Peristiwa G 30 S PKI : Dalih Pembunuhan Massal (7- Finale). Bagian sebelumnya di sini, ya.
Soekarno, “Sejarah Akan Membersihkan Namaku”
***
Bagian paling menyayat-nyayat hati dari film “Pemberontakan G30S/PKI” ala Orde Baru adalah saat mayat-mayat para jendral diangkat dari sumur di Lubang Buaya. Adegan ini kalau tidak salah diiringi dengan lagu “Gugur Bunga.” Betapa hatiku takkan pilu, telah gugur pahlawanku … betapa hatiku tak akan sedih hamba ditinggal sendiri …
‘Blunder’ yang belum terpecahkan dalangnya secara sahih hingga kini itu tak cuma mengubur rapat-rapat mimpi kaum komunis menguasai nusantara. Peristiwa G30S juga mengorbankan sebuah nama, Soekarno.
Setelah menghabisi nyawa hampir semua kader/simpatisan/anggota organisasi yang berafiliasi dengan PKI, tibalah Suharto dkk pada salah satu misi puncak mereka, menyudahi kekuasaan Soekarno.
Demo-demo yang belakangan dikenal sebagai Tritura digalakkan dengan mengerahkan mahasiswa dan ormas-ormas masyarakat. Tentu saja, ada sumbangan ‘nasi bungkus’ dari pemerintah AS . Hahaha. Abis yang ngetren sekarang panasbung, yak .
Tentu ini tidak serta merta. Rezim Suharto kan pinter banget propagandanya. Penculikan jendral digambarkan bagai peristiwa luar biasa. Genderang perang semacam ditabuh bertalu-talu. Kalau lihat di film, suasana di tanggal 1 Oktober itu mencekaaaaam banget.
Belakangan beredar foto-foto kalau ternyata ya biasa-biasa saja hehehe. Bundaran HI ya tetep macet hihihi. Boleh dicek di wallnya Om Anton Dwisunu, ya . Tempo hari sempat beredar foto Jakarta di pagi hari 1 Oktober 1965.
Juga sudah dibuktikan G30S dipukul mundur dengan sangat mudah dalam tempo yang cukup singkat. Namun, Suharto dkk membungkus peristiwa ini dengan kemasan perang urat syaraf yang cetar membahana . Jadi, sebenarnya menurut Roosa, penulis “Dalih Pembunuhan Massal”, G30S dan pembasmian PKI itu sebenarnya 2 hal yang berbeda .
Salah satu dokumen penting yang menandai peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Suharto adalah dokumen Supersemar. Namun hingga kini, dokumen aslinya entah ada di mana. Yang berada di Gedung Arsip Nasional hanyalah kopinya. Di mana sebagian pihak juga meragukan itu beneran kopinya atau bukan? Nah lo *seruputKopiAnget*.
Soekarno telah sering mengeluhkan tentang kesalahpahaman rezim Suharto tentang Supersemar ini. Apa daya, Suharto sudah merangsek terlalu jauh. Semua anggota kabinet loyalis Soekarno sudah dibabat. Petinggi-petinggi AURI yang pro Soekarno juga sudah dilumpuhkan semua. PKI apalagi.
Konon, Supersemar berisi limpahan kewenangan dari Soekarno kepada Suharto untuk mengambil tindakan-tindakan yang dirasa perlu dalam ‘chaos’ yang ada pada saat itu. Tetapi semuanya harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada Panglima Tertinggi ABRI, Soekarno.
Alih-alih menjalankan isi Supersemar, Suharto bahkan menggunakannya untuk melengserkan Soekarno. Ketiga jendral yang katanya merupakan saksi Supersemar juga bungkam hingga akhir hayatnya. Suharto pun mengunci rahasia ini dalam-dalam hingga ke liang lahat.
Btw, ke mana cinta masyarakat yang selama ini selalu menjadi ‘perisai’ terkuat Soekarno dari rongrongan AD maupun PKI? Jangan lupa, propagandanya ini tingkat tinggi dengan frekuensi yang luar biasa. Siang malam Suharto terus mendengung-dengungkan bahwa Soekarno telah menyerahkan tampuk kekuasaan kepadanya.
Suharto dan AD kan juga habis-habisan membuat masyarakat percaya bahwa negara sedang dalam gawat darurat dan butuh penanganan luar biasa. Sekaligus menenangkan rakyat dengan buaian, “Tenang, semuanya aman terkendali di bawah komando Suharto dan Angkatan Darat.”
