Sebuah sudut di Museum Ullen Sentalu – Lereng Merapi Yogyakarta, “Ruang Putri Dambaan”, masih menyisakan jejak kecantikan sang putri. Namanya Gusti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani, dari keraton Mangkunegaran.
“Putri Dambaan” bukan julukan sembarangan. Tak serta merta disematkan karena wajah rupawan yang membawanya menjadi salah satu yang tercantik di masanya. Tak sebatas pula karena dia mahir berkuda, menari, menulis sajak, bahkan bermain tenis, suatu yang tak begitu lazim bagi seorang putri keraton di zamannya.
Lebih dari itu, putri dari Mangkunegaran ini pernah menampik lamaran dari tokoh sebesar Bung Karno dan membenamkan harapan seorang Sutan Syahrir. Daftar pria yang patah hati karenanya juga mencakup Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan panglima tentara kenamaan, Kolonel GPH Djatikusumo.
Gusti Nurul hanya satu diantara banyak putri-putri keraton nusantara yang pernah mencuri perhatian karena kecantikan dan kepribadian mereka. Konon, salah satu rahasia kecantikan, sekaligus konsep merawat diri khas ala putri keraton adalah … mengkonsumsi jamu :).
Jamu, Warisan Masa Lampau Nusantara
Obat tradisional sebenarnya sudah dikenal umum di banyak negara. Korea Selatan yang juga disebut sebagai Negeri Ginseng saking terkenalnya penggunaan ginseng sebagai alternatif pengobatan. Tidak hanya di wilayah Korea dan sekitarnya, khasiat ginseng sudah mendunia.
Khusus untuk obat-obatan tradisional asal Indonesia yang dibuat dari bahan-bahan alami ini disebut sebagai jamu. Biasanya dibuat dari bagian-bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang, kulit atau buah.
Jamu sudah dikenal sejak dahulu kala. Bahkan beberapa bukti sejarah yang kebanyakan berasal dari primbon menunjukkan bahwa jamu sudah dikenal sejak abad ke-5.
Tidak hanya primbon, kegiatan membuat jamu bisa ditelusuri dari relief-relief pada candi Borobudur, Prambanan, dll. Lebih lanjut mengenai bukti sejarah bahwa jamu adalah warisan asli dari masa lampau nusantara bisa dilihat di tautan berikut ini.
Jamu kerap dikait-kaitkan dengan budaya Jawa. Tapi sebenarnya tidak juga.
Saya sendiri, yang asli berdarah bugis, sudah tidak asing dengan jamu-jamuan sejak kecil. Ibu punya langganan embak jamu gendong semasa kami masih bermukim di kota Makassar.
Setelah menikah, apalagi sehabis melahirkan, ibu mertua juga yang paling getol menyarankan saya menggunakan ramuan tradisional untuk memulihkan kondisi. Jamu-jamuan yang saya gunakan mencakup obat minum dan obat usap (di kulit). Jangan salah, ibu mertua saya asli Minang, lho ;).
Jadi, budaya ber-Jamu bukan hanya dominasi golongan tertentu di tanah air.
Jamu : Merawat, Mencegah, Mengobati Sekaligus Memulihkan
There are things that money can’t buy. Diantara hal-hal yang tak tertukar dengan harta seberapa pun banyak itu adalah … kesehatan. Harapan kita, apa pun yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan harusnya bukan hal yang sulit untuk dipasarkan. Termasuk penggunaan jamu ini.
Terlebih lagi, kini dunia kesehatan modern cukup gencar memberikan edukasi penggunaan obat-obatan kimia secara rasional. Seharusnya produsen jamu bisa ikut memanfaatkan momen ini dan menawarkan jamu sebagai alternatif utama.
Saya ingat di salah satu kunjungan ke dokter gigi, dokter saya bilang begini, “Obat kimia itu sebenarnya racun bagi tubuh. Jadi, jangan sembarangan dipakai. Hanya untuk emergency saja. Selama sakitnya masih bisa ditahan, obatnya tidak perlu diminum, ya, Mbak.”
