Happy (belated) Deepavali Day for our Indian friends ^_^.
Perayaan Deepavali adalah perayaan khas umat Hindu-India yang umumnya berlangsung pada akhir Oktober atau awal November. Deepavali juga dirayakan oleh orang-orang Syikh di India.
Deepavali, Festival Cahaya, dipercaya sebagai momentum di mana kebaikan mengalahkan kejahatan. Saat di mana cahaya membenamkan kegelapan :).
Di hari raya ini, perempuan-perempuan India, selain membuat aneka penganan khas tradisional untuk jamuan di rumah, juga akan mengenakan pakaian-pakaian khas. Di belahan Utara, Barat, dan Timur, pakaian tradisional yang terkenal adalah Lehengga.
Saya pikir baju khas sana itu Saree/Sari. Ternyata banyak booo hehehe. Baru dengar malah yang Lehengga ini. Lebih surprais lagi waktu diberitahu asal muasal budaya berpakaian Lehengga yang ternyata pengaruh dari Kekaisaran Mughal, dinasti Islam yang pernah lama menguasai hampir semua wilayah India, kecuali bagian selatan.
Lehengga memang sekilas terlihat lebih “syar’i” #eaaaa :p.
Lehengga adalah bawahan berupa rok yang biasanya dipasang sampai ke bagian atas perut. Ditambah atasan dan satu scarf panjang. Jadi umumnya terdiri dari 3 potong : rok + atasan + scarf.
Menarik juga lho terminologi pembagian wilayah di India. Menurut hasil kepo-kepol bareng mamak-mamak India di sindang, wilayah Selatan memang “spesial” karena 2 hal.
Soalnya, tidak sedikit orang India kalau memperkenalkan diri tuh mesti banget menekankan, “I’m from South India.”
- Karena wilayah selatan di era sekarang cenderung lebih “maju” daripada wilayah lain (Utara-Timur-Barat). Bangalore yang tersohor sebagai Kota IT Internasional itu letaknya di belahan selatan. Konon, wilayah selatan lebih rapi dan masyarakatnya lebih modern gitu-gitulah. Dibandingkan dengan mayoritas wilayah India yang lain. CMIIW ya.
- Wilayah Selatan di masa lalu tidak pernah dikuasai oleh Kekaisaran Mughal tapi oleh dinasti Hindu. Nah, pakaian tradisional Saree itulah yang sebenarnya mewakili budaya Hindu ala dinasti yang dulu-dulu.
Tapi kini, sudah tidak penting lagi :). Saree maupun Lehengga sudah dianggap budaya India tanpa perlu meributkan yang mana pribum yang mana non pribumi #eh :p.
Orang India termasuk diaspora terbesar di banyak negara setelah Cina. Ya sesuai dengan jumlah penduduk masing-masing yang sudah melampaui 1 milyar orang. Dua negara ini kalau digabung berdua jumlah penduduknya hampir 3 milyar diantara 7.5 milyar total penduduk di dunia.
Dan orang-orang masih heran saja mengapa orang Cina dan India ada di mana-mana? Hahahaha :p.
Di dunia IT misalnya, tidak sedikit lho teman-teman IT di Indonesia yang meremehkan tenaga IT asal India. Suka lupa kalau orang India itu jumlahnya banyaaaaaaaaaaaak banget. Sayangnya, yang ada di Indonesia tidak bisa dianggap punya kemampuan yang mewakili kemampuan IT orang India pada umumnya.
In fact, jangan sakit hati, mayoritas orang India bahkan tidak begitu ngeh soal Indonesia :p. Jadi situ sibuk nyinyirin mereka, mereka bahkan tidak tahu letak Indonesia di mana hahaha.
Dulu saya pikir mereka kurang gaul. Saya diketawain suami hehehe. Ya memang begitulah adanya. Sebagai negara berpenduduk paling banyak ke-4 di dunia, popularitas kita benar-benar nyungsep euy dibanding Cina dan India :p.
Seperti Indonesia, India juga mengenal banyak sekali bahasa daerah. Mirip banget. Tergantung wilayah, kalau di kita kan tergantung provinsi dan suku. Bedanya, India tidak punya bahasa persatuan. Beda dengan kita yang punya Bahasa Indonesia.
Makanya, tidak heran ada beberapa teman India kalau mengobrol ya pakai bahasa Inggris. Karena misalnya di belahan Utara mungkin mayoritas berbahasa Hindi. Di selatan ada bahasa Kannada, Telgu, Tamil dan sebagainya. Ini bukan hanya dari segi pelafalan lho, sampai huruf-hurufnya pun bedaaaaaa. Bukan huruf latin.
