One day one juz : Waktu SD saya suka memamerkan hafalan surah-surah pendek di hadapan almarhum Bapak. Bapak nanti mengangguk-angguk senang tapi seringnya diakhir dengan nasihat : “Baca juga artinya, Nak. Biar mengerti apa yang dibaca.”
Saya sedikt kecewa. Bukannya dipuji malah disuruh membaca terjemahan. Saya jawab ogah-ogahan, “Bahasa arabnya ji yang disuruh.”
Sampai kuliah, kalau mengaji saya nyaris tak pernah membaca terjemahan hehehe.
Nah, di masa-masa kuliah kalau gak salah pas tingkat 3, kegalauan menerjang.
Waktu itu, di kampus sering mengobrol dengan beberapa teman yang pemikirannya ‘gimanaaa gitu’. Orang-orang yang mempertanyakan fungsi agama sebenarnya dalam kehidupan manusia. Saya ingin membela tapi ya itu dia, pakai apa? Ngaji sih lancar tapi ngertinya kosong hehe.
Di tempat kos juga saya sering berdiskusi dengan seorang teman Nasrani yang sangat taat. She’s so great. Dia menghafal banyak sekali isi injil dan sangat pandai menjabarkannya. Sementara saya NOL BESAR. Hampir tiap hari mengaji tapi enggak tahu apa yang dibaca 🙁.
Jadi penasaran dan bertanya-tanya. Saat itulah, mungkin diuji oleh Tuhan. Diperkenalkanlah saya kepada sebuah perkumpulan yang belakangan saya tahu namanya X. Singkat cerita, saya resmi bergabung.
Sekitar 2-3 bulan saya bergabung di X dan terus menggerus isi tabungan untuk iuran ke sana. Sama sekali tidak ada cuci otak atau hipnotis seperti isu yang selama ini beredar hehehehe.
Di X, murni doktrin-doktrin ‘kita ini paling benar’ yang diterapkan kok . Yang sayangnya, sampai saat ini doktrin model begini masih digunakan secara masif oleh beberapa organisasi yang berlindung di bawah nama besar Islam 🙁.
Mengapa harus mendoktrin? Untuk membangun militansi anggota. Militansi inilah yang akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan organisasi . Biasanya sih untuk mengeruk ‘materi’. Wujudnya bisa dari uang sampai hal duniawi lainnya.
Yang membuat saya sadar karena saya sering bertanya ini itu. Saya sempat menentang secara halus mengapa kami ‘dipaksa’ berbohong bahkan kepada orang tua sendiri. Walau katanya orang di luar kami adalah kafir atau dianggap imannya lebih rendah ya saya gelisah sendiri. Walau jarang bersentuhan dengan terjemahan alquran, saya pernah beberapa kali membaca biografi rasulullah dalam banyak versi. Rasulullah sangat jauh dari sifat-sifat menipu dan narsis begini.
Para ‘mentor’ ini lihai sekali. Mereka sering mengutip ayat sepotong-sepotong atau mencocok-cocokkan kisah-kisah perjuangan rasulullah dan nabi-nabi lain dengan sepak terjang mereka. Bahkan, kami dilarang membaca literatur apa pun selain yang disarankan oleh ‘perkumpulan’. Ya saya waktu itu menyarankan, mari kita baca sama-sama dan dibahas. Eh, saya malah dituduh punya penyakit hati karena tidak mau menurut .
Akhirnya, saya beli deh tuh buku yang dijual di Gramedia yang membahas sepak terjang perkumpulan X ini. Dan betul, ternyata perkumpulan ini berafiliasi dengan sebuah pesantren modern yang besar dan keren. Iuran kami ternyata disalurkan ke sana dengan janji untuk mendirikan negara Islam.
Walau sering dengar ancaman macam-macam ya saya tinggalkan saja. Tapi enggak diapa-apain kok saya hehehe. Aman-aman saja. Mungkin karena mereka juga sebal soalnya saya sudah mulai nyolot dan sudah ogah menyumbang apa pun hahahaha . Disuruh ngajakin orang juga saya sudah malas.
Beberapa hari pertama sejak resmi keluar, saya selalu menangis sehabis sembahyang. Mohon ampun atas kekhilafan dan menyesali betapa bodohnya diri sendiri. Bukannya di kampus tak ada wadah mengaji tapi kurang sreg saja gitu. Eh, malah terjerumus ke organisasi aneh-aneh.
