Saya pernah bilang ke suami, “Jadi kiper itu kasihan ya, Bang. Urusan ketenaran, pasti kalah daripada striker. Kalau menang pun, yang nge-gol in yang disebut-sebut. Kalau kalah, pasti kiper yang dimaki-maki.” Hehehehe.
Tapi ada juga beberapa kasus dimana kemenangan sebuah tim merekah di tangan seorang kiper. Bukan karena Casillas ganteng lho ya, makanya saya akan mengambil contoh final Piala Dunia 2010. Siapa yang masih ingat? .
Bukan main gelisahnya saya menonton final piala dunia yang itu. Baik Belanda maupun Spanyol akan mencetak sejarah yang sama, siapa pun yang menang, akan menjuarai piala dunia untuk pertama kalinya! Berkali-kali mengamuk-amuk depan televisi setiap kali pemain Belanda saya anggap bermain curang .
90 menit berakhir tanpa gol. Belanda lebih keki. Dua kali Casillas meruntuhkan harapan sporter Belanda ketika di depan gawang Spanyol, dalam kondisi one on one, Casillas mengubur impian Robben menjadi penentu kemenangan Belanda. Eike sampai berlari bersembunyi ke balik pintu kamar mandi di detik-detik Robben sudah menggiring bola tak terkawal menerjang sendirian ke arah Casillas. Dan menangis penuh emosi waktu balik ke depan TV dan menemukan skornya masih 0-0. Nonton bola aja mesti pakai bumbu DRAMA lho ini Mbak-nya ahahahahahahaha.
Akhirnya Iniesta membuat saya berteriak-teriak seperti orang gila ketika mencetak satu-satunya gol kemenangan saat perpanjangan waktu. Mungkin subuh itu tetangga-tetangga bete, “Gile nih ibu-ibu sebelah, sinting ditinggal suami ke Arab kali!” Ahahahahha.
Tak seorang pun mampu berkelit, di pertandingan dinihari itu, yang membawa Spanyol bertahta di dunia untuk pertama kalinya, selain Iniesta dan 9 orang ‘pelari’ lainnya, kita layak membungkuk penuh hormat untuk Casillas .
Tapi di sebagian besar pertandingan lain, para kiper ini jarang mendapat kehormatan seheboh para striker setelah mereka berhasil menusukkan bola ke jantung gawang. Biarpun begitu, apakah saat memasuki lapangan, dalam hati masing-masing kiper ini akan tertera rasa, “Anjrit, gaji gue enggak segede striker, ngapain gue capek-capek berdiri di bawah mistar.”
***
Barusan saya akui kalau saya melakukan kesalahan bodoh sekali. Kemarin saya add friend seorang kenalan dari kementrian luar negeri berharap bisa meluruskan hal-hal yang simpang siur yang menimpa sebagian besar TKI ilegal yang hendak memanfaatkan periode amnesti dari pemerintah Saudi.
Tololnya saya, terlampau memasang harapan terlalu tinggi. Belum lagi saya memaparkan pertanyaan saya, yang bersangkutan sudah memberikan penilaiannya dengan statusnya di wall. Ah, jawaban yang saya tunggu-tunggu persis seperti jawaban yang selama ini beredar di lapangan . Tak ada solusi. Hanya ada sebuah harga mati, “Kita sudah berbuat maksimal. Ini salah si A, ini masalahnya adalah si B.”
Belum komentar beberapa ‘teman’nya yang menyindir, “Ah, mau kerja kayak apa juga, kita pegawai pemerintah yang akan terus disalahkan.”
Atau, “Mbak, kritik itu emang lebih gampang. Lebih gampang jadi penonton emang. Daripada bekerja langsung di lapangan.”
Lho? Satu-satunya pihak yang BISA-MAMPU-PUNYA KUASA untuk mengurai kesimpangsiuran tersebut adalah pihak konsulat pemerintah Indonesia di Jeddah. Saya, dan teman-teman lain yang hanya ingin berbagi kepedulian terhadap sekitar 150 ribu TKI ilegal di sana, bisa apa?
Saya sudah 3 bulan hengkang dari Saudi. Sudah tidak ada urusan. Saya seharusnya tak perlu sibuk bertanya-tanya, berusaha mencocokkan kondisi di sana (tiap hari saya ikuti perkembangannya via berita-grup teman-teman di Jeddah, kirim message ke orang-orang yang kira-kira bisa membantu), saya dan keluarga sudah hidup TENANG nun jauh di Irlandia sini.
Lebih lucu lagi kalau ada yang mengeluhkan kecilnya gaji PNS kepada saya? Coba keluhkan kepada atasan kali, boo . Saya bisa bantu apa? Sibuk mencecar bahwa betapa capeknya mereka mengurusi puluhan ribu orang ini tapi tetap saja dimaki-maki.
Lantas, kepada siapa saya atau MEREKA harus mengadu? Kemarin di sebuah grup, yang belakangan postingannya dihapus oleh pemosting, ada yang meledek, “Tanyakan pada rumput yang bergoyang.”
Pihak konsulat adalah perpanjangan tangan pemerintah Indonesia di luar negeri. Tugas Anda memang bukan untuk menuai pujian atas tugas-tugas yang SUDAH SEHARUSNYA kalian laksanakan, kan? Dan menolak kritikan yang ada tanpa mampu menunjukkan kerja optimal? Masalahnya, konsulat dari negara lain seperti India dan Filipina, mampu menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik .
