Gila deh baru inget belum posting tulisan iniiiiii :D. Jadi, tempo hari iseng nyari film seru buat ditonton. Udah lama gak pecicilan nonton film. Eeeeh, kok malah jadi kepoin Memento cobak huhuhu.
Memang nih, biasanya juga nonton film manja-manja buat hepi-hepi kok ya bisa-bisanya nyasar ke Memento -_-. Maunya cari hiburan dari nonton pilem kok ya malah pening *usapJidat*.
Oiya, saya paling enggak pinter bikin review atau resensi atau apalah namanya kalau enggak spoiler. Jadi, kalau belon nonton kali aja kepengin dan benci sama spoiler-spoiler an hentikan langkah Anda sampai di sini saja :D.
First thing about Love, Rosie … Lily Collins nya sumpah kiyut bangeeeeet. Rasanya saya betah nonton film ini juga gara-garanya karena si imut Lily. Ihhhh pengin temenan deh rasanya *sodorin jari kelingking*.
Pemeran Alex-nya juga imut-imut. Ya ampuuuun, jadi pengin satu sekolahan sama kalian deh. Tas ransel mana tas ransel hahaha.
Review Sex and The City The Movie (2)
Review Life is Beautiful : Happiness Is Not Given, It Is Made
Review Zootopia : Fear Always Works?
Film ini genre drama santai sehari-hari. Walau sebenarnya yang dialami Rosie (Lily Collins) sama sekali tidak bisa dibilang ‘ringan’ *ngelapKeringat*. Btw, ini film 17 tahun ke atas ;).
Ibaratnya makanan, mungkin yang tipe-tipe mindblowing macam Memento dkk (masih dibahas aja hahaha) itu bisa dianggap main course macam steak atau ikan bakar (laaaah :p), sementara “Love, Rosie” yaaaaa selevel puding atau mungkin kerupuk lah.
Nontonnya bisa sambil lipat-lipat baju sambil sesekali bolak balik ke kamar mandi. Sambil makan kacang tidur-tiduran.
Rating dari penonton lumayan untuk film ini, sekitar 7 / 10. Tapi reviewnya dari kritikus film cuma dapat nilai 4 / 10 :p.
But I loooooove it . Sesuai tujuan nonton film ala saya lah. Buat hiburan dan hepi-hepi, bukannya main tebak-tebakan -_-. Cetek, ya. Biarin sih :p.
Sesuai pengantar di judul, ini memang cerita ala-ala friend zone Rosie-Alex yang sudah lengket dari balita. Rumahnya deketan gitu. Nah, situasi tempat tinggal mereka familiar banget rasanya. Sukak deh <3.
Ealah, ternyata kisah ini memang diangkat dari best selling novel yang ditulis oleh novelis Irlandia. Salah satu tempat syutingnya ya di … Dublin! Panteeeeeeees :D.
Kisah dimulai dari tingkat akhir di SMA, Rosie dan Alex flirting-flirting an dengan kecengan masing-masing. Rasanya sih dari sini sudah kelihatan kalau Alex udah ser-seran tapi Rosie-nya cuek aja.
Masing-masing dapat teman kencan. Alex dapat cewek yang termasuk tenar dan paling kece (Bethany), Rosie juga dapat pasangan yang lumayan keren (Greg).
Dalam keadaan mabuk, Alex sempat mencium Rosie. Alex-nya sih ya hepi. Tapi besoknya pas main ke kamar Rosie (yoih, mereka dari kecil sudah rapet banget), Rosie malah ngomel-ngomel. Alex berasumsi Rosie bete dengan peristiwa semalam.
Yaela baper aja si Alex. Pan lagi mabok, manalah dese inget –> penontonnya kali yang baper! Hahaha.
Then, Alex kepengin melanjutkan kuliah ke Harvard. Dia mengajak Rosie untuk ikut merantau ke US. Rosie harus membujuk ortunya dulu. Ortu Rosie setuju.
Ternyata … Rosie keterima di Jurusan Perhotelan, sesuai cita-citanya, di Boston University. Rosie hepinya enggak ketulungan.
But then, something ‘big’ happened :(. Rosie hamil (karena Greg). Rosie memutuskan untuk tidak menggugurkan kandungannya dan membatalkan rencana kuliah. Greg-nya malah ngibrit.
Rosie tidak tega cerita ke Alex. Takut Alex enggak jadi ke Harvard karena peristiwa ini. She kept this for herself. She became a single parent.