Saya berusaha menarik pelajaran penting setelah kejadian itu. Satu pertanyaan besar saya terjawab di perkumpulan X ini. Ada juga sisi positifnya hehehe. Ada satu hal yang ingin saya jabarkan tapi takut kena semprit. Saya tidak punya ilmu untuk memperdebatkan lebih lanjut. Biarlah, sementara untuk diri sendiri dulu hehehe.
Lucu nih di perkumpulan X, teorinya bagus, praktiknya kok malah ujung-ujungnya duit atau target penambahan jamaah? hehehe. Mereka mengingkari ajaran yang mereka sebarkan sendiri.
Saya pun membeli alquran yang ada terjemahannya . Pertama kali sering membaca terjemahan memang biasanya pasti langsung sok-sok gimana gitu. Terkaget-kaget dengan ayat-ayat yang sifatnya ‘keras’. Dan setiap membaca hal yang buruk pasti langsung merefer ke orang lain hehehe.
Tapi, tak pernah bisa rutin lagi mengaji. Kuliah makin sibuk, tahun terakhir di kampus juga nyambi jadi tutor buat anak-anak bule sekitar 3-4 kali seminggu. Apalagi pas sudah kerja . Makin sibuk cari suami juga hahahahha . Rutinitas mengaji mulai memudar.
Kejadian penting lain adalah saat naik haji. Tenda saya yang keseluruhan penghuninya (kecuali saya) adalah orang Mesir yang fasih berbahasa Arab pernah dibuat sedikit gempar. Karena teman yang ranjangnya sebelahan dengan saya cerita ke yang lain kalau saya lancar sekali membaca alquran. Padahal saya mengaku sama sekali tak bisa berbahasa arab.
Satu teman yang kebetulan seorang dokter juga berkomentar sedikit tajam. Menurut mereka cukup aneh orang yang tidak mengerti berbahasa arab sama sekali tapi bisa membaca alquran dengan lancar. Saya juga baru ngeh hahahahaha. Padahal kita mah di Indonesia-Malaysia kan biasa aja, ya .
Nah, si teman dokter ini yang memang bahasa inggrisnya paling keren yang menemani saya berdiskusi di malam itu.
Dia menerangkan keindahan utama alquran ada pada maknanya. Dia panjang lebar menjelaskan betapa bahasa alquran sendiri tergolong sastra tingkat tinggi dalam bahasa Arab. Dia sedikit menasihati, “Kamu tahu mengapa kalau membaca alquran kita bisa menangis? Karena kita tergugah akan artinya. Kalau kamu hanya membaca tapi tak bermakna, lantas bagaimana kamu bisa menangis dan mengerti? Mumpung kamu di sini, belajarlah bahasa Arab. Kalau belum bisa, sehabis mengaji, baca juga terjemahannya.”
Iya sih, saya juga salah. Alquran terjemahan kan tebalnya biasanya dua kali lipat. Sengaja membawa yang ringkas-ringkas karena bawa anak bungsu yang waktu itu usianya belum 2 tahun. Bawaan saya dan suami dibombardir sama susu kotak, popok sekali pakai, mainan dll. Jadi saya bawa alquran kecil tanpa terjemahan dan beberapa buku-buku doa (nah yang ini ada bahasa indonesianya juga).
Sejak setelah naik haji itu, saban mengaji seorang diri PASTI selalu diikuti dengan membaca terjemahan 🙂.
Lama-lama saya menyadari pentingnya selalu ‘bercermin’ saat membaca terjemahan alquran. Kalau bertemu penjabaran sifat-sifat buruk, langsung ingat diri sendiri! Makanya, kalau ayat-ayat tentang kejahilan Bani Israil di masa lampau selalu saya perhatikan apa sifat yang sedang diterangkan. Instead of fokus kepada Bani Israilnya, saya selalu fokus pada perbuatannya dan terus menerus berkaca dan berjanji untuk tidak melakukan hal yang sama.
Walau tentu saja janji mudah, aplikasi selalu sulit luar biasa 😛. Mari terus berbenah.
