Kisah tentang Kota Jeddah Arab Saudi.
Oleh : Jihan Davincka
(dimuat di Leisure-Republika, Agustus 2012)
***
Corniche Road
Salah satu julukan yang disematkan untuk kota Jeddah Arab Saudi adalah “Pengantin Laut Merah.” Tidak salah. Karena kota ini memang bersinggungan langsung dengan pesisir Laut Merah. Jalan raya di tepian pantai tersebut dikenal dengan nama Corniche Road.
Corniche Road ini tidak hanya berupa satu jalan panjang yang sambung menyambung. Tapi terbagi atas dua bagian, terletak di distrik Al Hamra dan distrik Ar Rawdah.
Yang wajib dikunjungi kala melintasi Corniche Road di sepanjang Ar Rawdah adalah Masjid Apung. Nama aslinya adalah Masjid Ar Rahman. Diberi julukan “Masjid Apung” karena sebagian pondasinya terletak di dasar laut. Sembari menunggu waktu salat tiba, biasanya para jemaah asal Indonesia berfoto di tepian pantai di sisi kanan masjid.
Saya kurang tahu apa yang menyebabkan masjid ini bisa menjadi tempat wajib buat para jemaah asal Indonesia. Ada yang bilang kalau dulunya salah satu khatib di masjid ini adalah seorang imam asal Indonesia. Entah betul atau sekedar rumor saja.
Sedangkan “King Fahd’s Mountain” adalah salah satu tempat menarik untuk disinggahi di Corniche Road di sepanjang distrik Al Hamra. Air mancur ini merupakan air mancur tertinggi di dunia. Sanggup memancarkan air hingga ketinggian 312 m di atas permukaan laut Merah.
Air mancur ini hanya beroperasi saat senja menjelang hingga waktu subuh. Jadi pastikan melewatinya di malam hari.
Di sepanjang Corniche Road mudah ditemui hotel berbintang lima. Selain hotel kelas atas, terdapat pula banyak apartemen-apartemen mewah. Berbagai macam theme park (tempat hiburan buat keluarga) juga hadir.
Saat akhir pekan, hari kamis dan jumat, sepanjang tepian pantai akan ramai didatangi banyak orang. Pada umumnya mereka ke pantai untuk piknik. Orang-orang Arab akan datang beramai-ramai, menggelar tikar, membawa termos dan penganan, duduk bersantai hingga larut malam tiba.
Corniche Road juga menjadi tempat rutin untuk berburu obyek foto-foto yang menarik. Yang mempunyai hobi fotografi sering menjelajahi berbagai area di sepanjang jalan ini untuk merekam jejak alam yang indah di sekitar pantai.
Balad, Kenangan Jeddah di Masa Lampau
Mungkin distrik Balad ini yang paling terkenal untuk jemaah asal tanah air. Disinilah terdapat Corniche Commercial Center yang dikenal sebagai pasar Balad. Tempat ini hampir selalu menjadi tujuan para jemaah Indonesia saat berburu oleh-oleh.
Tapi sebenarnya Balad menyimpan banyak kisah tentang Jeddah di masa lalu. Distrik Balad ini dulunya merupakan pusat kota Jeddah. Konon, kota Jeddah ini tadinya hanya sebuah kota nelayan kecil. Lalu perlahan-lahan membangun diri menjadi salah satu kota metropolitan dunia.
Sisa-sisa bangunan tempo dulu yang usianya ada yang di atas 100 tahun masih banyak tersebar di Balad. Arsitektur bangunannya cukup khas. Bentuknya seperti kotak yang dilapisi jendela-jendela kayu berwarna coklat. Ada sebuah wilayah khusus yang dipugar dan dilindungi oleh pemerintah. Wilayah ini bernama “Historic District.”
“Historic District” merupakan sebuah kawasan yang terdiri dari beberapa bangunan lama yang sudah tidak ditinggali lagi. Namun bila kita menyusuri jalan-jalan kecil ke dalam kompleks ini, kita bisa menemukan beberapa tunawisma yang memanfaatkan bangunan kosong ini sebagai tempat tinggal mereka.
Beberapa bangunan seperti hotel dan kantor pemerintahan juga masih mengusung arsitektur khas Arab tempo dulu. Seperti misalnya hotel Radisson di Madinah Road. Diberi aksen jendela-jendela coklat kayu yang mengelilingi keseluruhan bangunan.
Pasar-pasar khas Arab juga banyak di daerah Balad. Jangan terpaku di Corniche Commercial Center saja. Ada Bab Shareef, dimana Anda bisa menemukan macam-macam kaftan dan pashmina yang bisa dibeli grosiran. Harganya tentu lebih murah. Jangan lupa ke Bab Mekkah melihat-lihat karpet dan berburu oleh-oleh khas negeri gurun ini.
Untuk membeli abaya tidak perlu jauh-jauh. Abaya di Madinah memang terkenal dengan harganya yang murah tapi bahannya kurang bagus. Mampir saja ke Queen’s Building yang terletak di belakang gedung Corniche Commercial Center. Rupa-rupa abaya dengan harga variatif bisa Anda dapatkan di sana.
