Katanya, kita kan harus selalu belajar dari sejarah, ya.
Setiap bagian kehidupan kita yang terkini, sedikit banyak adalah kombinasi dari apa yang terjadi di masa lalu. Termasuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Termasuk juga kebijakan-kebijakan yang pernah diambil oleh pemimpin negeri kita.
Luar biasa kalau melihat dukungan kepada Bung Karno udah kayak apa sekarang ini. Pokoknya kayaknya kalau beliau hidup sampai sekarang, sudah jadi negara maju kali kita :p. Padahal kalau mau menengok sejarah panjang di masa lalu, beliau juga manusia biasa, kok :). Seolah beliau jatuh itu semata-mata karena konspirasi doang hehehe.
Kalau ditelisik lebih mendalam, ada juga ketidaktepatan keputusan yang pernah beliau ambil. Sebagian yang tejadi dan runtuhnya kekuasaannya juga tidak lepas dari keputusan-keputusan yang pernah beliau buat. Ya ada juga kali konspirasinya. Tapi tidak 100%.
Masa-masa kejatuhannya juga banyak dikritik tajam lho oleh banyak kalangan. Situ kira, demo mahasiswa tahun 1998 doang. Sama aja kali, Cuy. Tahun 1965 pun, mahasiswa jadi “bahan bakar” untuk menjatuhkan pemerintah. Terulang lagi di tahun 1998. Saya kasih senyum imut saja deh kalau banyak yang menganggap pemerintahan Soekarno dan Soeharto, keduanya jatuh karena demo mahasiswa. Nggg …. iya-in aja deh hahahahahaha.
Setelah era keduanya, Habibie pun mengakhiri masa kekuasaannya dengan kepahitan. Pahitnya beda. Lepasnya Timor Timur dari NKRI membuat Habibie ikut terbenam. Pidato pertanggungjawabannya “dihajar” habis-habisan.
Awal 2014, beliau muncul dalam wawancara khusus di Mata Najwa. Ealah, langsung dipuji-puji bak pahlawan. Labil kali, Kakaaaaaaa :D. Malah sekarang ada juga yang bilang Habibie itu deh yang paling cocok jadi presiden hihihi.
Almarhum Gusdur ya sami mawon nasibnya. Beliau memang salah satu presiden Indonesia yang cukup unik. Katanya keren berani melawan DPR. Ya itulah yang terjadi dengan Bung Karno. Dengan kharisma yang segitu gemilang yang dimiliki Bung Karno, tetap saja Bung Hatta memberi “peringatan keras” kepadanya terkait Dekrit Presiden 1959 waktu itu. Bung Hatta tidak setuju perubahan demokrasi parlemen ke demokrasi terpimpin.
Menilik sedikit sejarah tentang Bung Hatta yang tidak suka komunis. Salah satu ketidaksukaan Bung Hatta karena komunisme itu identik dengan diktator. Itulah juga mengapa Bung Hatta tidak pernah sreg dengan ide demokrasi terpimpin-nya Bung Karno. Beliau kurang cucok sama yang berbau-bau “diktator”. Penginnya bareng-bareng ^_^. Berpikir bersama, maju bersama, sejahtera bersama ^_^.
Demi menumbangkan PKI, Angkatan Darat mendukung penuh Dekrit Bung Karno. Semua partai protes keras. Ironisnya, “Angkatan Darat” pula-lah yang “menyudahi” kepemimpinan Bung Karno. Jas Merah, jangan sekali-sekali melupakan sejarah ;).
Megawati jangan ditanyalah. Ini lagi naik daun meme-nya di mana-mana. Santai saja orang share meme penghinaan terhadap sosoknya ditimpali dengan komentar tak kalah “sadis”nya hehehe. Jadi perlu dibahas agak banyak, nih :D.
Uniknya, sosoknya paling “misterius”. Padahal sebagai perempuan, memang agak sulit berakting melawan perasaan seperti kebanyakan laki-laki. Itu sudah dari sananya. Ditambah lagi, Megawati tidak begitu suka pecicilan di hadapan publik. Semua dihadapi dengan diam. Tak suka konferensi pers, tak suka klarifikasi.
Menjadi presiden di tahun 2001 memang cukup apes. Bagai harus merangkai puing-puing ambruknya negara pasca krisis besar tahun 1998 yang tak kunjung beres di tangan Habibie dan Gusdur. Lucunya, sekarang dituduh-tuduh menjual aset negara seenak jidat hihihihi :p. Dikata aset negara punya presiden pribadi apa gimana ya? Hahahaha.
Kasus BLBI yang juga merupakan limpahan krisis 1998 paling banyak dibebankan kepada Megawati :p. Padahal saya yakin banget yang teriak-teriak BLBI ngerti 50% masalahnya aja belum tentu. Pokoknya Megawati sudah mencuri ratusan trilyun dari negara. Titik! Hahaha.
