Ditakdirkan bahwa pria berkuasa
Ada pun wanita lemah lembut manja
Begitu kira-kira penggalan lagu lawas, “Sabda Alam”. Enggak familiar? Tapi pasti langsung ngeh dengan lirik yang ini “Wanita dijajah pria sejak dulu…” Itu dari lagu yang sama.
Pria berkuasa, wanita lemah lembut, itu pakem umumnya :D. Diciptakan alam, pria dan wanita :).
Bagi yang mengenal saya secara personal, pernah ketemu langsung dan berinteraksi di dunia nyata, semua juga tahu … lemah-lembut-manja is definitely NOT ME! Hahaha.
Tapi kan itulah gunanya diciptakan macam-macam manusia. Perempuan pun tidak diciptakan seragam ;).
Waktu saya SMA, saya punya sahabat. Dengan perangainya yang anggun, bodinya yang oke, tampangnya yang imut, tak heran yang naksir sampai antre :D. You know who you are. Kapan kita biskal-biskal lagi, Ces :P. Kalau secara umum di tanah air bilangnya curhat (curahan hati), abege Makassar di tahun 90 an bilangnya, biskal (bisikan kalbu) :D.
Pernah suatu hari, untuk kesekian kalinya dia curhat, “Bagaimanami ini. Menelepon terus ki. Malasku’ deh…” (Gimana nih? Dia menelepon terus. Malas, deh).
Saya merespons dengan gemas, “Ka jammoko angkatki telponnya. Kasi tau orang di rumahmu. Kalo meneleponki lagi, bilang saja kau tida’ ada.” (Jangan diangkat teleponnya. Beritahu orang di rumahmu. Kalau dia menelepon, bilang saja kau tidak ada).
“Tauwa. Nda’ tegaku. Kasiannya kodong kalau begitu.” (Aduh, enggak tega. Kasihan dia nanti).
Ya kan saya jadi gatal-gatal sendiri. Apa susahnya sih menolak telepon dari orang yang tidak kita sukai? –> raja tega dari dulu :P. Simpel ya, Bo. Tidak suka, jangan diladenin. Saya pribadi selalu kurang nyaman dengan situasi tidak seimbang macam ini dan selalu ingin buru-buru mengakhiri.
Saya punya satu cara fantastis yang saya lakukan untuk mencegah kode ‘salah alamat’ seperti ini :P. Kalau saya naksir pada seorang teman, seluruh dunia pasti tahu! Hahaha. Cek saja, tidak di SMP, SMA, kuliah sampai ngantor juga begitu. Harapannya, dengan begitu, yang mau ‘maju’ sudah rontok duluan. Jadi, tak perlu ada drama dan semacamnya.
I love drama for sure. I just don’t feel like I wanna be a part of it :P.
Geer banget, macam banyak yang naksir saja. Mending geer daripada minder hihihi :P.
Blak-blakan saja :D. Suka bilang suka. Walau tak umum, perempuan yang ‘maju’ duluan. Konsekuensinya juga berat, sih. Karena seringnya gagal hahahaha.
Repotnya, begitu gagal, dalam hati sudah berdamai, tapi susah memberitahu pada lingkungan bahwa, “All is well. I’m moving on.” Orang-orang tetap saja merasa kasihan. Puk-puk Jihan, cintanya ditolak! Oh heloooo, kalau naksir orang ya jangan satu, dong. Hahahaha.
Dulu pas ngantor, ingat banget. Ceritanya, kecengan eike merit aja gitu hahaha. Setelah itu, Β semingguan, sepanjang hari diputerin lagu “Pupus”nya Dewa. Ngeledek banget dah :D. Etapi, lagunya emang bagus, kok. Masih ada yang ingat? π
Tentu, tidak semua perempuan seperti saya. Yang tidak malu terbahak-bahak di kantin tanpa menutup mulut sama sekali :D. Yang tidak segan memasang tanda dengan jelas tanpa basa basi “Stop sampai disitu.” jika mendapat ‘serangan salah alamat’ :P. Serta tak ragu menunjukkan rasa suka walaupun pihak seberang belum pasang ancang-ancang hahaha. Masa lalu ya booo … masa lalu :P. Jangan diingkari, mari diambil hikmahnya ^_^.
