Yanbu Badar, dari Pantai ke Padang Pasir

(tulisan jalan-jalan dimuat di Femina, Juli 2012)

***

(Jihan Davincka)

Bermukim dua tahun di kota Jeddah, memperkenalkan saya kepada  tempat-tempat menarik di Saudi. Ternyata ada pesona lain dari kota-kota di sekitar Jeddah. Selain magnet dari dua kota suci umat muslim, Mekkah dan Madinah.

Harga bensin yang sangat murah seolah ikut memberi dukungan untuk melancong ke luar kota setiap akhir pekan atau liburan menghampiri.

Suasana lebaran di kota Jeddah jauh berbeda dengan perayaan di tanah air. Sepi sekali suasana kota menjelang dan saat hari raya tiba. Jadilah, liburan hari raya idul fitri tahun lalu, kami sekeluarga liburan ke kota Yanbu dan Badar.

Yanbu : Kota Industri, Kota Pantai

Kota Yanbu terletak sekitar 300 km di sebelah utara kota Jeddah. Dengan infrastruktur jalanan antar kota di negara Saudi, yang umumnya didominasi oleh jalan raya lebar nan mulus, jarak ini bisa ditempuh dalam tempo kurang dari 3 jam saja.

Yanbu 1

Hati-hati jangan terbius untuk ngebut. Ada kamera pengintai kecepatan yang siap menangkap basah pengemudi yang nakal dan menjeratnya dengan denda ratusan riyal.

Di sepanjang perjalanan, gunung-gunung batu yang berdiri megah, peternakan unta di beberapa sudut gurun, beserta hamparan padang pasir maha luas, menghiasi kiri kanan jalan.

Memasuki kota Yanbu, dengan menyusuri jalanan utama King Abdul Azis road, suguhan pertama adalah banyaknya kilang-kilang minyak. Diselingi bangunan berbahan seng berbentuk kotak alias gudang, atau dikenal dengan istilah warehouse.

Jadi, di Yanbu inilah terdapat pengilangan minyak kepunyaan Saudi Aramco, perusahaan minyak asal negeri Paman Sam. Sejak tahun 1970 an, sebagian wilayah kota Yanbu ini disulap menjadi kota industri oleh pemerintah Saudi.

Pemandangan ala daerah industri dari berbagai perusahaan internasional ini bisa dinikmati sekitar 30-40 km. Setelah itu, berganti dengan taman-taman beserta playground yang tertata rapi dengan bunga warna warni.

Wah, suasananya berbeda dengan kontur umum di Saudi sebagai negara tandus. Sepertinya bagian kota yang ini memang ikut ‘disulap’ menjadi keren untuk kepentingan para warga Yanbu yang menghuni wilayah perumahan di sekitar pabrik-pabrik tadi. Mereka rata-rata pekerja asing. Mungkin agar mereka betah tinggal di kota kecil nan sunyi ini.

Kalau berbelok di kiri-kanan jalan utama yang bertaburan taman tadi, kita akan melihat jajaran compound. Baik yang masih dalam proses pembangunan, maupun yang berdiri kokoh lengkap dengan pos penjaga beserta satpam penjaganya.

Compound? Tempat ini semacam kompleks perumahan yang biasanya dikelilingi oleh tembok yang tinggi. Siapa pun yang berada dalam compound terbebas dari aturan-aturan khas Saudi, misalnya : kewajiban berabaya untuk wanita dewasa, perempuan tidak boleh menyetir, dsb.

Compound merupakan pemukiman yang umum ditemukan di banyak kota di berbagai wilayah Saudi. Modelnya macam-macam. Dari yang hanya berupa susunan rumah mungil yang tak menyediakan lahan untuk kendaraan. Hingga yang berukuran sangat luas, lengkap dengan berbagai fasilitas olahraga dan supermarket.

Selain barisan compound, ada juga rumah-rumah kecil atau gedung-gedung apartemen kecil yang tertata apik di sepanjang jalan. Ada minimarket yang tersebar di beberapa tempat. Komplit dengan pohon-pohon yang ditanam rapi di pinggiran jalan. Bersih dan teduh.

Balik lagi ke jalan utama, King Abdul Azis Road, dan teruslah mengikuti jalan ke arah utara. Maka perlahan-lahan kita akan memasuki bagian kota yang belum tersentuh efek modernisasi. Bagian kota yang ini jalan-jalannya mulai mengecil. Bangunan-bangunan apartemennya berukuran kecil dan banyak yang sudah kusam.

