hati di atas penderitaan rakyat, tak heran banyak kalangan menengah ke bawah yang termakan “hasutan” kaum militan macam TTP itu :(.
Setahun terakhir ini, akhirnya pemerintahan Pakistan mengambil tindakan tegas. Mereka hendak menghalau kaum militan dari negerinya. Sementara kelompok macam TTP sudah lebih dahulu berikrar hendak mendirikan “Islamic State” di Pakistan. Caranya ya dengan berusaha merebut kekuasaan secara fisik.
For info, tidak hanya satu grup ini doang yang ingin merebut kekuasaan. Jadi, makin pening pemerintahnya. Kelompok-kelompok ini sudah tidak sporadis kecil-kecil saja. Tapi mereka sudah banyak yang menghimpun kekuatan termasuk punya angkatan bersenjata yang lumayan andal.
Makanya, sedia payung sebelum hujan atuh. Jadi serba salah, ya. Kelompok-kelompok garis keras ini kalau ditekan dari awal bisa mengundang kritikan tajam karena bertentangan dengan HAM. Kalau dibiarkan, ya jadi duri dalam daging :(. Bagus kalau durinya kecil-kecil. Ini durinya banyak dan tajam-tajam huhuhu.
Di bulan April 2014, militer Pakistan menggagas operasi militer untuk mengusir kelompok pemberontak dari wilayah yang berbatasan langsung dengan Afghanistan di North Waziristan. Masalahnya, kelompok mana yang diincar?
Masalah kedua, tidak semua orang yang tinggal di North W itu adalah bagian dari teroris. Rakyat yang tidak berdosa pun terpaksa mengungsi dari sana. Dan militer Pakistan mulai melancarkan serangan fisik ke wilayah tersebut. Mengklaim kesuksesannya membidik ratusan anggota dari para pemberontak tadi.
Membabi butakah militer dari pemerintahan resmi Pakistan? Harap diingat, aksi terorisme di Pakistan itu sudah seperti cendawan di musim hujan. Sudah terlalu banyak dan sudah hampir berhasil memporakporandakan sistem keamanan di seluruh penjuru negeri. Pemerintah sudah hampir dibuat tidak berdaya.
Kelompok yang disinyalir bagian dari Taliban Pakistan juga bahkan pernah mengacau di Karachi Airport. Peristiwa yang menelan korban jiwa dari pihak sipil.
Salah satu yang tersulut ya TTP tadi itu. Jadi, si TTP yang paling sering terdengar ingin mendirikan “Islamic State” di Pakistan itu, melakukan aksi balas dendam.
Mereka menyerang sebuah sekolah yang dikelola oleh pihak militer Pakistan. Targetnya memang menyerang anak-anak sekolah di sana sebagai balasan atas operasi militer yang dilakukan di North Waziristan tadi. TTP mengaku, serangan tersebut telah menewaskan istri dan anak-anak mereka. Dan mereka ingin meminta nyawa yang sama.
TTP juga menegaskan bahwa ini tidak akan menjadi aksi mereka yang terakhir. Beberapa analis juga memperkirakan, aksi ini adalah usaha TTP untuk melemahkan moral rakyat Pakistan untuk menentang aksi mililter oleh pemerintahan yang sah. Mungkin TTP berharap masyarakat jadi takut dan malah mendukung TTP biar enggak kena bom. Opo meneh? -_-.
Begitu banyak hal yang bisa menjadi pelajaran penting bagi kita.
1. Bahwa masyarakat yang lebih homogen pun tak berarti akan hidup lebih damai. Etnis di Pakistan tidak terlalu beragam. Walau mungkin banyak etnis, secara fisik susah dibeda-bedakan. Agamanya juga rata-rata muslim semua.
2. Betapa sifat rendah hati sudah tidak tersisa lagi akibat terlalu sering menganggap diri benar sendiri. Ingat, semua orang akan menganggap masakan ibunya yang paling enak. Bukan hanya anda! ;). Jadi, pujilah masakan ibu kalian di meja makan masing-masing. Maaf Bang Saief Alemdar, pinjem lagi kutipan indahnya :).
Daripada menuduh masakan ibu orang lain enggak enak, ajak saja mereka masak-masak di rumah kita. Kita sodorkan hidangan tersebut dalam suasana hangat dan bersahabat. Kalau mereka pun ikut suka, alhamdulillah. Kalau mereka tidak tertarik, so what, minimal sudah punya teman baru untuk makan bareng ^_^.