Tapi ya begitulah Ibu Banteng satu ini :D. Dari dulu, tak terlalu suka menanggapi omongan miring publik. Bolehlah Bu sekali-sekali curhat ke publik ;). Dalam diamnya itulah muncul berbagai rumor yang lagi-lagi selalu enggan ditanggapi oleh yang bersangkutan. Tak banyak yang kenal dan benar-benar tahu sepak terjangnya. Terpilihnya Jokowi jadi presiden diawali prakarsanya dan PDIP membuat namanya kembali terusik.
Sikapnya yang tak banyak bicara bikin kita-kita jadi banyak dosa aja dah hahahaha. Tenggelam dalam prasangka atas ketidaktahuan kita sendiri.
Memang ajaib, dalam banyak ketidakmengertian kita tentang sosoknya, justru Megawati yang kayaknya paling banyak menuai makian. Manusia, membenci apa yang tidak diketahuinya. So true :).
Habis ini eike juga dihajar dan diklaim jadi antek-antek Ibu Banteng hahahaha. Enggaklah, saya mah apa atuhlah. Jujur, enggak “kenal” juga :p. Makanya, bingung kenapa harus ikut membenci? :).
Pun SBY, walau sekarang sudah tampak bagai pahlawan di mata sebagian hater Jokowi, sering juga dulu dimaki-maki. Terutama di masa-masa akhir jabatannya.
Persis saat Soeharto melepaskan tahta dalam banjirnya kritikan dan sorotan, ealah, sekarang meme bergambar beliau dengan tulisan “Piye kabare? Sing penak jamanku toh?” banyak dipuja-puja orang hahahahaha. Itu anak bungsunya booo, punya akun Twitter pula. Tweet-tweetnya Tommy diretweet beramai-ramai bak pahlawan dan analis politik ekonomi yang andal. Ibarat kata, Buto Ijo mendadak jadi malaikat. Pusing pala Timun Mas :p.
Dulu pun SBY diledekin cengeng. Orang-orang yang milih SBY dianggap termakan pencitraan karena gayanya yang dandy, ganteng, dan “bungkus” lainnya. Iyah, saya milih SBY lho ;). Saya sih menentang hestek untuk meledek beliau yang tidak kuasa mengatur partainya terkait masalah Pilkada langsung. Walau saya kecewa, ya amit-amit lah sampai mau ikut-ikutan kayak gitu. Mending tanda tangan petisi daripada maki-maki orang gak jelas, yes? ^_^.
Eh, sekarang pada sebel sama Jokowi, SBY pun dipuja-puja. Mendadak banyak bener jasanya Pak SBY padahal masih ingat banget dulu suka dituduh lelet dan lamban dan tukang curhat!
Jadi, maunya apaaaahhhh? Maunya presiden kayak gimana? :p
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu pernah ditanya oleh seseorang :
“Mengapa saat Abu Bakar dan Umar menjabat sebagai khalifah kondisinya tertib, namun saat Utsman dan engkau yang menjadi khalifah kondisinya kacau?
Jawab Ali: “Karena saat Abu Bakar dan Umar menjadi khalifah, mereka didukung oleh orang-orang seperti aku dan Utsman, namun saat Utsman dan aku yang menjadi khalifah, pendukungnya adalah kamu dan orang-orang sepertimu”
[Syadzaraat Adz Dzhahab 1/51.]
Dalam ajaran Islam sendiri, menghadapi/mengkritisi pemimpin itu memang ada adabnya :). Pasti semua pada tahu lah mana yang benar.
Ditambah lagi dengan pesan Gandhi, “Hate the sin love the sinner.” Dibahaslah apa kesalahannya dan bagaimana solusinya. Jangan malah kebalik. Ngerti salahnya enggak, mengerti masalahnya pun samar-samar, tapi paling kenceng maki-maki orangnya hehehehe.
Siapa pun mereka, diantara sekian banyak pro dan kontra, pasti pernah terselip dalam hati masing-masing untuk memperjuangkan cita-cita yang sama, mimpi yang sama untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Mari berprasangka baik :D.
Tentu tak mudah mengurus rakyat sebanyak ini. Sudahlah banyak, bacotnya juga aduhaiiiii :p. Makin tak terkendali dengan banyaknya media sosial. Boro-boro menawarkan solusi, minimal paham masalahnya benar-benar deh, ini malah caci makinya yang bergema paling kenceng :D. Bikin meme paling pintar, nyinyirin paling pakar, tapi solusi nol besar ;).
“Respect was invented to cover the empty place where love should be.”
― Leo Tolstoy
If it’s almost impossible to love them, at least … show some respect ;).
Ini saya share tulisan lama saya, September 2014. Masih cukup relevan untuk pembelajaran kita semua. Iya, kita. Saya termasuk ;).