Jika banyak yang terganggu dengan “kepiawaian” Facebook yang konon bisa membaca isi hati *tsaaah*, saya justru tertolong dengan Sponsored Post yang muncul di timeline.
Urusan utama saya di FB –> update semua fanpage (hahaha) dan share link blog di wall sendiri.
Setelah itu, blusukan di newsfeed.
Kalau padat, kepoin daftar “See First” saja. Banyak urusan ya Cyin, masak –> ngangon anak –> jemput anak jalan kaki yang sekarang jarak sekolahnya 1 km dari rumah *pijetBetis*, bikin aneka rupa vlog (hahaha) –> update blog dst.
Karena stres berat badan yang melonjak dalam tempo setahun di Texas (damn, tinggal di Texas emang melenakan), saya banyak browsing di Google : olah raga di rumah vs resep makanan sehat.
Di FB, tahu-tahu muncul sponsored post –> video-videonya Kayla Itsines! Yay, seneng bangeeeeet .
Si Neng Kayla aplikasinya berbayar. Hepi dapat sneak peek gratisan dari beliau .
Simpan di folder SAVED. Tahu tidak, ada mekanisme SAVED instead of share di wall .
Aneka fanpage resep masakan sehat juga ada .
Terima kasih, Bro Mark! *sungkem*.
Algoritma “membaca pikiran” ini memudahkan pengiklan berjodoh dengan “viewer”nya. Saya pernah memanfaatkan fasilitas ini untuk meningkatkan traffic blog/vlog.
Benar, bukan masalah KUANTITAS yang penting. Tapi sejauh mana kita bisa meneropong siapa yang membutuhkan info terkait link/ produk kita. Mending 100 tapi fokus daripada 1000 tapi mental semua.
Facebook berusaha meningkatkannya biar pengiklan makin kesengsem dan puas. Lah ya Facebook dapat duitnya dari mereka, yes? Kita mah tinggal pakai gratis hahaha.
Kalau konten iklan hanya berupa jasa trainer olahraga, resep-resep, destinasi wisata, tips ini itu, rekam jejak politisi yang berupa info bukan hasutan, ya OKE lah.
Namun, yang pikirannya korslet kan adaaaaa saja. Ada yang berusaha meneropong pikiran para pengguna media sosial untuk KEPENTINGAN POLITIK misalnya.
Dengan memantau inbox, status (diset ONLY ME pun pasti ada di database), mereka mencoba menebak KECENDERUNGAN KITA. Dunia psikologi sekarang makin berkembang.
Mereka pun menemukan profil-profil yang cocok untuk mereka GEMPUR dengan link, foto, video, atau media apa pun yang bisa ditampilkan di news feed yang bersangkutan yang bisa MENDORONG/MENGHASUT/MENGARAHKAN profil-profil tadi sesuai kepentingan mereka.
Harapannya, minimal si profil-profil incaran ini akan nge KLIK / MEMBUKA link/foto/video tersebut. Syukur-syukur kemudian MEMBAGIKANNYA di wall mereka sendiri. Nanti ada akun lain yang lihat dan ikut membagikan dst.
Tidak bisa lagi kita remehkan kekuatan informasi dunia maya.
Brexit dan Kemenangan Trump cukup mengejutkan buat “dunia barat”. Kalau yang Trump ya gimana. Lawannya, Hillary Clinton. Sejak memang di Demokrat sudah banyak pakar politik di sana yang ngomel, “Kalau gini sih, Trump bisa menang beneran!”
Tapi Brexit yang bikin terguncang. Especially because I live next door to them. How come?
Karena isu-isu yang berkembang, pemicu utama adanya polling
bukan sekadar isu ekonomi terkait rivalitas UK vs Jerman dsb.
Yang lebih hangat di masyarakat justru sentimen negatif. Misalnya antipati terhadap pendatang. Bukan hanya terhadap pendatang sesama Eropa –> orang-orang dari negara berkembang di Eropa Timur banyak menyerbu negara-negara maju di Eropa Barat.
Antipati ini meluas ke isu bombardir pengungsi Suriah dan wilayah Tim Teng dll yang mengarah ke satu keyakinan tertentu . Jadi morat-marit isunya.
Di Ireland, so far aman sentosa. Berkahi kami semua di mana pun kami berada ya Tuhan .
Isu-isu SARA yang membuat saya SEREM .
Kalau sekadar Facebook bisa tahu kita abis googling apa buat saya malah membantu.
Black Friday tahun lalu, berhari-hari saya nyari diskonan brand skin care tertentu.
Kata teman, ada brand yang menawarkan diskon gila-gilaan sebelum Black Friday. Akhirnya bosan, diskon tak kunjung datang. Eeeh, ternyata brand bersangkutan diskon adidayanya dilakukan beberapa hari setelah Black Friday!