Untuk duduk semeja makan dengan orang lain, kalian tidak harus menyantap menu yang sama bukan? ;).
3. Poverty is worst form of violence – Gandhi-. Could not agree more. Kemiskinan adalah hal terlarang di banyak negara-negara maju. Semoga negara-negara berkembang bisa belajar banyak dari masalah ini. Putuskan lingkaran setannya. Sudah terlalu banyak nestapa akibat membiarkan kesenjangan ekonomi yang menganga lebar-lebar.
Kemiskinan dianggap lumrah. Kemewahan dikejar-kejar.
Jadi ingat tulisan “How Islamic are Islamic Countries?” lagi :(.
4. Jangan korupsi! Semua kejahatan itu akan kembali ke diri sendiri. Pemerintahan yang korup suatu hari akan menemukan karmanya sendiri. Tidak di dunia, akhirat pasti menanti. Dapat karma di dunia, di akhirat juga jatahnya enggak berkurang. Masih berani korupsi?
5. Buat kalian yang hidup dan besar di Indonesia, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Puluhan tahun hidup damai di bawah payung Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia? :).
Adalah tugas kita semua untuk menjaga keutuhan bangsa yang multi kultural dan multi keyakinan ini ^_^.
When there is no enemy within, the enemies outside cannot hurt you. -African Proverb-
***
Innalillahi wa innailahi rajiun. Turut berduka cita atas para korban di Peshawar, Pakistan :(. Semoga mendapat tempat terbaik di sisiNya. Semoga dianugerahi ketabahan dan keikhlasan bagi segenap keluarga/kerabat/sahabat/handai taulan yang ditinggalkan.
Semoga keselamatan dan kedamaian dilimpahkan untuk kita semua.
There’s nothing you can know that isn’t known
Nothing you can see that isn’t shown
There’s nowhere you can be that isn’t where you’re meant to be
It’s easy
All you need is love
All you need is love
All you need is love, love
Love is all you need
-The Beatles, “All You Need is Love”
Kalian percaya tidak kalau kedamaian itu diawali dengan berdamai dengan diri sendiri. Seperti pesan Buddha, “Peace comes from within. Do not seek it without.”
Kalau hati sendiri masih suka rusuh, sudah pasti keluarnya juga tidak akan pernah damai ^_^. Perhaps it’s true, that all you need is … love ;).
Catatan dari serangan teroris di Pakistan 2014.
***
Setuju, mbak, dg bbrp point di atas. Tapi…..,duh, mbak, yg point nomor 5 itu bikin miris. Kami di Aceh, baru sejaj tahun 2004, mbak, bisa merasakan nikmatnya hidup merdeka, aman tanpa konflik. Yah walaupun skrg masalah lain yg muncul. Mudah-mudahan mbak ada waktu untuk mencari tahu kesengsaraan rakyat aceh sejak memutuskan bergabung dg NKRI. Kl kawan sy yg non aceh, hampir rata-rata semua blg kl aceh konflik ya salah sendiri. Sy sih diam aja, soalnya tahu kl hampir semuanya tahu sejarah aceh cuma dr buku sekolah doank hehehe.
Ya sudah, anda saja dong yang ceritakan tentang konflik di Aceh ^_^. Saya tahunya juga begitu. Konflik Aceh itu dari internal :(. Dulu saya benci sama kebijakan DOM oleh pemerintah pusat. Tapi gimana ya, setelah mempelajari banyak-banyak soal Afghanistan dan Pakistan, saya sekarang bisa paham mengapa harus ada DOM. Mohon maaf kalau kurang berkenan :).
Pengetahuan mengenai sejarah Aceh 1945-2004 masih belum cukup, mbak, tidak berani untuk menulisnya. Penyebab konflik di setiap negara/daerah, ada persamaan dan juga ada perbedaan. Apa yang terjadi di Afghanistan, Pakistan, ataupun Aceh sama-sama konflik tapi akar permasalahan dan juga solusi pastilah berbeda. Istilahnya itu begini, apa yang dilakukan oleh Pak JK dan Pak SBY untuk menyelesaikan konflik di Aceh, belum tentu bisa diterapkan di Afghanistan/Pakistan. Penyebab konflik di Afghanistan belum tentu sama dengan di Pakistan ataupun di Aceh. Yang paling penting pasca konflik adalah “move on”. Let’s us forgive them but never forget 🙂
Kita selalu bisa belajar dari hal apa pun kok ^_^.