Momentum G30S telah sukses menyempurnakan skenario perebutan mahligai kekuasaan yang dijalin cukup lama bahkan mungkin sudah hampir basi. Thank God, G30S meletus dan memutarbalikkan ‘keputusasaan’ pemerintah AS dan sekutu nusantara-nya, AD .
Setelah PKI dihabisi di Indonesia, pemerintah AS lebih santai menghadapi Perang Vietnam . Sip, sasaran utama telah di tangan. Toh, Vietnam ini sebenarnya salah satu pencegahan yang dilakukan AS agar komunis tak merebak di Indocina dan Asia Tenggara, apalagi Indonesia. Negeri Raksasa yang mahakaya yang untungnya tak menyadari betapa berharganya daratan surga yang mereka diami.
Boleh dicek. Freeport mendaratkan tahtanya di Indonesia sejak tahun berapa?
Isu bahwa Soekarno pro komunis juga tidak sepenuhnya benar. Karena PKI di masa keemasannya pun tidak pernah berhasil menguasai posisi-posisi penting dalam pemerintahan. Terlebih di tahun 1959, Soekarno membubarkan Pemilu. Ya, jangan-jangan untuk membenamkan komunis yang mulai tak terbendung.
Ingat, Bung Karno cita-citanya jauh lebih tinggi daripada pro komunis. Menyatukan kaum nasionalis-agamis dan komunis dalam dekapan Ibu Pertiwi. Nasakom.
Sesuatu hal yang cukup mustahil memang. Tapi hey, itulah Bung Karno yang suatu kali pernah berseru, “Gantungkan cita-citamu setinggi langit. Jika terjatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang” .
Ada teori bahwa Soekarno hanya ingin memanfaatkan PKI untuk meredam Angkatan Darat yang sudah dikuasai oleh jendral-jendral sayap kanan. Sementara, Soekarno tetap membiarkan AD menduduki pos-pos strategis dalam pemerintahannya.
Di masa-masa akhir kepemimpinannya, saat Soekarno telah terisolasi dari kabinet dan masyarakat, ajudannya sempat berkata, “Mengapa Bapak tidak melawan? Rakyat masih cinta. Pasti akan mendukung bila diminta. Bapak ini seorang pejuang.”
Soekarno menjawab bijak, “Hidung mereka sama dengan hidungmu, sama dengan hidungku. Kamu minta saya melawan bangsa sendiri? Dulu, kita melawan penjajah. Hidungnya beda dengan hidungmu, beda dengan hidungku.”
Soekarno menghindari perang saudara yang pasti diyakininya akan lebih merugikan dan menyakitkan bahkan untuk dirinya sendiri. A true leadership. Praktik kepemimpinan yang terpuji.
Dari buku ini, digambarkan betul, betapa cinta masyarakat dan kepopuleran Soekarno yang bergema sedemikian kuat di hampir seluruh penjuru nusantara benar-benar membuat musuh-musuh politiknya harus bekerja keras mencari cara untuk menjatuhkan wibawanya.
AD punya kekuatan militer yang mumpuni. Apalagi sejak menjadi ‘panasbung’-nya AS hehehe . PKI, walau tak punya senjata, punya massa yang sedemikian banyak dari ibukota hingga ke desa-desa terpencil. Soekarno punya apa? Beliau cuma punya cinta . Cinta dari seluruh negeri. Berarti benar ya, kekuatan terbesar dalam dunia ini sebenarnya adalah CINTA.
Seperti kata Gandhi, “What barrier is there that love cannot break?” .
Kepemimpinan Soekarno dibangun dari rekam jejak yang tangguh dan lama. Sejak muda, ketampanan dan kecerdasan yang diatas rata-rata tidak membuatnya bertekut lutut pada iming-iming duniawi dari petinggi-petinggi kolonial . Tentu saja, rasa cinta yang membuncah-buncah pada Ibu Pertiwi yang mengokohkan beliau untuk terus mengobarkan perlawanan pada penjajah.
Rakyat tak pernah meragukan ketulusannya. Dan sudah dibayar lunas oleh Soekarno . Ketika Bung Karno memutuskan untuk tidak memberikan perlawanan habis-habisan saat Suharto tengah berusaha mati-matian menjatuhkannya. Beliau ya bukan politikus kelas sapi . Pasti tahu pasti jika dirinya tengah dirongrong dan yakin beliau bisa memberikan perlawanan sepadan jika mau.