Jamu-jamuan bisa dibilang memiliki kemampuan yang hampir setara dengan efek obat-obatan kimiawi dengan satu kelebihan yang menonjol : jamu-jamuan memiliki efek samping yang jauh lebih ringan. Tentu saja hal ini bisa dicapai dengan memperhatikan betul-betul sisi higienis dan takaran.
Aneka ramuan tradisional yang memiliki efek pengobatan antaralain :
- Ramuan mengkudu yang multifungsi. Mengkudu paling sering disebut-sebut dalam pengobatan kanker selain ramuan daun dewa dan ramuan daun ceremai.
- Ramuan lengkuas/laos yang bisa mengobati rasa mual/mabuk saat berkendara
- Timun dan kunyit yang juga berfungsi sebagai obat luar/obat oles. Keduanya bisa menghaluskan kulit dan mengobati kulit ketiak yang kehitaman.
- Ramuan kapulaga, kayu manis, cengkeh dan campuran lainnya bisa meredakan keluhan asam urat.
Tidak hanya mumpuni dalam hal pengobatan dan pemulihan, jamu juga erat kaitannya dengan fungsi perawatan dan pencegahan.
Penyakit degeneratif seperti kanker makin menghantui banyak orang. Terutama penduduk di kota-kota besar. Konon, hal ini tak lepas dari gaya hidup modern yang makin menjauh dari hal-hal yang bersifat alami. Makin lama makin didominasi oleh yang serba instan. Pola makan salah satunya. Tak sedikit ahli yang mengungkapkan kanker sebenarnya bisa dicegah dengan memperhatikan asupan yang dikonsumsi tubuh sehari-hari.
Sekilas dari tante saya yang pernah divonis menderita kanker payudara saya mendengar tentang khasiat ramuan kunyit putih yang ditengarai bisa mencegah kanker. Setidaknya bisa mencegah peningkatan ke stadium lebih lanjut.
Upaya pencegahan itu selalu lebih ‘murah dan mudah’ daripada mengobati.
Upaya Melestarikan & Mempopulerkan Jamu
1. Buzzer Selebritis sebagai Duta Herbal Nusantara
Manfaatkan instagram, twitter dan media sosial yang kini sudah lebih bergema pengaruhnya daripada media klasik seperti televisi dan media cetak. Beberapa kalangan bisa memiliki followernya sejumlah ratusan ribu.
Salah satu tips pemasaran dari buku terkenal Tipping Point menyebutkan tentang pemanfaatan sekelompok orang yang bersifat “Maven”. Para Maven ini memiliki pengaruh istimewa di mata banyak orang. Entah mengapa, mereka bisa mempengaruhi pilihan orang banyak. Mungkin semacam trend setter.
Jangan salah, sosok trend setter/selebritis di dunia maya tidak melulu harus dari kalangan artis atau “orang-orang penting”. Terkadang, seorang ibu rumah tangga biasa, dengan caranya yang unik, bisa memikat perhatian publik di dunia maya. Dalam artian yang positif tentunya.
Tinggal mencari sosok yang kira-kira punya pengaruh besar terhadap calon konsumen. Ada kemungkinan memilih beberapa orang sesuai dengan target pasar. Misalnya, konsumen ibu-ibu, konsumen lelaki atau konsumen remaja. Agak tidak mungkin jika semuanya diwakilkan oleh satu orang. Konsepnya ringan saja. Upload foto-foto santai si buzzer dalam kegiatan sehari-hari lebih bagus. Terlihat lebih natural.
Cara ini sudah sering dipakai. Salah satu ajakan hidup sehat via “running activity” yang makin booming di tanah air tak lepas dari peran aktif para “Maven” yang terus menerus mempromosikan ajakan ini via akun-akun pribadi mereka.
Apalagi kalau ‘pemantik api’nya adalah orang nomor satu di tanah air, ya?
Bagaimana pendapat anda tentang foto di bawah ini? Saya ambil fotonya dari fanpage Bapak Joko Widodo di salah satu media sosial. Beliau mengakui kalau salah satu tips sehat andalannya adalah jamu :).
2. Jamu di Hotel-hotel.
Orang-orang asing suka sekali sentuhan natural. Mereka datang umumnya ingin melihat sesuatu yang berbeda dan khas.
