Jalan-jalan ke Kota Zurich Swiss yuuuuuk ^_^.
Hayoooo ngaku siapa yang sering mengira ibukota Swiss adalah kota Zurich :D. Tersangka lainnya adalah Kota Jenewa hehe.
Wajar sih, ya. Soalnya Zurich memang kota terbesar di negara Swiss ;). Jenewa juga terkenal karena menjadi salah satu kediaman PBB. Ada kantor pusat PBB di Jenewa, terbesar nomor 2 setelah yang di New York, US.
Tapi ingat yaaaaa, ibukota Swiss itu … Bern! :D.
Kami muter-muter di Swiss di hari terakhir di Swiss pas tempo hari menemani suami yang lagi assignment di sana, Masih hamil waktu itu. Gak selesai-selesai nih bahas Swiss hihi.
Kami tinggalnya di Bern tapi bolak balik naik pesawat dari/ke Dublin ya via Bandara Internasional di Zurich ^_^. Sekalian deh. Mumpung pesawatnya berangkat malam, sejak pagi kami sudah berangkat dari Bern ke Zurich.
Barang-barang bawaan dititip di loker stasiun. Kami cuma bawa ransel dan stroller saja. Pergi ke mana saja di Kota Zurich?
1- Berlayar Menyusuri Danau Zurich
Keluar dari Bahnhof (stasiun kereta), naik tram menuju Zurich Burkliplatz. Di sini nanti ada dermaga buat naik kapalkeliling-keliling Danau Zurich. Habis beli tiket, sambil nunggu kapal datang dan merapat, tentu saja kita … foto-foto duyuuuuuu hihihi *ngikikCentil*.
Kapalnya datang, mari kita cussss :D.
Kapal ini bukan hanya untuk turis. Juga merupakan salah satu transportasi sehari-hari untuk orang lokal dalam kota di Zurich. Kapalnya berhenti di banyak tempat. Mampir-mampir nurunin dan naikin penumpang kayak angkot :D.
Cuma bedanya, kapalnya mampir ke dermaga bukan mangkal di halte hehe.
Duduknya di atas geladak kapal yang sudah disiapin banyak kursi dan meja. Yang membuat saya tidak nyaman saat berada di atas kapal … anginnya kenceng, Ceu! Duh, dingin banget :(. Yang bikin takjub ada saja lho bapak-bapak yang ketiduran sambil mangap di tengah terjangan angin dingin begitu hihihi.
Untung tidak terlalu ramai, jadi bisa duduk agak melipir ke pinggir biar agak aman sedikit dari jangkauan angin. Pemandangannya sih memang cakeeeeep <3. Langsung saja ya lihat foto-fotonya ;).
Tiba di Kota Zurich sudah agak siang. Jadi, kami makan siang di atas kapal. Sudah nyiapin roti isi dari Bern sebelum berangkat tadi hihihi. Habis makan, anak-anak langsung gatal pengin lari-lari. Ya sudahlah. Bumil duduk pasrah saja ngawasin sambil duduk.
Karena kelamaan dan akhirnya bosan sendiri, kita enggak jadi ngikut satu putaran penuh. Harusnya kan bisa ikut berlayar sampai tiba kembali di Burkliplatz tadi. Enggak ingat turun di dermaga mana, pokoknya begitu dari jauh lihat ada taman bermain, kami siap-siap turun.
2 – Main di Playground dan Lihat-lihat Taman Kota
Bumil lapar pengin ngemil. Jadi jajan di kafetaria dekat dermaga. Aish, mahalnyaaaaa… roti sebiji 3 frank. Ukurannya juga mini gitu.
Anak-anak dibiarin main di taman bermain biar energinya tersalurkan -_-. Daripada lari-larian kayak orang gila.
Cuacanya cukup bagus sebenarnya di Kota Zurich waktu itu. Walau saat berlayar dingin, begitu di daratan kembali, matahari bersinar makin terik. Ramai juga playgroundnya. Sudah jam pulang sekolah kali, ya, di sana makanya pada beredar di taman bermain :D. Orang lokal semua sih nampaknya.
Sebelum mencapai playground-nya, juga melewati taman cantik yang lagi hijau royo-royo ^_^. Gak konsen sih mau explore taman karena anak-anak sudah melihat aneka rupa mainan di playground yang tempatnya disekat pagar kawat di sekelilingnya.
Untung sempat motret :D. Ini sekitar bulan Mei ke sananya. Jadi awal-awal musim panas makanya cuaca bisa lumayan terik begini.
3 – Jalan-jalan Ke Kota Tua
Setelah sukses menyeret anak-anak keluar dari playground, kami naik tram menuju ke kawasan Kota Tua. Ini, nih, salah satu obyek wisata tujuan di hampir semua kota-kota di Eropa.
Salah satu landmark Kota Zurich, Menara Kembar GrossMunster ada di sini. Dari jauh sudah kelihatan puncaknya. Grossmunsternya sendiri merupakan bangunan katedral untuk kaum Protestan. Konon, gaya bangunannya menganut arsitektur romawi kuno. Manut aja kita ya enggak paham juga jenis-jenis arsitektur hihihihi.
Nah itu jalanan di depan tuh sebenarnya jembatan, di bawahnya ada sungai, Limmat River. Coba scroll up ke foto paling pertama di postingan ini. Itu juga penampakan Menara Kembar Grossmunster dari sudut yang berbeda. Di foto itu, kelihatan jembatan yang dimaksud beserta sungainya ^_^.
Bangunan di kota tua ramping-ramping tapi cukup tinggi. Gaya bangunannya masih dipertahankan. Lihat deh itu model jendelanya. Lucu, ya? :D. Mirip sih dengan jendela-jendela di bangunan-bangunan peninggalan zaman Belanda di Indonesia. Tinggi-tinggi dan punya 2 buah tirai kayu yang bisa dibuka lebar-lebar ke sisi kiri dan kanan.