Kota Super Mal
Karena seringnya berbelanja di seputaran Balad saja, tak banyak yang tahu betapa banyaknya mal besar di kota Jeddah Arab Saudi ini. Bukan main pembangunan mal di kota besar yang berjarak sekitar sejam dari kota suci Mekkah ini. Ada belasan bangunan yang tersebar di berbagai penjuru kota.
Salah satu yang terbesar adalah Red Sea Mall. Letaknya agak jauh, di sebelah utara pinggiran kota Jeddah. Bangunannya berlapis kaca dimana-mana. Wah, saya sendiri kepayahan saat mencoba menjajal habis seluruh sudut mal ini. Ada juga Mall of Arabia yang tak kalah megahnya. Mal ini terletak di Madinah Road, dan pasti akan terlewati dalam perjalanan pulang-pergi antara Jeddah Arab Saudi – Bandara Internasional King Abdul Aziz.
Para pencinta barang-barang bermerk kelas atas jangan sampai melewatkan Tahlia Street yang borju. Disinilah banyak bertebaran gerai-gerai internasional ternama, baik yang berdiri sendiri maupun yang terdapat di dalam mal.
Ada bangunan Versace berwarna emas yang khas yang berdiri megah di salah satu sudut jalan. Al Khaiyat mal yang memamerkan brand kelas atas seperti : Gucci, Saint Laurent, Louis Vuitton, Armani, juga Dolce & Gabbana.
Beberapa mal ‘mewah’ yang berjajar di sepanjang Tahlia Street antaralain : Nojoud Center, Le Mall, Jeddah Mall, Tahlia Roshana Center, Tahlia Shopping Center, dll.
Harga barang-barang merek ternama ini akan lebih murah daripada harga barang yang sama di tanah air. Mungkin karena negara Saudi tidak menerapkan aturan pajak apa pun. Bolehlah membeli beberapa untuk selanjutnya ditawarkan kepada kerabat di tanah air.
Kuliner internasional papan atas juga ikut meramaikan hiruk pikuk di salah satu jalanan utama kota ini. Istimewanya lagi, kuliner di Saudi ini dijamin kehalalannya oleh pemerintah. Jadi, silakan sepuasnya bersantai di restoran kelas dunia yang ada di Tahlia Street.
Mal-mal lainnya yang cukup terkenal dan terletak di jantung kota adalah : Andalus Mall, Aziz Mall, Serafi Mega Mall, Roshan Mall, Star Avenue, dsb. Bermunculan pula mal-mal baru dengan ukuran tak kalah besarnya seperti : Haifa Mall dan Central Park.
Jeddah yang Bertabur Monumen
Sekedar menyusuri jalanan kota Jeddah Arab Saudi saja mata kita akan dimanjakan oleh banyaknya monumen yang bertaburan. Sepeda raksasa di Sitten Street yang terkenal dengan istilah ‘Sepeda Nabi Adam’ itu cuma satu diantara seribu.
Monumen-monumen ini tertata rapi, dibangun cantik, memenuhi segala sudut kota. Mulai dari ruas jalan, persimpangan, sambungan jalan, sampai ke tepian pantai. Ada yang berupa bangunan yang bentuknya kompleks, tapi banyak juga yang hanya berupa bangunan kecil nan unik. Misalnya : jangka raksasa, alat-alat pertukangan (linggis, palu, dll), benturan mobil warna warni pada sebuah dinding, bola dunia, sampai berupa tangan raksasa yang terkepal dengan gagahnya.
Corniche Road juga merupakan pusatnya monumen-monumen unik. Sembari menikmati suasana pesisir, jangan lupa mengedarkan pandangan melihat-lihat bangunan-bangunan seru yang berjejer di jalanan pantai ini.
Favorit saya pribadi adalah “The Giant Lantern”, 4 lentera raksasa berdiri perkasa di salah satu jalan protokol, King Abdullah Road. Jika terlihat di siang hari, monumen ini hanya berupa lampu-lampu besar penuh debu tanpa warna. Tapi cobalah melewatinya di malam hari. Lentera raksasa ini akan berselimutkan cahaya warna warni laksana lentera dari negeri dongeng.
Jalan-jalan di Kota Jeddah?
Sebenarnya tidak perlu waktu lama untuk menyusuri berbagai tempat tadi. Karena infrastruktur jalanannya yang cukup bagus. Jalanan di Jeddah Arab Saudi lebar dan mulus. Kemacetan juga jarang terjadi.
Kalau Anda adalah jemaah umrah dan haji, mungkin bisa menghubungi pengawas rombongan. Pengawas biasanya ada yang memang bermukim di negara Saudi. Para pengawas ini punya kenalan supir-supir yang juga berasal dari Indonesia. Mungkin Anda bisa memanfaatkan jasa mereka.
Nah, ini adalah salah satu contoh tulisan jalan-jalan yang pernah dimuat di Republika. Ini naskah aslinya :D.
saya suka, deh, lihat foto Giant Lantern 🙂
wah, keren2 ya monumennya.
Meski blm pernah nginjek arab,selesai baca tulisan mba jihan berasa ikut jalan2 gratis.hiihiihii..bahasanya asik bgt,nggak bikin bosen..fotonya jg keren skali 🙂
keren tulisannya, bisa ngebayanginnya langsung. semoga suatu saat bisa kesana. amin 🙂
kapan y saya bisa Al Hamra lagi#Corniche.tempat yg indah
MasyaAllah pengen bgt tinggal disana