Berbagai pengalaman menginap di beberapa penginapan/hotel, tak sedikit yang menyediakan semacam “welcome Drink”. Umumnya berupa minuman ringan seperti jus jeruk. Mengapa tidak menyediakan ramuan jamu yang setipe dengan minuman ringan yang standar. Jangan juga nekat, orang asing langsung disuguhi jamu nan pahit yang tentu sulit diadaptasi oleh lidah mereka.
Hotel-hotel dan penginapan-penginapan di berbagai kawasan wisata bisa diupayakan menjadikan jamu sebagai “welcome drink”. Kalau perlu dijadikan salah satu menu sarapan.
3. Memanfaatkan International Channel
Misalnya, bekerja sama dengan kosmetik internasional untuk membuat brand khusus yang memanfaatkan herbal nusantara untuk konsumsi pasar Indonesia dan sekitarnya.
Jika mungkin pemasaran mencakup Asia. Bekerja sama dengan produsen pasta gigi misalnya. Promosikan penggunaan buah kepel sebagai pasta gigi. Bekerja sama dengan brand yang sudah mapan bisa menghemat rantai pemasaran mengingat mereka sudah punya nama.
Kebiasaan konsumen tanah air yang lebih memilih menggunakan produk yang punya embel-embel internasional harus mendapat perhatian khusus. Tidak ada gunanya ‘melawan’ arus globalisasi macam ini. Yang lebih baik kita lakukan adalah mengoptimalkan potensi untuk ikut berkembang dalam arus perubahan.
Terobosan ini sangat mungkin. Mengingat potensi pasar Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbanyak no.4 di dunia. Jangan hanya pasif sebagai konsumen. Kekuatan pasar / konsumsi dalam negeri harus kita jadikan posisi tawar yang penting. Pemerintah dan seluruh jajaran terkait harus pandai-pandai memanfaatkan kesempatan untuk mendesak ‘produsen asing’ untuk keuntungan negari sendiri ;).
Tentu ada kompensasi khusus bagi mereka yang menyetujui kerja sama ini. Semacam simbiosis mutualisme tepatnya. Menguntungkan kedua belah pihak.
4. Re-branding Jamu kepada generasi muda
Mengasah terus kreatifitas untuk pengenalan herbal sejak dini. Misalnya: buku-buku cerita dengan menggunakan tokoh-tokoh rempah-rempah seperti Jahe, Kemiri dll. Dibuat karakter-karakter seperti penokohan buah-buahan atau hewan-hewanan yang sudah sering dilakukan.
Contoh lainnya adalah tokoh Popeye, salah satu kartun asal Negeri Paman Sam yang cukup laris di masanya. Konon, Popeye dibuat agar mendapatkan kekuatan ekstra dari kegemarannya makan bayam, agar anak-anak tertarik untuk mengkonsumsi sayur-sayuran.
5. Penertiban tata kelola usaha yang berhubungan dengan pengobatan alternatif.
Mencerdaskan masyarakat memang sangat perlu. Karena tidak sedikit pihak yang mengatasnamakan pengobatan alternatif berbahan alami/herbal/jamu-jamuan yang ternyata hanya kedok untuk mengeruk keuntungan materi tanpa memperhatikan keselamatan konsumen.
Sebenarnya pengobatan alternatif berbasis bahan alami/herbal/jamu-jamuan ini bisa bersanding bersama-sama dengan pengobatan medis yang mengacu pada penggunaan bahan-bahan kimiawi. Khasiat jamu memang ada dan sudah banyak yang mengakui dan bisa dibuktikan secara ilmiah. Tapi ketidakdisiplinan pihak-pihak terkait dalam pengelolaan izin usaha yang berbasis obat tradisional/jamu bisa merusak upaya pelestarian jamu sebagai pengobatan alternatif yang baik dan benar.
Orang Bilang Tanah Kita Tanah Surga
Ribut-ribut atas rencana pemerintah menaikkan BBM baru-baru ini membuat banyak orang terlalu fokus kepada sumber migas nusantara yang (katanya) masih melimpah ruah itu. Yang orang-orang lupa bahwa sebanyak-banyaknya potensi migas suatu hari akan habis juga. Karena migas adalah sumber daya yang tidak bisa diperbaharui.