Bagaimana dengan ayat-ayat yang menerangkan ketegasan yang kadang berujung pada tindakan fisik yang keras? Kembalilah selalu kepada tafsir . Surah Al Anfal itu memang banyak bercerita tentang masa perang. Saat kontak fisik secara langsung memang terjadi. Dan selalulah mengingatkan diri sendiri ketimbang mengaitkan apa yang kita baca kepada pihak lain.
Susah memang hehehe. Manusia biasa, selalu penuh hawa nafsu.
Saya sangat terkesan sebuah diskusi menarik antara Mahfud MD dan Ustaz Quraish Shihab. Kalau nanti nemu video youtubenya, saya sertakan di komentar ya . Kira-kira begini penjabarannya :
Mahfud MD : Kita sering membaca banyak ayat yang memerintahkan agar kita keras dan tegas kepada kaum di luar muslim. Bahkan menyuruh kita untuk mengambil tindakan fisik. Tapi sebaliknya, Rasulullah selalu mencontohkan akhlak terbaik saat menghadapi umat selain Islam. Misalnya menyuapi perempuan yahudi yang selalu menghinanya. Bagaimana Pak Ustaz? Ini seperti dilema. Kita harus bagaimana? Di berbagai situasi, tindakan mana yang harus kita pilih? Jadi sebenarnya kita ini harus keras atau lembut kepada umat lain?”
Quraish Shihab : Perlu kebijaksaan yang dalam sebelum memilih. Islam itu rahmatan lil aalamiin. Apa pun itu, kita harus selalu berpegang bahwa kehadiran umat muslim itu selalu menjadi rahmat bagi semesta alam. Ini memang bukan hal yang mudah. Tapi dengan selalu menempatkan diri sebagai SOLUSI akan melapangkan jalan kita untuk memilih. Insya Allah.
Kalimatnya sih enggak persis begitu. Itu sepenangkapnya saya saja sih hehehe.
Saya cukup sedih karena pernah membaca artikel bahwa kini orang-orang berpaham atheis atau agnostik statistiknya terus naik. Ada artikel yang mengklaim bahwa jumlah mereka sudah menempati posisi ke-3 di dunia, setelah Nasrani dan Muslim.
Tidak sedikit lho teman-teman saya sendiri yang juga sudah mulai mengejek agama sebagai sumber kerusuhan . Salah satu ungkapan dari ‘pihak mereka’, “Agama justru bikin sengsara. Karena kalau sudah punya agama, maunya agama dia aja yang diikutin. Katanya disuruh sama Tuhan-nya untuk begitu. Tuhan apaan tuh nyuruh kita saling membenci? Mending enggak punya Tuhan daripada tiap hari jelek-jelekin orang karena disuruh Tuhan.”
Astagfirullah :'(.
Tapi ya, saya pribadi selalu memilih untuk kembali kepada diri sendiri. Sebagai umat beragama, jangan-jangan kita sendiri yang memang memberi contoh kepada mereka? Agama yang secara etimologis berarti “tidak kacau’ justru sering sekali menjadi sumber kekacauan di berbagai kerusuhan di banyak penjuru bumi. Sejarah tidak membantah soal itu.
Bagaimana ini?
Sebagai umat muslim, jangan patah semangat. Kembalilah selalu kepada alquran . Tidak untuk mencari siapa yang salah, pihak mana yang berkonspirasi atau mengejek balik mereka yang sudah tak percaya lagi pada keberadaan agama. Tapi untuk berkaca dan meminta pertolongan dari Yang Maha Agung dan Maha Sempurna.
Memang, enggak boleh sembarangan mengartikan alquran. Namun, jangan pula ‘lari’ dan melepas tanggung jawab pribadi. Membaca alquran+terjemahannya sudah seharusnya kita tasbihkan sebagai kegiatan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Mempelajari bahasa Arab juga perlu kalau untuk saya pribadi hehehe. Manfaatkan kecanggihan teknologi yang luar biasa ini. Belajar tajwid atau bahasa Arab pun sekarang sudah bisa via Youtube . Banyak ustaz kredibel juga punya fanpage bagus-bagus di FB .
Cuma kalau urusan tafsir memang harus berhati-hati. Setahap demi setahap ya teman-teman. Terus kendalikan nafsu dengan menekankan kerendahan hati sebagai insan yang kurang ilmu. Konon dalam kehidupan fana ini ada 2 hal yang tidak akan pernah memuaskan dahaga, berburu ilmu dan berburu dunia 🙂.