But he did not . Cinta seorang pemimpin kepada rakyat. Tak akan rela melihat pengikutnya harus hancur hanya untuk kepentingan diri sendiri. Percayalah, sebegitu banyak konflik politik di berbagai belahan dunia, legowo demi keutuhan bangsa seperti yang dilakukan Bung Karno ini bukan pilihan yang mudah.
Kalau mau, beliau bisa berdiri menantang di atas podium dan mengaum sekuat-kuatnya untuk menyulut perang saudara. Once again, he did not .
Tentu saja, beliau ya manusia biasa. Kelemahannya juga tidak sedikit . Sifat impulsif dan banci tampilnya sampai pernah membuat gerah sang partner kala itu, Bung Hatta. Hatinya yang mudah jatuh pada perempuan membuatnya terkenal beristri banyak.
Tapi ya situ kalau baru sebatas menikah lebih dari 1x terus mau banding-bandingin diri sama Bung Karno ya keterlaluan juga sih ya hehehe. Situ sudah melakukan apa untuk bangsa dan negara? *sodorinKaca* .
Karena kedua hal yang bertentangan itulah mungkin yang membuat Majalah Tempo membuat judul di salah satu serial Bapak Bangsa versi Tempo, “Soekarno, Paradoks Revolusi Indonesia.” Paradoks. Yang akan selalu bermuara kepada kontradiksi.
Namun begitu, pesonanya pun tetap berkilau hingga di akhir hayatnya. Di buku “Paradoks Revolusi Indonesia” ada kata-kata, “Bahkan jasad matinya pun membuat gentar.” Yup, Suharto menolak jenazah Sang Proklamator dimakamkan di Bogor sesuai permintaan keluarga. Bogor terlalu dekat dengan ibukota .
Akhirnya, sang Paradoks Revolusi disemayamkan di kota kelahirannya, Blitar. Walau dikutuk bagai bandit, sejarah telah menerbitkan kembali namanya yang pernah dibenamkan. Sesuai sumpahnya sendiri, “Sejarah akan membersihkan namaku.”
***
Berpuluh-puluh tahun setelah G30S, masih banyak yang menyangka,”Alhamdulillah, PKI tidak berkuasa. Kalau PKI berkuasa, mana bisa kita sembahyang?” Hihihihi .
Mbok ya, udahan atuh propagandanya . Sekarang saatnya mencari informasi berimbang. Apa itu komunisme? Gagasan apa yang sebenarnya dibangun oleh paham yang dulu muncul sebagai penantang kapitalisme. Sosialisme hubungannya apa dengan komunisme. Marxisme itu apa. Leninisme juga ada. Belum lagi istilah Marhaenisme.
Seperti apa dunia berputar di kala komunisme datang dan menghentak di sebagian wilayah dunia? Apa yang terjadi saat itu? Latar belakangnya apa?
Nanti seru, deh. Jadi kesasar ke Perang Dunia I, Perang Dunia II, bahkan kalau mau lebih komplit, pelajari Eropa di Abad Kegelapan yang akan mengantarkan kita kepada rentetan Perang Salib. Siapa, apa, bagaimana dan mengapa. Banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil in shaa Allah ketimbang terus berkoar-koar “Ini pasti ulah zionis” hahahaha .
Jangan tahunya cuma ribut-ribut kaum komunis dulu membunuhi Tsar Rusia sekeluarga. Yuk, dicari tahu juga, seperti apa Rusia di bawah pemerintahan Tsar dan Tsarina-nya. Lah, Tsarina-nya memang kenapa? Ubek-ubek di Google dengan kata kunci Rasputin, deh, cobak .
Tidak untuk membenarkan siapa-siapa. Tapi untuk memperlihatkan warna warni politik-sosial-ekonomi di dunia yang ternyata tidak selalu terpenjara dalam hitam atau putih. Sekali lagi, you didn’t have to believe them all but you can always learn, learn, learn. In shaa Allah .
Demikianlah akhir dari pembahasan buku ini *ngelapKeringat*.
Versi blog menyusul ya .
Semoga kita bisa mengambil pelajaran penting dari sejarah yang satu ini.
1. Tentang kepemimpinan yang tulus yang dibangun dari rekam jejak yang tidak sebentar. Karena itulah, saya lebih kepengin Pakde Jokowi membuktikan diri di ibukota dulu hehehe. Hater masih terlalu banyak . Sementara legislatif masih awut-awutan. Jokowi masih perlu lebih banyak cinta. Masih perlu lebih banyak lover .