Sistem pendidikan di India mengenal istilah “English Medium” biasanya untuk sekolah-sekolah privat. Jadi sekolahnya pakai bahasa Inggris biar seragam. Nanti ada bahasa kedua yang disesuaikan dengan bahasa lokal setempat.
Kalau sekolah umum ya katanya kualitas sangat kurang dan belum tentu menggunakan bahasa Inggris. Jadi repot kalau mau pindah-pindah. Bahasa sehari-hari kan tergantung domisili.
Form-form registrasi pemerintahan dan semacamnya pasti selalu menggunakan 2 bahasa : Inggris dan Hindi.
Film-film India kalau produksi Bollywood-Mumbai, itu otomatis pakai bahasa Hindi. Film-film lain yang non Bollywood ya bahasanya tergantung bahasa setempat :D. Ribet ya Cuuuu hehehe.
Jenjang sekolah di India simpel. Begitu masuk SD ya udah di situ aja terus sampai kelas 12 atau kelas 10 hehehe. Kalau hanya sampai kelas 10, mereka harus mengambil pendidikan tambahan selama 2 tahun di college sebelum masuk universitas. Bila lulus sampai kelas 12, bisa langsung masuk universitas.
Jadi, enggak kenal istilah SD-SMP-SMA. Enak juga ya. Sekali masuk bablas terus sampai lulus. Hemat uang pendaftaran dan bla bla hihihi :p.
Mungkin terkait hal inilah, orang India prefer merantau ke negara-negara berbahasa Inggris seperti : UK, Irlandia, Kanada, US, dan Australia.
Hal unik lainnya adalah “kesetiaan” mereka kepada masakan tradisional. Mayoritas mereka tuh ya baik yang sudah benar-benar lahir dan besar di rantau, makannya ya tetap Nasi Biryani dkk ^_^.
Diuntungkan dengan komunitas yang besar ya tentu lebih mudah bagi mereka nyari bumbu-bumbu di mana-mana sehingga bisa tetap melestarikan kuliner asli. Karena itu juga, kuliner India sanggup menembus level internasional :).
Mereka ini benar-benar menjunjung tinggi budaya asli mereka, jadi terkesan agak “songong”. Sebel deh, kalau saya nanya-nanya resep mereka semangat banget jelasinnya tapi enggak pernah nanya balik soal makanan Indonesia hahaha. Baper kan kiteeee :p.
Ya balik lagi, mereka enggak familiar dengan Indonesia. Tapi tahu Thailand, Malaysia, Filipina, dan Australia. Ya nasib, ya nasib. Malah ada yang nanya, “Indonesia mungkin negara kecil jadi kurang populer. Penduduknya nyampe gak sih 5 juta?”
Yaela Jeng, Indonesia itu kurang gede apa dengan penduduk nyaris 260 juta hahahaha :p.
Ibu-ibu India, seperti umumnya mamak-mamak Asia seperti Cina, Jepang dll, so pasti disiplin dalam masalah pendidikan :). Merantau tidak membuat mereka lupa kondisi asal. Anak-anak tetap dijaga agar bisa menggapai tingkat pendidikan semumpuni mungkin.
Samalah kayak mamak Indonesia yang ini *tunjukDiriSendiri* hahaha. Beda ya antara memaksa vs mengoptimalkan potensi mereka ;). Namanya anak-anak, ya pasti penginnya main-main terus. Sesekali perlu kita “kenalkan mereka” ke dunia nyata :).
Persoalan “perempuan sebagai warga kelas dua” yang kayaknya memang umum di belahan Asia Selatan, juga masih menjadi peer besar di India. Pemaksaan menikah di usia muda bagi kalangan perempuan masih banyak kejadian di sana :(.
Kebetulan saja, perempuan India yang saya kenal di sini mayoritas berpendidikan tinggi. Tak jarang dari pasangan India di sini yang keduanya bekerja sebagai tenaga IT di vendor telekomunikasi internasional yang punya kantor besar di kota tinggal saya sekarang.
Umumnya mereka hanya punya satu anak. Walau sebenarnya di India tidak ada pembatasan jumlah anak. Malah banyak pasangan yang menunda untuk punya anak dan lebih senang mengejar karier baik suami maupun istri.
Enggak pernah berani bertanya spesifik soal ini hehehe. Paling secara umum saja mereka mungkin ingin memberikan yang terbaik buat buah hati mengingat kehidupan asal di India yang memang “tidak mudah”.
Tapi kalau keluarga India yang muslim, anaknya bisa sampai 3 atau 4 hehehe.
Muslim India yang perempuan hampir bisa dipastikan pasti mengenakan jilbab dan gamis. Justru perempuan Pakistan yang 50 : 50. Antara yang pakai jilbab dengan yang tidak hampir seimbang.