Kalau menghadapi ayat-ayat yang galau sementara akses untuk menimba ilmu terbatas (macam saya yang di sini sekarang hanya banyak bergantung pada internet :P) berharaplah selalu akan kebijaksanaan …
“Dear Lord, grant me the courage to change the things that I can
The patience to accept the things that I can’t
and the wisdom to know the difference.”
Insya Allah, alquran itu menyimpan banyak sejarah masa lampau untuk kita belajar dan berkaca bukan untuk menghakimi siapa pun 🙂. Mengurai keutamaan tauhid dan iman sekaligus menjabarkan keutamaan akhlak dan tingkah laku.
Perhatikan saja, banyak sekali ayat yang diterjemahkan sebagai… “Beriman dan berbuat kebaikan”, “beriman dan beramal baik”, “beriman dan menganjurkan untuk memberi makan kaum miskin” pokoknya iman selalu disertai dengan perbuatan baik.
Tak berarti iman dan tauhid nomor 2 atau tidak penting. Enggak gitu ya. Semuanya penting ^_^.
Alquran menegaskan Tuhan sebagai Yang Mahasempurna, Mahatahu, Maha Mengasihi dan Maha Esa. Ingat, Maha Esa . Satu-satunya. Selain daripada Tuhan, tidak ada yang sempurna dan bisa saja melakukan kekhilafan. Termasuk seluruh umat manusia.
Lantas, bagaimana cara menumbuhkan kebiasaan ini? Pasti banyak kan yang niatnya sebenarnya sudah ada dari dulu, tapi praktiknya sungguh sukar luar biasa.
Memang, sebelum join ODOJ ( One Day One Juz ) sempat terlintas rasa ragu di hati saya. Akankah ini mengarah kepada sifat riya’? Kabar buruknya, apa pun yang kita lakukan, prasangka buruk itu pasti akan datang. Kabar baiknya, niat yang tulus yang terpatri dalam hati hanya Allah yang tahu . Bukankah itu yang lebih penting? .
Nah, pemikiran itu yang membawa saya untuk bergabung di ODOJ ( One Day One Juz ) di bulan Februari lalu. Dan kini, sudah memasuki putaran ke-4 dan masih terus berjalan alhamdulillah. Never in my life before, saya bisa hattrick menamatkan alquran+terjemahannya 3 bulan berturut-turut . Padahal niatnya tak pernah lekang. Thanks to ODOJ ( One Day One Juz ) ^_^.
Maka, mari bergabung di komunitas One Day One Juz di www dot odoj dot org . Untuk terus membawa pribadi-pribadi alquran ke dalam diri kita masing-masing. Untuk secara santun dan berkesinambungan mematahkan mitos bahwa agama adalah sumber perselisihan. Padahal sejatinya tidak begitu.
Maka, marilah kita terus pelajari dan praktikkan. Yang tentunya harus terus dibaca dulu dong ya sesuai pepatah tak kenal maka tak sayang. Untuk kemudian menggembleng diri dan membuktikan pada semesta betapa sesungguhnya umat muslim harusnya mampu tampil sebagai solusi bagi manusia lainnya dan lingkungan sekitar termasuk alam. Memelihara dan peduli lingkungan itu pun bagian dari ajaran Islam yang tercantum langsung dalam alquran lho ya . CMIIW.
Kehadiran umat muslim selalu membawa kesejukan, kedamaian, keadilan, kesejahteraan pada sekitarnya. Sesuai pakemnya, Islam … rahmatan lil aalamiin.
Mari bersama … #membumikanAlquran dan #melangitkanManusia bersama gerakan #oneDayOneJuz.
Mohon maaf jika ada salah-salah kata atau dianggap ngajarin yang gak bener hehehe. Yang benar-benar yang bagus-bagus itu datangnya dari Alllah, kalau ada yang salah atau sotoy itu pasti dari yang nulis 😉.
Wassalamu alaikum wr.wb
Jihan Davincka
ODOJ #2293
Again…u seem always read my mind :DDD
Ada untungnya, terwakili orang yang piawai merangkai kata-kata, sehingga pasti yang membacapun lebih enak 🙂
Saya baru rajin membaca tafsir, justru ketika jauh dari komunitas muslim, dan justru susah cari mursid _ _!