Pantai Yanbu Arab Saudi
Pesisir Pantai Yanbu

Dan lama-kelamaan, masih menyusuri King Abdul Azis ini, kita akan bertemu dengan pesisir pantainya, pesisir pantai Laut Merah. Di sekitar sinilah, banyak ditemui tempat-tempat penginapan berupa hotel dan resort.

Pesisir pantai kota Yanbu tergolong bersih. Dari kejauhan warna airnya berkilau kehijauan. Mendekatlah ke bibir pantai. Lalu jejakkan kaki ke dalam airnya hingga tenggelam, bayangan kaki kita tetap akan tetap terlihat jelas. Airnya bening sekali.

Pesisir pantai Yanbu cukup panjang. Kami mencoba menyusuri pesisirnya searah dari satu ujung ke ujung yang lain dengan menyetir santai. Tapi karena sudah sejam belum tampak ujungnya, kami pun memutar balik.

Pesisir Yanbu Arab Saudi
Pantai Yanbu (lagi) 😀

Kami berhenti di beberapa tempat untuk mengambil foto. Ada beberapa tempat di pesisirnya yang sekilas mirip dengan suasana di Pantai Anyer dan Pangadaran.

Sebagian wilayah pesisirnya ditutup untuk umum. Disekat dengan pagar tinggi atau tembok semen. Ini menunjukkan bahwa wilayah tersebut tergolong ‘private beach‘. Untuk melongok ke dalam, perlu merogoh kantong. Tempat-tempat seperti ini juga dilengkapi dengan resort. Mulai dari yang biasa-biasa saja hingga yang menawarkan fasilitas bintang lima.

Yanbu Arab Saudi
Mirip dengan Pangandaran kan? Hehehe

Pada umumnya daerah pantai di Saudi ini hanya ramai bila malam telah menjelang. Saat itu, barulah orang-orang Arab berbondong-bondong duduk bersantai menggelar tikar di sepanjang pesisir pantai. Tak lupa memboyong termos minuman hangat dan cemilan. Tidak seperti di Indonesia, disini jarang ditemukan pedagang makanan kaki lima.

Puas mengelilingi sebagian wilayah kota, hari pun beranjak senja, kami menepi sebentar. Setelah puas menikmati langit kuning kemerahan, kami memutuskan untuk mencari penginapan di Yanbu.

Foto Yanbu Arab Saudi
Anak ke-2 masih bayi hehehehe 😀

Akomodasi di Yanbu

Untuk penginapan tak perlu khawatir. Ada beberapa hotel berbintang beserta resort yang berdiri megah di kota ini, sebagian besar dibangun di sekitar pesisir pantai Yanbu. Bisa dibooking secara online juga. Diantaranya :

– Movenpick Hotel & Resort

– Tulip Inn Hotel, yang hanya berjarak ratusan meter dari bibir pantai yang tempatnya rindang dan dilengkapi dengan playground untuk anak-anak.

– Radisson Blu Hotel

– Dolphin Beach Resort, ini salah satu resort yang terletak dalam wilayah private beach.

Kami sendiri menginap di sebuah full service apartment. Letaknya di tengah kota, sekitar 15 menit berkendara dari kawasan bibir pantai.

Penginapan macam ini juga ada. Tersebar di beberapa jalanan utama kota. Tempatnya bersih, dilengkapi dengan dapur mini, seharga 170SR per malam.

Untuk makanan juga tidak perlu risau. Meskipun tergolong kota kecil, di Yanbu ada gerai-gerai makanan internasional seperti Pizza Hut. Ada juga gerai Al Baik, ayam goreng tepung khas asal Saudi yang cukup terkenal, bahkan untuk para pendatang.

Kita juga bisa menikmati santapan makanan dari food court yang ada di Dana Mall. Mulai dari menu khas Arab, India-Pakistan hingga menu Asia, lengkap disini. Dana Mall ini mal yang cukup besar. Mal-mal di Saudi, walaupun jarang yang bertingkat, rata-rata berukuran sangat luas. Gerai-gerai pakaian ternama seperti : Zara, Mango, Guess, dll, juga ada disini. Bisa sekalian window shopping.

Tentang yanbu arab saudi
Playground di Pantai Yanbu

Berpetualang ke Padang Badar dan Mengunjungi Makam Syuhada Badar

Setelah menjelajahi kota Yanbu dan mencicipi senja di pesisir pantainya, besok paginya kami berpetualang ke Badar. Tujuan utamanya adalah menikmati bukit pasir halus di Padang Badar.