Sempat kaget waktu lagi belanja di Tesco tahu-tahu disapa dengan “Assalamu alaikum” oleh perempuan Pakistan yang tidak berkerudung hehehe. Saya enggak enak kalau disangka sombong soalnya enggak nyapa duluan.
Di Pakistan gaya berpakaian perempuan muslim lebih variatif mirip dengan Indonesia, bedanya Pakistan bisa dibilang 99% muslim.
Tapi secara umum, orang-orang India ogah banget disama-samakan dengan Pakistan. Secara politik, sosial, budaya, India vs Pakistan kan memang “bermasalah”, ya. Mulai dari perebutan wilayah Kashmir yang belum benar-benar ketok palu sampai sekarang, hingga isu terorisme yang marak di Pakistan.
Orang-orang India tidak bebas berkeliaran ke wilayah-wilayah Pakistan dan demikian pula sebaliknya.
India sih terbilang aman secara sosial dari isu-isu terorisme :). Perbedaan agama Hindu vs Islam vs Syikh memang pernah diwarnai pertikaian berdarah dari sejak awal kemerdekaan sampai beberapa waktu lalu. Tapi jauuuuuh lebih kondusif dibanding kondisi dalam negeri Pakistan.
Ternyata, keyakinan tunggal tidak menjadi alasan hidup bisa otomatis harmonis :). Semoga menjadi pelajaran buat Indonesia yang jauh lebih majemuk ketimbang India dan Pakistan, ya <3.
Dalam 2 tahun masa pemerintahan Narendra Modi yang menang secara tak terduga di Pilpres 2014 India (iya lho, pilpresnya barengan dan sama ramenya ternyata hahaha), India mengalami peningkatan ekonomi yang lumayan. Bahkan hasil kerja Modi dianggap sebagai salah satu yang terbaik dalam 20 tahun perkembangan ekonomi India.
Salah satu kontroversi Modi adalah “masa lalu”nya saat menjadi Chief Minister di wilayah Gujarat di tahun 2002. Saat itu terjadi kerusuhan antar agama (Hindu mayoritas vs Muslim minoritas) yang mengakibatkan korban meninggal lebih dari 1000 orang. Korban terbesar berasal dari umat muslim. Peristiwa ini terkenal dengan nama “Gujarat Riot.”
Modi dianggap bertanggung jawab dalam kerusuhan ini karena “terlihat” mensupport pembantaian terhadap muslim.
Tapi di masa pemerintahannya sebagai perdana menteri kini, nyaris tidak ada tindakan Modi yang membahayakan kehidupan minoritas muslim di India :). So far, belum ada :D. Mudah-mudahan tidak akan pernah ada lagi.
Well, bersama China, India pun kini makin melesat mengejar ketertinggalan. Secara internasional, orang-orang India sudah wara wiri ke sana kemari dan mencatatkan nama baik mereka atas banyak sekali pencapaian dalam bidang akademis, profesional, dan sebagainya. Dalam olahraga saja kayaknya India kurang kedengeran ya hehehe.
Indonesia, tentunya akan segera bergabung dengan kedua negara besar tadi ;). Aamiin. Pak Jokowi, apa kabar? Sehat, Pak? :p.
Dahulu, Bung Karno pernah meramalkan tentang poros India-Cina-Indonesia. Semoga ketiga negara besar ini terus mengejar ketertinggalan dan benar-benar menjadi penyeimbang dunia yang kayaknya bosan aja gitu dengan dominasi US dan Eropa dkk hehehe :D.
Tapi selama kita masih muter-muter di isu SARA dan sebagainya, ya pasti akan sulit berkonsentrasi membangun negeri :(.
“This country, the Republic of Indonesia, does not belong to any group, nor to any religion, nor to any ethnic group, nor to any group with customs and traditions, but the property of all of us from Sabang to Merauke!”
― Bung Karno
Jangan mau kalah sama India. NKRI harga mati <3.
pertama kali selintas liat postingannya mommy keceh ini di timeline FB, trs iseng2 kukepoinlah tulisan2 yg lain….
selanjutnya jadi nungguin sikeceh ini mo nulis & mo posting apah lagih ?
Wah..pas mampir kesini pas banget baca tulisan ini. Soalnya tadi baru ada yang nanya saya. “Anda dari Sri Lanka? Anda orang Tamil ya?” -_-. Lalu saya jawab, “Saya dari Indonesia”. Orang itu merespon, “Oh..sama-sama di pojokan”. Hih..padahal kalo gatau ngaku aja…pojokan mana pula..haha -_-