Ini nih, tempat yang seharusnya dikunjungi pas januari 2011. Pas Jeddah tengah dilanda banjir :D. Gara-gara banjir, buyar semua rencana jalan-jalan ke Madain Saleh Arab Saudi di awal tahun itu.
Sempat sudah putus asa mau ke sana. Soalnya tempatnya jauh, booo. Kalau cuma berempat bareng suami dan anak-anak, ogah amat hihihi.
Madain Saleh Arab Saudi terletak sekitar 400 km dari Madinah. Madinah sendiri 400 km dari Jeddah. Ya dikira-kira sendiri itu jauhnya dari Jeddah *ngelapKeringat*.
Eh, di akhir 2012 kemarin, ada rencana untuk konvoi ke sana. Langsung tunjuk tangan paling tinggi. Kebetulan pula, kami kan sudah mau final exit di bulan Februari 2013. Alhamdulillah, rencana berjalan lancar *tepukTangan* … dan inilah cerita jalan-jalan kami waktu itu :).
Al Ula
Tempatnya terletak di Kota Al Ula. Kota ini cukup khas. Pemandangannya unik. Tidak seperti kebanyakan kota di Saudi yang didominasi oleh pegunungan batu abu-abu dan padang pasir, di kota ini banyak gunung-gunung batu dengan warna coklat.
Sebagian besar sudah terpahat. Bukan sengaja dipahat. Tapi terpahat sendiri oleh alam. Kesannya sih jadi kayak The Grand Canyon di Amerika Serikat sana. Iya gitu? Iya-in ajalah hihihhi.
Jadi, kita ini pada ke Madinah dahulu sebelum ke Al Ula. Menginap semalam di hotel. Sehabis salat subuh di Nabawi (aih, kangennya *hapusAirMata*), sarapan di resto hotel, baru deh kasak kusuk di lobi siap-siap menuju Al Ula.
Dari Madinah ke Al Ula lumayan pegel…400 kilo gitu lhoooo :P. Tapi di perjalanan, ditunjang dengan jalan tol mulus nan lebar, bapak-bapak ngebutnya enggak kira-kira. Sekitar 3 jam sajahhh nyetirnya :D. Kalau jalanan yang sepi-sepi gini diperkirakan enggak ada si Saher, kamera pengintai batas kecepatan di jalanan tol.
Di Al Ula, sampai 2x ngisi bensin hihihi. Iyalaaahhh, ngebutnya enggak tanggung-tanggung, bensin langsung jebol. Mumpung seceng per liter ya, Kakaaaa ^_^.
Madain Saleh Arab Saudi / Al Hijr
Nama asli tempat ini adalah Al Hijr. Tapi, konon tempat ini dulunya adalah tempat bermukimnya Kaum Tsamud, kaum yang dilaknat Allah pada masa Nabi Saleh. Makanya disebut-sebut sebagai Madain Saleh.
Madain, dari kata Madinah. Madinah, dalam bahasa Arab artinya kota. Madain = sekumpulan kota. Sedangkan Al Hijr artinya pegunungan batu. Cocok lah. Secara isinya memang jajaran bukit-bukit batu.
Sebelum memasuki Al Hijr, kita sudah menyewa seorang pemandu. Selain untuk memandu acara jalan-jalan kita, beliau juga yang membantu mengurus surat tasrikh (semacam surat izin) untuk memasuki tempat tersebut. Masuknya sih gratis, tis, tis *tepukTanganLagi*. Tapi kudu pakai tasrikh itu.
Kereta Api dan Stasiun Tempo Dulu
Dari pintu masuk, mampir ke sebuah tempat yang ada kereta apinya gitu. Tentu saja, begitu mobil parkir, anak-anak dah kesetanan berlarian ke sana hihihi.
Langsung merubung dekat kereta api. Ternyata ini adalah kereta api peninggalan dari Kekaisaran Ottoman yang pernah menguasai jazirah Arab termasuk daratan Arab Saudi.