Tapi akhirnya Alex tahu juga. Berantem sebentar tapi terus baikan lagi. Malah Alex menjadi bapak baptis Katie, anaknya Rosie. Alex sudah tinggal dan bekerja di Boston.
Beberapa tahun kemudian, Rosie ke Boston ketemu Alex. Eh, Alex-nya dah punya pacar huhuhu.
Rosie ketemu Greg lagi. Dan begitulah … pokoknya happy ending ;).
Kejadian kayak Rosie-Alex mah standar banget ya dalam kisah-kisah pertemanan perempuan dan laki-laki. Hayo ngaku siapa yang belakangan jodohnya ya sama sohib sendiri *angkatTanganPalingTinggi* :D.
Kalau istilah Jawa-nya, “Witing tresno jalaran soko kulino.” Yang kira-kira terjemahannya, “Cinta hadir karena terbiasa”. Terbiasa ketemu, terbiasa ngobrol, terbiasa curhat dan seterusnya dan seterusnya.
Walau variasi ending hubungan kayak begini yang tidak selalu hepi-hepi joy-joy. Ada juga yang bertepuk sebelah tangan. Ada yang sama-sama suka tapi sama-sama malu-malu ya akhirnya lepas juga dan tidak pernah benar-benar berjodoh. Ada juga yang santai-santai terus dan tetap temenan karib setelah menikah :).
Sebenarnya menarik juga ya melihat respons dari orang tua Rosie waktu dia hamil. Itu apa beneran kayak gitu ya budaya di sana? Karena rasanya sih Ireland masih sarat dengan budaya tabu-tabu an terkait hubungan laki-laki dan perempuan.
Rosie yang tek dung duluan pas lulus SMA bisa santai gitu ya dan mendapat support luar biasa dari orang tuanya :). Coba di Indonesia, halamaaaak :p. Kalau keluarganya berada bisa jadi aborsi atau sudah dikirim kuliah ke luar negeri dan menghindar sementara dari lingkungan pergaulan dan keluarga.
Kalau kejadian ini menimpa perempuan dari keluarga biasa-biasa bahkan menengah ke bawah, duh enggak kebayang deritanya ya :(. Sudahlah mungkin “dibuang” sama keluarga karena dianggap bikin malu, mental juga sudah jatuh duluan, boro-boro mau mikirin kandungan.
Potensi memilih bunuh diri cukup tingggi atau malah terjebak dalam “dunia hitam” saking bingungnya mau ngapain kali, ya? Duh, kenapa jadi sedih.
Ish, ini bahasannya berat ah jangan di postingan ini hahaha. Cukupkan sampai di sini ajalah :p.
Filmnya tidak muram sama sekali kok. Pan settingnya memang di negeri-negeri nun jauh di sana ;).
Seneng lihat tampang imut nan mungilnya Lily Collins dan jadi nostalgia Hunger Games karena ngeliat si Alex. Hayoooo pemeran Alex ini kebagian peran apa di trilogi Hunger Games? :D.
Btw, kalian pernah punya sohib lalaki tak sih? :p. Yang benar-benar dekat macam Neng Rosie dan si Aa’ Alex di film Love Rosie ini? Endingnya gimana? #kepoAjah :p.
wah film favorit aku banget. soalnya ceritanya hampir sama ky hidupku (tapi bukan yg negatifnya ya ?, sahabatannya) setiap mau ngungkapin pasti ada aja momen yg ga pas, dan akhirnya kita kejebak friend-zone, padahal keluarga udah sama2 kenal ?
Awww, awwww, berarti kelanjutannya enggak hepi ending apa gimana nih? Hehhee :p
Saya bersahabat dgn cowo dari sma selama 3 thn, di uni saya sempat terpisah 2 thn krn dia punya pacar. Lalu kami jalan lagi setahun. Setlah saya selesai kuliah kami pacaran 4thn. Kini udah 11 thn pernikahan kami. Otomatis 2/3 umur saya dgn cowo ini. Hahahahahha
Awwwiiiii, berarti saya pernah ji ketemu itu cowo :p. Kita’ Smansa juga kan Kak? 😀
salah satu teman co gw … berakhir jd ayah anak gw 🙂
Ihiiiiiiyyyyy :p. Happy ending dunk ;).
endingnya kalo aq ditinggal merrid semua sama sohib cowo..ya soalnya friendzone terus kan.. merekanya juga ga berani bilang pula soalnya kan sobatan takut merusak pertemanan …abis mereka pada merrid nyesel juga he he ..untung akhirnya dapat jodoh juga