Badar, kota kecil yang berjarak sekitar 90 km dari Yanbu. Tak susah menemukan jalan menuju kota ini dari Yanbu. Ada banyak petunjuk bertebaran di sepanjang jalan. Tapi tidak ada salahnya meminta bantuan melalui GPS.

Tidak sampai sejam perjalanan, kami sudah memarkir mobil di salah satu sisi bukit pasir yang terhampar di sebagian besar wilayah kota ini. Pilihlah bukit pasir yang halus tanpa kerikil.

Bilbil bdr complete

Saat itu musim dingin sudah menjelang namun suhu belum terlalu rendah. Suhu gurun pagi itu mencapai 37 derajat celcius. Konon di puncak musim dingin, suhu sore hari di padang ini bisa berada di bawah 10 derajat celcius. Brrrr

Kalau membawa anak bayi memang sebaiknya berkunjung di pagi hari. Biarpun sore haji lebih sejuk, namun anginnya cukup kencang. Pasirnya beterbangan kemana-mana.

Anak sulung kami bebas berlarian di padang pasir maha luas itu. Sambil sesekali mendaki. Pasirnya tidak terasa panas di kulit. Tanpa angin, pasirnya hanya berhamburan bila terinjak kaki. Hawanya pun tidak gerah. Anak kedua saya yang saat itu masih berusia 5 bulan tidak rewel sama sekali.

Setelah mendaki bukit pasir yang agak tinggi, akan terlihat hamparan gurun pasir yang sangat luas. Terlihat juga jalan-jalan raya berliku yang membelah gurun. Datarannya sangat empuk seolah akan menghisap kaki-kaki kita. Benar-benar tumpukan pasir membentuk bukit. Bukan bukit batu beralas pasir. Lepaskan alas kaki bila tidak ingin langkah memberat akibat butiran- butiran pasir yang menyusup masuk.

Kota Badar juga merupakan salah satu saksi penting dalam sejarah awal umat muslim di masa penyebaran Islam. Badar inilah tempat peperangan besar pertama umat muslim sejak hijrah ke Madinah. Pasukan muslim yang berjumlah jauh lebih sedikit berhasil memukul mundur musuh.

Beberapa sahabat Nabi gugur dalam pertempuran ini. Mereka dimakamkan di salah satu tempat di kota Badar ini. Liburan kala itu tidak menyempatkan kami mengunjungi makam para Syuhada Badar.

Tapi beberapa waktu lalu, saat Ibu Mertua mengunjungi kami sekaligus beribadah umrah, kami bertandang sekali lagi ke kota Badar ini. Dan sekali ini berniat sekalian ziarah ke makam tersebut.

Tempatnya mudah dijangkau. Dan jangan khawatir, semua orang mengerti jika kita bertanya. Bilang saja “Makam Badar?” orang-orang sudah paham. Makam ini terletak di tengah kota Badar. Sangat mudah menemukannya. Ada di sisi salah satu jalan utama di kota ini. Kotanya lebih kecil lagi daripada Yanbu.

Di jalan tersebut juga dibangun semacam tugu dan monumen Perang Badar. Monumen tersebut juga memuat nama keempat belas sahabat Nabi yang mati syahid dalam peperangan ini.

***

Demikianlah kisah jalan-jalan kami selama dua hari penuh. Menikmati kota Yanbu dengan suasana kota yang berbeda dengan hiruk pikuk di Jeddah, sekaligus menjajal pesisir pantainya yang jernih. Tak lupa mampir ke kota Badar, bermain-main di padang pasirnya dan berziarah ke salah satu tempat bersejarah di sana.

***

Tulisan jalan-jalan ke Femina dikirim ke kontak at femina dot co dot id, ya ^_^. Panjang sekitar 1500 kata dilengkapi foto-foto high-resolution yang bagus, minimal 2 MB per foto.

Oiya, Femina juga menerima cerpen dari penulis luar, lho :). Cek syarat-syarat pengiriman cerpen ke Femina – Kartini beserta contoh-contoh cerpennya di sini.

Selain ke Femina, mengirim tulisan jalan-jalan juga bisa ke Leisure – Republika. Syarat pengiriman ke Leisure Republika bisa dilihat di sini.

Badar Arab Saudi