Berbeda dengan sumber daya alam non migas yang bisa terus kita rawat dan pelihara agar lestari. Alam sudah diciptakan Tuhan dengan segala kesempurnaannya. Tinggal manusianya saja yang harus pandai-pandai mengolah dan menjaganya.
Sumber daya alam non migas yang dikandung oleh tanah Indonesia sangat beragam. Termasuk kekayaan rempah-rempahnya. Agar tidak lupa, penjajahan ratusan tahun oleh bangsa Eropa terhadap bumi nusantara tak lepas dari pesona rupa-rupa rempah-rempah ini.
Dengan rangkaian produk alam yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, kekayaan rempah-rempah yang sedari dulu telah menggoda dunia luar untuk datang bertandang, tidak muluk-muluk bukan? Tanah Indonesia adalah tanah surga :).
Dari tanah surga inilah, rangkaian produk jamu bisa muncul dan berkembang. Adalah tugas kita untuk melestarikan jamu sekaligus merawat dan memelihara sumber daya alam non migas berupa rempah-rempah yang beraneka ragam di atas bumi nusantara.
Daftar Pustaka :
https://biofarmaka.ipb.ac.id/publication/journal/626-indonesian-kepel-fruit-as-oral-deodorant
https://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/606-herbal-plants-collection-mengkudu
bener banget mak semua sarannya oke banget n harus direalisasikan 🙂
TErima kasih sudah berkunjung Mbak 😀
sama2 mak 🙂 aku slalu senang baca tulisanmu mak, apalagi yg cerpen2nya, aaah bikin gatel pengen belajar nulis darimu 🙂
keren tulisannya mbak,,,wah ada JOkowi minum jamu…
Hihihihihi, berasa kampanye gak ya? Hahahahahhaha…
mantap nih artikelnya
Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar 🙂
aku salah satu penggemar jamu mba, terutama kunyit asam :)..segeer….miss it so much down here .. Tapi jamu sudah mulai masuk di beberapa hotel, walaupun belum semua…salah satu hotel tempat kami menginap di Jogja yang menyediakan jamu untuk sarap :)…Nicee….kami di sini juga dalam beberapa kesempata sering mempromosikan jamu sebagai herbal drink yang kaya manfaat with mush less side effects :)… ayooo, mari terus minum jamu 🙂
Harusnya sih jangan hotel-hotel di Jawa aja ya hehehehe… Dijadikan budaya nusantara :D. Pengalaman saya banyakan di Bali sih, karena dulu suka nginep di hotel-hotel gedongan pake modal gratisan dari kantor hahahahhaha :p.
Kalo mak Jihan udah turun gunung ikut kontes blog, maka daku harus melipir minggirrr… hehehe… Good luck ya mak. Tengkiu udah mengedukasi ttg jamu Komplet!
hihihihi, menang juga jarang-jarang kok bisa bikin melipir :p. Thanks dah mampir Mak 😉
Mak Jihan selamat ya mak, juara dua euyyy, mansatbbbb, mak Jihan githu lho hehe
Huaaaa…Mak Evrina juara 3, cieeee, cieeeee :D. Mantab juga dong pastinya ^_^. terima kasih kabar gembiranya ya Mak 😀
Sama2 mak ji, udah di tag juga di KEB. Kalo mak jihan udah turun tangan ga usah diragukan lagi hehe
waduh, jangan gitu dong. Persentase kekalahan masih lebih besar daripada kemenangan hahahahahhaha :p
jahhhh gak percaya saya mah, hehe selamat ya mak
SELAMAT ATAS KEMENANGANNYA MAK 😀
Cuma juara 2 Mak :D. Juara 1 nya Mak Sulistyorini 😉
Selamat udah jadi juara ke 2 nya ya 🙂
Bersyukur punya ibu yg jualan jamu gendong,,,,jadi klo butuh tinggak minum,,,dan saya bangga atas pekerjaan ibu saya,,,,
Wah, saya juga bangga nih bacanya ^_^. Salam buat ibunya ya Mbak 😉