“Apakah Anda pernah terlibat kelompok terorisme?”
“Apakah Anda punya kemampuan merakit bom?”
“Apakah Anda berencana untuk melakukan tindakan berbau terorisme saat berada dalam wilayah United States nanti?”
Saya sampai ngikik-ngikik pas diceritain. Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah contoh dari isi form yang harus dijawab oleh setiap applicant saat suami saya mau apply visa kerja ke US (sudah diterjemahkan secara bebas :p).
Ya kaliiiii ada yang bakal jawab “IYA” untuk pertanyaan-pertanyaan kayak gitu hahaha.
Yoih, setelah libur sekitar setahun dari assignment di luar negeri buat nemenin Maknyak yang abis lahiran, sekarang harus back to work lagi.
Ya emang harus gitu dong ya :p. Kerja, kerja, kerja –> contoh cebong yang menyesuaikan tagline ke dalam hidup sehari-hari #eaaaaa hahaha :p.
Drama visa bukan pertama kali, sih, ya. Karena intensitas traveling yang cukup tinggi. Rata-rata juga mintanya bukan sekadar visa turis. Tapi visa kerja. Maklum ya, paspor hijau tua (eh, sekarang sudah biru dongker yak) memang kurang maknyus dipakai traveling :p.
Pakdeeee, apa kabar janji dual-nationality? :(.
Paling epik ya waktu ngurus visa kerja ke Swiss. Baru tahu kalau Swiss itu tidak termasuk Uni Eropa. Bahkan warga negara di wilayah Uni Eropa mau ke Swiss urusan kerjaan pun harus apply visa kerja.
Masalahnya, di Republik Irlandia tidak ada kedutaan Swiss. Kalau mau apply visa ke sana harus numpang ke kedutaan Austria. Tapi itu hanya untuk visa turis saja. Untuk visa kerja harus langsung ke Kedutaan Swiss.
Kedutaan Swiss paling dekat tuh ya di London!
Sementara untuk ke London, suami saya harus apply visa UK dong, ya. Hahaha. Gitu aja deh kerjaan saban mau assignment. Keriting ngurusin visa -_-.
Ngurus visa UK ya ribetnya jangan ditanya. Nunggu visa selesai bisa 3 minggu. Sementara ke London-nya cuma 2 hari saja. Khusus untuk ngurus visa kerja di Kedutaan Swiss doang.
Itu kantor suami saya ngabisin berapa duit ya buat bayar-bayarin visa karyawannya hahaha. Soalnya di tim suami yang memang banyak bepergian ke mana-mana, isinya rata-rata warga negara Indonesia dan India. India sendiri kan nasib paspornya 11-12 dengan Indonesia :D.
Yang bikin ‘seru’ karena episode Swiss diwarnai oleh Maknyak yang lagi hamil muda dan lagi gengges-genggesnya hihihi. Lemas boooo. Anak pertama, kedua dan ketiga, sapu bersih deh drama hamil mudanya :D.
Karena suami assignmentnya sampai 3 bulan jadilah saya dan anak-anak juga diangkut. Sudah sering baca kan cerita jalan-jalan ala Swiss tahun lalu tuh ;). Makanya, harus ngurus visa juga.
Kami tinggal di Athlone, tapi ngurus visa harus ke Dublin. Karena kondisi saya masih “begitulah” penginnya sih kita berangkat bareng. Btw, saya dan anak-anak pakai visa turis saja. Jadi bisa ke Dublin enggak perlu rombongan ke London.
Pas mau bikin appointment di Kedutaan Austria di Dublin, alamaaaak, ngantrinya lama bener. Sampai sebulan! Nangis, deh. Sementara suami sudah diharapkan pergi secepatnya.
Akhirnya saya ngasih usulan ke suami, gimana kalau minta tolong ngurus bareng visa sekeluarga di London tapi pakai perwakilan. Jadi, saya dan anak-anak enggak perlu ikut. Jelasin saja kondisinya. Ya mana tahu mereka mau ngerti ya kondisinya.
Rezeki bumil salehah *benerinKerudung*, perwakilan Kedutaan Swiss di London … setuju!