Jalanannya juga kecil-kecil. Di sini hanya bisa dijelajahi dengan jalan kaki atau naik sepeda. Banyak rumah makan/kafe/restoran di ruas-ruas jalannya. Tempat jual suvenir juga mendominasi. Saya selama di Swiss jarang beli-beli, Euy. Mahal aja gituh hahaha *umpetinDompet*.
Walau bangunan lama tapi sangat terawat dan catnya juga masih baru dan bersih. Muter-muter di sini enggak lama, sih. Toko-toko kebanyakan kita lewati begitu saja. Habis suka deg-degan nan grogi kalau lihat harga-harga barangnya hahaha.
Sehabis menyusuri lorong-lorong dalam daerah ini, barulah kami mengunjungi katedralnya. Suami selalu senang lihat-lihat bangunan model begini. Setiap masuk ke gereja, anak-anak harus dikawal penuh :p. Setiap masuk ke ruangan dalam katedral kan ada saja orang yang lagi khusyuk berdoa. Takutnya mengganggu kalau mereka tanya ini itu apalagi lari-larian.
4 – Zurich, a View from The Top
Dari Kota Tua, kami naik tram lagi ke daerah City Center. Mau ke main building ETH Zurich University. Mau daftar S2, Neng? Hihihi. Enggaaaaaaa :D.
Tadinya kan mau ke Uetliberg Hill, tempat yang paling direkomendasikan buat melihat Zurich Swiss dari ketinggian. Tapi waktunya sudah enggak pas. Sudah kesorean. Pan kita harus ngejar pesawat mau balik ke Dublin.
Pas masih di Bahnhof, kami sempat nanya-nanya ke Tourist Center di sana. Dari sanalah kita dapat info bahwa dari teras bangunan ETH Zurich Uni tadi juga bisa buat lihat-lihat Kota Zurich Swiss dari “atas”.
Untuk ke sananya saja harus nyambung naik funicular. Nama angkutan funicularnya, The PolyBahn. Naiknya sih bentar banget. Cuma sekitar 2-3 menit. Naiknya bareng mas-mas dan mbak-mbak yang mau ke kampus :D.
Aiiihhh, lihat bangunan kampus langsung menggelora lagi semangat pengin lanjut kuliah *tsaaaaah*. Mupeng sesaat sih. Langsung lemas lagi pas ketemu banyak mahasiswa/wi yang nenteng-nenteng buku tebal hihihi.
Begini ini nih salah satu pemandangan dari teras bangunan utama kampus ETH Zurich Uni :
Di teras bangunan kampus banyak kursi-kursi plastik gede-gede warna merah. Tapi di pojok-pojok banyak juga sepasang muda mudi lagi duduk tempel-tempelan sambil anu-anu-an hihihihi.
5 – Dinner ‘Lesehan’ di Pinggir Jalanan
Sehabis foto-foto dan duduk bentaran di kampus, kami balik ke Bahnhof pakai tram. Tahu-tahu sudah jam setengah 7. Sudah jelang musim panas dimana waktu terang akan jauh lebih lama daripada waktu malam. Wajar, hampir jam 7 tapi hari masih terang benderang :D.
Pergilah kita ke Migros (semacam Carrefour kalau di Indonesia). Semacam supermarket segala ada gitulah. Tapi enggak gede-gede amat tempatnya. Ceritanya mau beli makan malam murah meriah :p.
Di Migros, beli chips aneka bentuk biar kenyang dan kesannya banyak (hahaha), satu kotak salad ukuran gede, dan fish fingers plus air mineral. Terus jalan ke arah bangunan Bahnhof.
Depan bahnhof ada jalanan besar yang kiri kanannya toko-toko semua. Di pinggirnya disediakan tempat-tempat duduk sementara di tengah jalan, tram dari berbagai jurusan lewat lalu lalang. Duduk deh di situ sambil makan malam. Saya dan suami mengobrol betapa senangnya kalau kita punya kesempatan tinggal permanen di Kota Zurich. Aamiin <3.
Kelamaan tinggal di desa, nih, jadi norak lihat kota besar (si Zurich Swiss ini) hahaha.
Selesai makan, suami ngambil foto-foto lagi sekitaran situ. Habis itu baru masuk lagi ke dalam Bahnhof. Ambil barang dari loker … siap-siap naik kereta ke bandara :D.
Until we meet again, Zurich Swiss <3.
ETH Zurich. Pesantren tempat Einstein dulu mbak.. Hehe
Oh ya? :D.
Kameranya pake apa mbak? Warnanya jadi cakep2 amat. Langitnya biru seperti dilukis.
Cannon. Mungkin gaya ngeditnya ya. Suami saya ngeditnya pakai Lightroom. Tapi memang panorama aslinya super kece pakai banget ;).
mbak fotonya kok nampaknya diedit ya? Coba kalau natural tanpa editan sptnya bakal lebih kece lagi. Karena setau saya langit2 di luar negeri itu memang jauh lebih indah ketimbang negeri kita, hehe 🙂
Gaya ngeditnya emang gitu suami saya hehehe. Iya memang, langitnya lebih bersih dengan gumpalan awan terlihat jelas ^_^.
Segera Mbak, segera :D. Aamiin <3. Tempo hari pas masih rajin nulis di Mama Sejagat, ada kontributor dari London. Saya mupeng banget lihat foto-fotonya. Saya masih di Jeddah waktu itu. Mbatin tiap kali lihat postingan dia, "kapan ya bisa ke sana?" Eh, gak lama beneran ke London hihihi. Alhamdulillah :D.