Kereta api, lengkap dengan stasiunnya, dibangun untuk mengangkut jemaah haji menuju Mekkah. Di masa Perang Dunia 1, tempat ini sempat hancur akibat perang lokal di sana. Pemerintah Saudi kemudian merenovasinya dan dijadikan tempat wisata :).
Rangka keretanya masih asli, lho. Hanya dicat ulang saja ;). Demikian pula bangunan-bangunan di sekitar tempat itu. Masih asli, hanya dipermak ulang.
Kuburan di Bukit Batu
Setelah susah payah nangkepin bocah satu-satu untuk digotong masuk mobil lagi (pada norak liat kereta siiiihhhh -_-) … lanjut lagi acara membedah Madain Saleh Al Hijr-nya. Ngikut di belakang mobil jip-nya si pemandu aja.
Kami berhenti kembali di sebuah tempat yang dari jauh kayaknya cuma perbukitan batu biasa. Setelah turun dari mobil, baru terlihat, bukit-bukit batunya sudah dipahat menjadi bangunan-bangunan tertentu.
Kirain rumah tinggal. Walau tak ada jendela tapi ada pintunya. Ternyata…kuburan *hiiiyyyy*. Jadi, dulu itu, jasad orang mati tidak langsung dikubur. Tapi ditaruh di depan pintu bangunan yang menjadi kuburan tadi. Dibiarkan agar para Elang berdatangan dan memakan daging si mayat. Nah, sisa tulang belulangnya yang dimasukkan ke ruangan kuburan itu.
Makanya, di atas pintu bangunan ada gambar elang-nya. Kenapa mesti elang bukan rajawali atau burung pemakan bangkai sekalian? Mana gue tauuuuuu… hahahahaha *dikeplakPembaca* :P.
Btw, bangunan-bangunan tersebut bukan peninggalan Kaum Tsamud. Melainkan sisa-sisa pemukiman suku Nabatean yang diperkirakan tinggal di sana sekitar abad pertama Masehi. Suku Nabatean ini juga yang meninggalkan warisan budaya yang super keren di Petra, Yordania. Belum sempat ke Petra, ya enggak apa-apalah liat-liat versi lainnya di Al Hijr-nya dulu hehehe.
Sebentar, tahu Petra kagak nih? :P. Cek google ya ;). Konon Petra ini adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi sebelum ajal tiba :D. Saking uniknya gitu kali, ya.
Ad Diwan
Sehabis lihat-lihat kuburan, sekarang dibawa ke Ad Diwan. Ini juga peninggalan dari Suku Nabatean. Ad Diwan ya dari bukit-bukit batu yang dipahat juga. Tapi ruang tengahnya lebar, enggak pakai pintu.
Tempat ini dijadikan tempat pemujaan oleh kaum Nabatean tadi di Madain Saleh. Makanya, ada semacam batu persegi di tengah-tengah ruangan, yang kira-kira dijadiin meja kali, ya.
Sebenarnya tempatnya luas banget. Masih banyak yang bisa dlihat. Tapi udah keburu sore. Sehabis dari Ad Diwan, kami pun beranjak pergi dari sana.
Informasi tambahan, nih. Di tahun 2008, tempat ini resmi dijadikan “Warisan Budaya Dunia” oleh UNESCO :).
***
Btw, para madam kagak ada suaranya selama di sana? Kata siapeeeee hihihihi. Tentu sajah, selain sibuk ngangon bocah :P, kita pun sibuk memaksa para suami moto-moto kita hahahaha. Abisnya para suami sibuk moto-moto pemandangan. Pemandangan yang paling bagusnya malah dianggurin *benerinPoniBerjamaah* hahahaha.
Nah, keluar dari sana, kami pun makan siang bersama. Well, semacam late-lunch gitu kali, ya :P.