Begitulah drama yang terjadi sebelum kita piknik beramai-ramai selama hampir 2 bulan ke Swiss. Kata suami, “Piknik mbah-mu. Kerja iniiiiiiiii…” Hahaha. Pan situ yang kerja, Bang :p. Kita mah piknik, ya kan anak-anak? Hahaha. Sampai bolos 5 minggu di sekolahan.
What a memory ya :). Itu yang bikin gara-gara, yang tadinya dalam perut, sekarang udah kayak gini niiiiiii *ciyumAdekBayi*.
Tapi ada beberapa negara yang memang cukup “ramah” terhadap warga negara Indonesia. Seperti misalnya Chile dan Turki. Cukup dengan Visa on Arrival ^_^.
Balik ke balada visa US tadi. Walau pertanyaannya dalam form rada-rada lucu-gimana-gitu-bete-kagak-kesel-iya, ternyata pas diwawancara di kedutaan lebih santai. Visanya juga langsung di-approve. Mungkin karena “nama kantor”. Karena kan pakai referensi dari kantor, ya.
Yang dikeluhkan suami paling karena wawancara dan ngantri di Kedutaan US (di Dublin) tuh serba berdiri. Untung katanya suami cepat datangnya. Enggak berapa lama setelah datang, antrian yang tadinya cuma 2-3 orang tahu-tahu mengular sampai ke pintu depan.
Oiya satu lagi nih yang sempat bikin panik yaitu status suami yang pernah bermukim di Arab Saudi dan Iran. Especially Iran, ya. Jadilah itu sempat heboh ngumpulin segala macam dokumen terkait status kerjaan di kedua tempat itu.
Takut disangka agen ganda ya, Bang? Hahaha. Situ James Bond? :p.
Tapi kok ya kalau suami mengeluh soal ribetnya mengurus visa ini terasa jadi kurang bersyukur ya :(. Ngggg…iya sih, urusan dokumen-dokumen beginian saya orangnya pemalas dan clumsy hahaha. Suami yang handle masalah beginian :p.
Maksud saya begini, ngurus visa ya paling menguras waktu berapa lama sih? Pengorbanannya juga ya tidak seberapa. Toh kalau bolak balik Dublin juga transport segala macam diganti kantor. Berapa orang yang bisa bolak balik traveling ke mana-mana tanpa harus mengeluarkan biaya sendiri? :).
Jadi deh saya suka menceramahi suami panjang lebar kalau dia ogah-ogahan mau berangkat assignment, “Udah deh kita tukeran saja! Situ jaga anak, gue yang gantiin di kantor!” –> kayak bisa aja! Hahaha :p.
But seriously, saya kan memang sering cerita ya di berbagai postingan kalau saya ini kepengin banget keliling dunia. Terus terang kalau untuk liburan 3-5 hari bahkan seminggu saya tidak terlalu ingin.
Lebih seru kalau bermukim atau misalnya urusan pekerjaan. Training lebih dari semingguan misalnya. Karena kita jadi punya waktu berinteraksi dan menjadi bagian dari penduduk setempat kan? Merasakan naik angkutan umum buat ke tempat training misalnya :). Ikut berpacu dengan ritme kerja orang setempat.
Kalau liburan mah, pasti yang dipikirin mau nginep di hotel mana dan mau jalan-jalan ke mana. Makanya pas ke Swiss tempo hari, bisa tinggal sampai hampir 2 bulan tuh priceless banget. AKomodasi gratisan dari kantor pulak hahaha.
Makanya Bang, nikmat TuhanMu manakah yang kau dustakan? ;).
Tetap semangat ya buat Pops yang jelang mudik di awal Ramadan pula harus angkat koper ke negara lain :D. Again…kerja, kerja, kerja :p.
Kan jadi bisa ngerasain Ramadan di negeri orang ^_^. Nambah pengalaman nambah wawasan, mudah-mudahan nambah pemahaman. Penting banget tuh buat modal hidup lebih baik ;).
“The real voyage of discovery consists not in seeking new landscapes, but in having new eyes.”
― Marcel Proust
Enjoy your new experience, Pops ^_^. Baru pertama kali pula ke US kan, kan, kan ;). Break a leg dan jangan lupa oleh-olehnya #eaaaaaaa :p.