Saya dan teman-teman berusaha mengerti betapa capeknya staf KJRI Jeddah sekarang menghadapi serbuan lebih dari 100 ribu TKI ilegal. Tapi adanya pihak-pihak yang mengeluarkan seruan bahwa, “KJRI ketiban sial!” pun adalah sesuatu yang TIDAK PANTAS, kan? Mau berapa ratus ribu TKI yang mungkin di mata Anda “bodoh” “anarkis” “salah sendiri ke luar negeri cuma bisa planga plongo”, ITU TUGAS ANDA LHO YANG MELINDUNGI MEREKA DI SANA.
Tidak setuju? Merasa gaji tidak sepadan? Lantas, mengapa memutuskan jadi pegawai pemerintahan? .
Teman baruku di friend list, maafkan ya, eike sudah berkomentar panjang dan banyak di wallmu barusan . I just can’t get it. Kalian sudah terlambat memberikan respons, baru ribut-ribut setelah sisa amnesti hanya menyisakan waktu 2 minggu lagi? Sekarang meledek kami yang protes sebagai pihak yang “tidak tahu masalah hanya bisa memprotes.” Adakah hal lain yang mampu kami lakukan untuk membantu teman-teman TKI ilegal di sana?
Apa perlu penggalangan dana sementara yang mereka butuhkan adalah SURAT-SURAT dan kelengkapan dokumen yang hanya mampu dikeluarkan oleh pihak KONSULAT?????? Tersandung peraturan kah? Peraturan apa? Tak bisakah ada perhatian lebih dan perubahan yang dilakukan karena ini menyangkut nasib sekitar 150 RIBU ORANG WARGA INDONESIA yang sering disanjung-sanjung sebagai PAHLAWAN DEVISA?
Ah pemerintah, status ilegal mereka tak pernah menghalangi kalian menerima uang hasil kerja mereka? .
***
Seorang KIPER pasti sudah tahu konsekuensi posisi mereka. Setidak tenar apa pun mereka, sesedikit apapun sanjungan untuk mereka, bahkan setelah tim mengangkat tropi kejuaraan, mereka pasti akan melangkah memasuki lapangan dengan hati kuat, “Whatever it takes, I will go there and fight till the end.”
Kalau tidak suka, jadilah striker, ganti statuslah menjadi gelandang. Simpel kan?
Apa pun pilihan pekerjaan yang kita jalani, just BE THE MAN! Mau kaya? Jangan jadi pejabat pemerintahan! Logically, it’s a wrong position for catching more money (secara HALAL!).
Setiap keluhan yang gak nyambung yang Anda suarakan hanya akan makin menambah sakit hati mereka. Karena kalau boleh mereka pun akan BERTANYA, “Kalau kami ini bodoh dan kurang pendidikan, kalau kami ini pun terpaksa MENGEJAR REZEKI hingga ke luar negeri dengan posisi non formal seperti sekarang, ITU SALAH SIAPA????”
Answer that question!
Jabatan itu bukan masalah KEKUASAAN tapi PENGABDIAN. Atau memang sepenggal lirik lagu dari Iwan Fals tak bisa kita tampik lagi bahwa, “Kesedihan hanya tontonan, bagi mereka yang diperbudak jabatan” (Lagu “Bongkar”).
***
As PNS, like this.Setuju, Jihan. Kalau sudah memutuskan buat jadi PNS harusnya emang sadar aja kalau itu adalah pilihan , untuk lebih mengabdi dan jangan berharap kaya kalo jadi PNS —> itung-itungan karir dan gajinya kan sudah jelas terpampang nyata sejak awal. Maybe I’m a little bit rude dan kesannya nyinyir about this di tengah teman-teman, tapi kalo ada teman yang gaya hidupnya tinggi, kita yang ikutan waswas. Soalnya sebagai PNS kebaca kok kemampuan kita memiliki rumah dan kendaraan dan kawan-kawannya semacam apa. Jangan karena nila setitik rusak susu segelas. Kalau mau kaya dengan halal, keluar saja sana dari PNS. And I and hubby don’t believe dengan frasa uang terima kasih dan segala penghalusan sebutan untuk uang atau natura yg diberikan ke PNS. As PNS, apapun yg kita terima dari masyarakat yg kita layani selain dari gajimu (yang saat ini sudah cukup itu thanks to renumerasi) , artinya mengambil yang bukan bagian kita.Ah jadi panjang maaaaapp curcol pula.
Btw, I’m a biig fan of Tim Oranye. Tapi aku rela kok Spanyol waktu itu menang. They’re that good.
Semoga Mbak Sondang saja jadi ‘bos besar’ di instansi mu sekarang Mbak. Aamiiinnn :). Eh, apa udah ya jangan-jangan? 😀
belum Jihaaan aku masih di kasta terbawah makanya cuma bisa nyinyir sama temen hahaha tapi aku aminkan aja yes. Ini kan juga selfnote buatku, setidaknya meski udah say no to money gak jelas, juga jangan korupsi waktu dan kalo melayani sebaik-baiknya. Pencerahan begini juga baru datang kok, dulu dulu aku masih suka malu liat cara kerjaku.
Casillas, gituuuuuu…. 😀
Udah, komennya segitu aja, drpd mleber kemana2…. 😆
Mak Sondang, I heart you, deh…! 😀
Ahahahhahahahahha, akyu duluaaaannnnnn :P. Cari kiper lain gih ahahahhahaha
ya udah, aku buffon aja…. *pundung* 🙂