Jangan salah. Di balik kelembutan dan kemanjaan perempuan, kekuatannya juga tidak main-main :).
Namun adakala prla tak berdaya
Tekuk lutut di sudut kerling wanita
Harta-tahta-wanita konon adalah cobaan terbesar untuk para laki-laki.
Perempuan dan laki-laki itu harusnya saling melengkapi. Bukan adu keren-kerenan hehehe.
Namun lantas, janganlah kelembutan perempuan (pada umumnya) disalahartikan sebagai persetujuan. Menilik kasus yang menimpa seorang sastrawan besar inisial SS, terus terang istilah ‘suka sama suka’ ini mengganggu sekali :(.
Beberapa orang sampai mempertanyakan, “Kok baru berani mengadu setelah hamil berbulan-bulan?”
Perempuan tak sama dengan laki-laki :). Pahami itu dulu. Sepadan tapi tak sama. Manalagi masalah dan hukum yang masih kurang ‘berpihak’ pada kasus-kasus seperti ini.
Saya pernah membaca sebuah kasus di Amerika Serikat, tentang seorang PSK yang berani melaporkan sebuah pelecehan seksual yang dilakukan pada dirinya. PSK, lho. Kalau di Indonesia pasti sudah dicibir duluan. Betapa hukum negara di sana sudah sedemikian ‘canggih’nya melindungi sebagian besar bentuk kejahatan yang menimpa siapa pun :D. Well, more or less ya. Mana ada hukum yang sempurna kecuali datangnya dari Sang Pencipta ;).
Tak usah saya berpendapat panjang-panjang soal SS. Mari langsung disimak tulisan dari Ayu Utami di link ini. Btw, I’m not her fan, sih :). Tak sedikit pemikirannya yang berseberangan dengan saya.
Tapi, banyak orang menuduh para sastrawan ‘liberal’ (whatever this means, karena penggunaannya sudah mulai seenaknya sih ya *sedih*) berusaha ‘melindungi’ si SS. Ayu Utami punya pendapat berbeda :).
Ayu menuliskannya dengan runut, indah, tidak menuduh dan tidak menghujat :). Monggo dibaca :). Duh, kalau yang nulis sastrawan memang ‘beda’, ya ^_^.
https://ayuutami.com/mengapa-kita-tak-pantas-lagi-bilang-suka-sama-suka/
Huahaha… baru selesai setrika baju, lagi ngendurin urat kaki, baca jurnal ini, langsung gakakkkkk…! π
Ehem… jadi, berapa kali kau pernah ditolak, mbak?
Oh, yg dikasih tanda stop sampai disitu sih, aku nggak perlu tanya, kan? π
hihihi mau nanya tapi ternyata pertanyaan yg sama udah ditanyain duluan sm jeng fitri… #sama2kepo π
ih pasti orang2 yg dulu nolak itu sekarang nyeseeell… aku yakin banget π
huhahaahaha ngakak to the max bacanya *berasa ngaca* dan aku jd makin bersyukur thank God emang nikahnya sama Edi, kalo tidak, haiyah dikenal seangkatan plus kakak kelas-lah nanti aku cinta tak sampai. Aku lebih shallow sih dulu kalo dtembak tmn seangkatan langsung jawab “aku sukanya sama si Edi,” bener bener BTL ye *tutup muka* dan si Edi (yg msh jdi temen) yg sebel krn dijadikan tameng hahahahaha. ish aku jadi curhat di sini (lagi) nanti pas lowong aku nulis ttg ini yes.
Soal Ayu Utami, selain seleranya akan rumah-nya, banyak hal yg jg aku tak setuju, tp yang ini emang keren beut ya. Closurenya wow. Btw Jihan, sekarang jg udah banyak yg bilang “duh, kalo yg nulis neng poni emang ‘beda’ ya.”
Auwoooo…ecieeehhhh *ngikikCentil*, nanti kangMas Edi suruh baca juga dong tulisannya kalau dah ada, eh apa udah ada yak, belum nengokin nih ke sono π
Mba aku mau toss ah. Sama sama eke.
Kenalin aku pengunjung baruuhhhh… π