Mendulang rasa cinta yang ikhlas (kagak pakai nasi bungkus pastinya :P) jauh lebih sulit daripada menanamkan rasa benci . Sejarah membuktikannya berkali-kali. Cinta itu dari Ilahi, sudah diinstal sejak kita lahir. Sementara benci itu adalah rasa yang kita pelajari setelahnya. Kita HARUS diajar untuk membenci.
2. Tentang bahayanya HOAX . Yang tidak hanya melahirkan dendam tidak jelas selama puluhan tahun. Tapi juga membunuh ratusan ribu bahkan jutaan nyawa yang diyakini tidak berdosa. Yang di daerah terpencil ngerti ada kejadian G30S aja juga enggak tetap dibedil sampai mampus . Apa inikah makna fitnah lebih kejam dari pembunuhan?
3. Orang bilang tanah kita tanah surga. Ternyata, Macan Asia itu nyata adanya . Yuk, sama-sama kita bangunkan macan yang lagi pingsan ini hehehe .
4. Sejarah tergantung siapa yang bercerita. Jadi, situ enggak perlu percaya pada rangkaian tulisan ini hehehe. Saya juga ini sekalian melatih kemampuan menulis selain ingin berbagi pengetahuan (versi saya) hihihi.
Sekian :D.
The End.
***
Beraatttttt, neng poniiiii! *melipir di antara online shop* 😆
Btw, sedikit banyak baca ulasanmu ini membuka mataku yg selama ini sudah terdoktrin kuat sama film G30S PKI itu. Eh, film itu kan dulu wajib di tonton, yah? Sama anak SD sekalipun, yg nontonnya sambil tutup muka, hahaha…
Btw lagi, liat foto diatas, serasa liat tommy soeharto, euy! *oot* 😆
Pengen ngucapin atas reviewnya mbak….saya semakin yakin kl alm kakek saya bukan seperti yg dituduhkan banyak orang.
ttd,
cucu seorang nenek yg pernah ktp_nya ‘ditandai’ dan seorang kakek yg tiba2 menghilang bak ditelan bumi gegara menolong temannya yg sekarat krn dicap pe-ka-i.
akhirnya selesai juga.
penasaran juga sih, kak Jihan ini tertarik nulis sejarah memang suka atau ada insting jadi agen, =)
makasih kaka…..semoga menginspirasi banyak orang yang membacanya 🙂
Akhirnya selesaaaai… *baru deh mau komen*
Daku juga lagi mulai baca bukunya nih.. Entah kenapa rasanya sebel karena “dibohongin” 🙄 Tapi seperti kata mbak Jihan, harus cari banyak sumber. Yesterday is history, tomorrow is a mystery (katanya Justin Timberlake). Tapi habis baca ini, yesterdays itu menyimpan banyak misteri juga sih yaa.. 🙄
Terima kasih sudah membukakan mata saya terhadap sejarah Indonesia, Mbak.. *biasanya ga suka sejarah*
Salam kenal ya 😉
Sukak ama yang ini: “Tapi ya situ kalau baru sebatas menikah lebih dari 1x terus mau banding-bandingin diri sama Bung Karno ya keterlaluan juga sih ya hehehe. Situ sudah melakukan apa untuk bangsa dan negara? *sodorinKaca* .”
Kayaknya cocok buat salah satu artis di Indonesia yg ngaku2 dirinya kayak Bung Karno…
*duuh salah fokus*
Salam kenal Mba… SR selama ini 🙂
Seruuuuu,,,,
Setelah puluhan tahun dijejali kebohongan, akhirnya mulai terungkap sedikit demi sedikit fakta sejarah ya… semoga ini juga bisa membuka hati banyak orang untuk gak gampang diprovokasi dan ditakut-takuti dengan label komunis..
So what gitu kalo pengen baca tentang Karl Marx? Lenin? Stalin.. masa baca aja ga boleh 😛
Kelar juga *fyuh 🙂
Seharusnya bisa belajar dari sejarah ya, Mbak.
Oh ya, trik ‘menyerang orang-orang terdekat untuk menghancurkan seseorang’ itu masih dipakai sampai sekarang IMHO, sih.
Sukaaaa sama isi blog ini ^^
mantabs,,, perlu 2 hari untuk baca sampai episode finale. hehe…
applause buat Mak Jihan yang udah buat tulisan berat menjadi lebih ringan dibaca. saya ga yakin mau baca itu bukunya 😛
Top bgt mamak satu ni..dirimu makan apa Mak kok kinclong sekali isi tulisannya..sukaaaa bgt kalo sejarah ditulis spt ini..bikin pinter dan ga ngantuk