Saya enggak ngeh. Saya DIINGATKAN oleh Facebook via Sponsored Post yang muncul di newsfeed saya. 70%, Sis! Langsung borong hahaha.
Mungkin tergantung aktivitas masing-masing di dinding Facebook pribadi. Saya hampir SELALU posting setting PUBLIC. Yang dishare paling isi blog, tulisan politik yang menunjukkan dukungan (sebisa mungkin tanpa hoax, tunjukkan selalu jalan yang lurus ya Allah).
Males eike ikut kuis iseng. Lebih karena waktu sempit. Andai sehari 100 jam, gue sikat tuh semua kuis gituan.
Dari like-like juga bisa “terbaca”. Saya kalau lagi males gak ada yang diLIKE. Tapi kalau lagi rajin, SEMUA saya LIKE hahaha. Jadi LIKE GAK LIKE = senggang atau tidak .
Isi blog saya bukan hal sehari-hari yang up to date. Kisah jalan-jalan 2 tahun lalu baru ditulis sekarang . Karena terlalu random, ada yang nanya, “Mbak, sekarang tinggal di mana? Kemarin rasanya di Texas sekarang posting Arab Saudi?”
Padahal mah lagi di Ireland, yes? Hahaha.
Berhentilah menganggap media sosial (Facebook dkk) sebagai DIARI pribadi. Pakai setting ONLY ME pun, sesungguhnya kalian sudah MENITIPKAN DATA kepada pihak lain. Diari konvensional, diumpetin dan enggak ketahuan yang bisa baca ya kita sendiri.
BEDA dengan mekanisme internet di DUNIA MAYA .
Percayalah, Facebook dll TIDAK AKAN MAMPU MENJANGKAU APA PUN yang TIDAK KALIAN BAGIKAN SECARA SUKARELA .
Tipe manusia macam-macam. Ada teman yang kurang suka kalau orang lain googling tentang dirinya. Akyu mah pengin bangeeeettt di-googling hahaha.
Biar mereka nyasar di blog, baca-baca, terus aku dapat adsense terus mampir ke link youtube saya.
Kalau berkenan subscribe dunk di youtube channel “Jihan Davincka” –> apa ini, apa iniiiii hahaha.
Di dunia nyata yang majemuk, kehadiran dunia maya harusnya memampukan kita saling mengenal dengan lebih mudah. Misal, tanpa berkunjung ke negeri A kita bisa temenan sama siapalah yang tinggal di negeri A yang bisa share info atau foto ke kita.
Dulu, BUKU adalah jendela dunia. Maka INTERNET itu JENDELA yang lebih canggih lagi. Tak terbayang indahnya dunia jika dalam perbedaan ini bisa saling mengerti dan memahami tanpa banyak sekat lagi.
Ini malah dipakai buat share hoax dan hasutan kebencian .
Dengan medsos, dunia bisnis tidak lagi dikuasai oleh mereka yang bermodal besar. DUNIA MAYA membuka jalan untuk berbisnis dengan modal koneksi internet dan kreativitas saja .
Ada teman yang sanggup berdagang tanpa modal. Punya akun IG. Dia datang ke Tanah Abang / Thamrin City, potret sana sini dan menawarkan jasa titip. Hanya modal ongkos Trans Jakarta. Keuntungan lumayan karena banyak customer dari daerah yang belinya kodi-kodian.
Customer dari daerah juga pedagang lokal. Dulunya mereka kudu modal gede datang ke ibukota dan beli langsung tanpa kepastian laku atau tidak. Kini, mereka juga tinggal pasang foto dan nunggu PO.
Sekarang, modal tidak terlalu penting. KEMAUAN dan kerja keras lebih utama.
Media sosial banyak juga efek positifnya.
Tapi begitulah manusia, tempat salah dan lupa. Oportunis yang motifnya jahat ya ada saja.
The least we can do ya memastikan diri sendiri agar tidak terpancing hal-hal provokatif nan negatif. APALAGI IKUT MEMBAGIKANNYA.
Terutama buat teman-teman yang tergolong akun-akun “influencer” semoga bisa lebih selektif dalam menanggapi isu-isu terkini. Lebih berat beban kalian karena efek yang ditimbulkan relatif lebih “spesial” dibanding akun biasa. Mohon belas kasihannya *sungkem*.
Mari saling menjaga yak .
Biar afdol, kita tutup dengan sepotong quote dari hasil googling barusan (hihihi) :
Too often we underestimate the power of a touch, a smile, a kind word, a listening ear, an honest compliment, or the smallest act of caring, all of which have the potential to turn a life around. -Leo Buscaglia-