Iya sih, lapernya minta ampun waktu itu hihihi. Kami bawa bekal dari Madinah. Umm..dari Jeddah sih tepatnya hehehe. Masak nasi aja kali sempat di hotel pas di Madinah. Lauknya sudah disiapin dari Jeddah ;). Kota super mungil macam Al Ula di mana pula mau cari rumah makan? 😛
Seperti biasa, orang Indonesia ya, ke mana-mana gerombolan nenteng tiker sama rantang hahaha. Digelarlah aneka menu borongan dari bagasi mobil masing-masing di atas hamparan tikar. Ih, kalau diingat-ingat lagi terharu banget :).
Ingat dulu di Jeddah ke mana-mana selalu ramai. Sering konvoi sampai 10 mobil malah pas ke Al Hijr itu ^_^. Ngikik-ngikik di jalan, narsis-narsisan sambil foto-foto. Segala macam snack sampai ikan kering juga digotong kalau pas acara jalan-jalan ke luar kota :D. Sambel ijonya si Madam Mira yang tak terlupakan pedesnya hahaha. Eaah, kenapa ini malah bahas makanannya hihihihi 😛 *ngakakLaper*.
Kalau diingat-ingat lagi, senyum-senyum iya, tapi rasa pengin mewek juga selalu ada. Cengeng, cengeeengggg :D.
Semoga suatu hari bisa bertemu kembali dan kumpul-kumpul seperti dulu. Meskipun bukan di Saudi lagi :). Jalan-jalan ke tempat lain selain Madain Saleh Al Hijr ini :D.
“Memories warm you up from the inside. But they also tear you apart.”
― Haruki Murakami, Kafka on the Shore
Dan akyu pun nangis beneran deh sekarang, hiks. Mesti lho yaaa, mesti banget ada drama-nyaaaaaaa …. *nyengirSambilMewek*.
***
Rantangnya warna warni gitu kak.. tebing2nya kaya di pahat, atau emang di pahat?
Tebing yang mana duluuuu, kalau yang dalam Al Hijr memang sengaja dipahat. Kalau tebing liar di kota Al Ula-nya sih terpahat sama air hujan dan angin saja 😉
walau pun panas tapi tetep semangat ya mbak,,,^^
Bulaan desember itu seperti puncaknya musim dingin di Saudi sihh sebenarnya hehehe. Tapi di Al Ula dan Al Hijr enggak gitu dingin. Sekitar 14 derajat waktu itu. Lumayan menggigil sih karena kita udah biasa di suhu 35 an derajat ;). Itu kan pada pakai jaket tuh hihihihihi.
ngelihat batu2 yg dipahat itu kaya di negeri antah berantah, di dongeng2…
Keindahan alam memang tak tergantikan yak ^_^
ini mewek karena kangen jeddah, kangen para madamnya, apa.. kangen sambelnya si madam mira sih, madam…? 😆
rasanya ada yang lagi homesick deh iniiii….
*pukpuk*
*benerin poni basah kena air mata* 😀
Laper sih sebenarnya hahahahahaha… Iya nih, homesicknya harusnya ke Indonesia ya. Kok homesick sama Saudi? hihihihi *sokArab* 😛
The views are wonderful. 😀
Indeed 🙂
subhanallah… cantiik.. semoga bisa ke sana.. aamiin..
salam kenal mba 😀
Aaaaa cakep banget tempatnya.
semua harus pakai baju hitam gitu yaa?
Kalau di Saudi wajib pakai abaya di tempat umum 🙂
seru banget mak…kpn ya kesana… 🙂
uwahhh..seru bangetttt 😀
suka kata terakhirnya , memories also tear u apart 😉
Kenangan bareng sahabat sahabat yg udah terpisah kadang selalu bikin melankolis hehe
Salam kenal mba Jihan….”Salamiki”
Wah… bagus bnget mb…. tulisanny baguss…
wah mantap, baru tahu.
ternyata ga semua peninggalan sejarah itu dicuekin di Saudi ya..
sayang jauh banget ya, secara kalo ke KSA fokus nya hanya alharamain aja…
di al ula memang indah pemandangan nya…gunung terpahat sungguh menakjubkan….subhanallah.kapan ke sana lagi..kangen