Agak mirip sedikit, dan ini yang bikin miris diri sendiri, tertonjok dengan serta merta ketika menunaikan Haji dengan seorang mualaf Jepang bisa berkomunikasi dengan bahasa Arab dengan ibu duta besar Arab di Jepang. (orang jepang yang mualaf super istimewa kalau menunaikan haji, sudahnya haji gratis, dikunjungi secara privat sama ibu pejabat, pengajian ceritanya setiap hari. hehe orang Indonesia udah berceceran, ga penting)
Dari situ saya berkaca, nihongo sampe bisa ngomong lancar (walo masih tiarap oge) tapi masih jauh lebih mending daripada bahasa Arab yang belajar dari jaman SD.
Teman saya yang Arab asli, sampe melotot ga percaya, sedikitpun saya ga ngerti apa ucapan dia..sedangkan baca Al-Qur’an lancar. Ffffhhhh…memang ada yang salah pemahaman agama di…. kalau bisa dibilang, the biggest muslim in the world…ya di kita-kita. Makanya kalau liat Dr. Zakir Naik yang convert to Islam, duuuhhh…malu
Ayooo sama-sama belajar bahasa Arab sekalian hehehe 😀
saya juga pernah hampir masuk kelompok X tersebut. setelah 2 kali pertemuan, alhamdulillah saya ngga mau lagi ke pertemuan ke tiga. sayang banyak banget mendebat mereka pertemuan pertama dan kedua,hehe.
Cepet sadarnya berarti ya hihihi. Saya sempat kena tilep beberapa kali dulu baru sadar 😀
dari hari pertama ketemuan, aku terlalu kritis bilang ‘ih aneh yaa…, masa giti siihh…’ emang benaran agama bilang gitu?
Pertemuan kedua aku makin jadi2 kawan mereka… 🙂
Thx for remind me….
No problem 😉
Kak Jihan…alhamdulillah saya juga gabung odojers, ODOJ 221, belum sebulan, semoga istiqomah dan semangat
Selamaaaattt, iya semoga istiqamah. Mumpung bentar lagi bulan Ramadan. Biasanya, energi ibadahnya suka full tank menjelang Ramadan :D. Semoga abis ODOJ, full tank teruuussss ^_^
amin…terus tebar inspirasi ya kak.
di Indo lagi tayang sinetron yang diangkat dari buku Asma Nadia (catatan hati seorang istri).
moga2 suatu saat bukunya kak Ji ada yang difilmkan ya
Bagus dong,ya. Umumnya sih yang wajib itu baca bahasa Arabnya, terjemahan katanya pilihan aja.
aku baru tau beberapa hari lalu tentang semua tulisan mba Jihan, “enak dibaca”, “nikmat di fahami” dan “positif dijalankan”…trus selalu menebar kebaikan ya mba…..thanks bwt semua informasiY
Tulisannya sangat enak untuk dinikmati, mengalir tanpa susah dicerna..bolehkah bila suatu saat tulisan ta, saya share..tapi tetap saya ikuti prosedur pengutipan yang berlaku….
Saya baca terjemahan saat juz saya dilelang, mak. Itu malah lebih “kena” di saya. 🙂
Juz kan enggak tiap hari dilelang ya :D. Jadi baca terjemahannya sekali-sekali saja apa gimana ya? Maaf kalau salah nangkep hehe.
Assalamualaikum. Hi mb jihan. i found your blog. Dari FB, ada yg share statusnya mb jihan trus aku baca komen2nya yg rame, trus nemu link nya mb jihan deh. Sukaaakkk. Tengkiu yaa, your writing really inspired me.
Lagi baca2 nih, tulisan-tulisan mba. banyak yg makjleb dehh….hehehehe
thanks sekali lagi
salam kenal
Salamulloh’alaik…mba Jihan salam kenal…sy suka bangettttt tulisan2 mba…nemu di FB parenting AE,tp di komennya siapa gitu yah…lupa…hehe..lngsng ketarik sama status2 mba Jihan :), uos ternyata ODOJer juga…sy ODOJ 3159, msh haus bangetttt dgn wawasan dan pengetahuan…di blog mba campur2 semua ada disini…hehee…semngattt bangettt Alhamdulillah…