Sesuai dengan aturan terbaru, semua orang yang datang dari luar negeri SEBAIKNYA membawa hasil tes PCR negatif yang masih berlaku (kalau gak salah maksimal 7 hari setelah tes, cmiiw).
Versi vlognya di sini ya:).
Kalau bawa surat keterangan tes PCR negatif, tinggal tunjukkan ke petugas dan bisa langsung melanjutkan perjalanan.
Bagaimana KALAU ENGGAK BAWA?
Karena sayangnya, di banyak negara, tes PCR itu available bagi yang sakit saja. Kalau pun ada harganya sangat mahal.
Yup, it happened to my family hehehe.
Kalau kasusnya begini, maka kita harus melewati proses karantina sambil menjalani tes PCR. Setelah hasil PCR keluar dan negatif baru bisa melanjutkan perjalanan.
Prosedurnya kira-kira begini :
1. Perhatikan saat boarding, ada form yang harus diisi. Bentuknya bisa hardcopy, ada juga yang via aplikasi katanya.
Pengalaman saya, dikasih kertas dan harus diisi sebelum naik pesawat.
2. Tiba di Soetta, turun dari pesawat, semua penumpang harus melakukan registrasi sebelum melewati pintu imigrasi. Isi form lagi. Data-data yang diminta mirip-mirip sama form sebelumnya.
Setelah isi form nanti satu persatu dicek suhu + denyut nadi (atau apalah itu namanya, alatnya ditempelin ke jari tengah gitu-gitu deh).
Lalu menuju loket untuk melakukan rapid test. Pengambilan darah di jari dengan ditusuk pakai jarum kecil. Hasilnya cepet, kok. 5-10 menit, tergantung antrian.
Jangan khawatir, walau pun antrian mungkin panjang, sudah disediakan KURSI-KURSI yang sudah dijejer dengan jarak tertentu yang mengikuti aturan social distancing.
Jadi kalok lama pun enggak pegel berdiri lama-lama. Lebih tenang juga kan kalok bawa anak hehehe. Tiga pulak #eh hahahahaha.
3. Jika rapid test hasilnya negatif segera menuju loket imigrasi terus ambil barang. Menunggu bus untuk menuju tempat karantina.
4. Pilihan karantina ada 2 :
a. Wisma Atlet Pademangan / Kemayoran.
Di sini segala akomodasi gratis. Dapat makan 3x sehari dan snack 2x sehari, total 5x pembagian makanan tiap hari. Tempatnya bersih dan nyaman kok.
Makanan sih enak-enak loh. Beneran. Enak. Hehehe. Tapi porsinya memang tidak banyak. Tiap kamar maksimal 3 orang. Dilengkapi AC walau tidak ada TV dan tidak ada koneksi internet gratisan.
b. Hotel (yang ditunjuk khusus oleh pemerintah)
Kalau memilih hotel, harus bayar sendiri. Tapi makanan 3x sehari disediakan gratis. Makanan dan air mineral selama di hotel juga ditanggung pemerintah.
Makanya, sama kok itu makanannya di hotel dan di wisma hehehehe.
Bedanya, kalau tinggal di hotel TIDAK disediakan snack. Hanya makan 3x sehari. Sisanya ya go food :p. Boleh go food, selama di hotel maupun di wisma.
Kami sekeluarga milih hotel biar lebih nyaman aja karena berlima ini dan pengin sekamar semua.
Dan sungguh kutidak terbayang, gimana caranya menjinakkan tiga anak selama berhari-hari kalo gak ada tipi gak ada internet hahahaha.
Mayoritas masuknya ke Holiday Inn Kemayoran kayaknya. Rincian biaya per orang 700 ribu rupiah/malam/kamar. Setiap penambahan orang di kamar yang sama dikenakan tambahan biaya 75 ribu rupiah/orang/malam/kamar.
Kami berlima dapat satu kamar, kok. Kayaknya udah maksimal ini. Kalau berenam mungkin gak boleh.
5. Walau memilih karantina di hotel, dari bandara, semua penumpang diangkut dengan bus khusus menuju Wisma Atlit. Angkutannya juga gratis. Nanti dari wisma baru dibawa ke hotel.
6. Tiba di wisma, nurunin barang dan angkat barang masing-masing ke ruang tunggu di dalam. Antri + isi form lagiiiiiiiiiii #pijetkening.
Again, no worry. Selalu disedikan kursi yang sudah diatur berjarak.
Di sini dijelasin soal prosedur karantina dan tes PCR / swab. Biasanya tes PCR itu dimulai jam 8 pagi setiap hari. Karena kami waktu itu tiba di wisma sudah jam 10 pagi, maka tesnya ikut batch besok harinya.
Setelah registrasi (lagi) dan dicek satu-satu oleh petugas, bagi yang memilih karantina di wisma segera dibagikan kamar. Yang mau ke hotel, menunggu bus jemputan dari hotel.
7. Tiba di hotel? Registrasi lagiiiiiii. Gusti Allah hahahaha. Data yang diminta itu-itu juga.
Jiwa IT ku langsung memberontak. Ini gimanaaaa gak dikomputerisasi aja biar cuma ngisi sekali.
Namun bisa dipahami. Prosedurnya memang mendadak dan dinamis jadi mungkin sulit di-automasi. Butuh proses yang cepat. Birokrasi kita agak repot. Nanti kalau penunjukan langsung untuk proyek ini, netijen pada ngamuk lagi nuduh macam-macam.
Kalo kudu tender lagi ya mana sempet. Jadi sabar aja ngisi segabruk form hehehehe.
8. Selama karantina, resmi jadi ODP (orang dalam pengawasan). Gak boleh keluar-keluar kamar. Jadi segala-gala dianterin ke kamar. Go food pun tinggal mencet, tau-tau udah nongol pesanan depan pintu kamar.
Boleh kabur? Boleeeeeh, kalau bisa melewati para tentara yang berjaga di pintu hotel hahahaha :p. Selain nakes, petugas juga ada yang dari TNI. Tapi ramah-ramah semua kok.
Paling galak dikit kalau ada yang enggak mau antri atau disuruh duduk malah berdiri rame-rame gitu-gitulah.
9. Besoknya tes PCR. Tes PCR gratis buat semua peserta (baik yang menginap di wisma maupun hotel).
For info, tes PCR di negara-negara Eropa umumnya berkisar 200-250 euro. Di UK, 200 pounds. Di Irlandia malah tidak boleh tes PCR sama sekali kalau enggak sakit walau bersedia membayar.
Kalau peserta tes di hari itu melebihi 50 orang di hotel yang sama, maka tes langsung dilakukan di hotel. Tapi kalau jumlah peserta lebih sedikit, diangkut lagi ke wisma pakai bus.
Sudah ada petugas yang mengatur semua. Kita tinggal tunggu instruksi.
10. Di wisma, tes PCR digabung dengan peserta yang karantina di wisma. Tapi antriannya dipisah. Jadi kalau peserta dari hotel diprioritaskan jadi cepet aja prosesnya.
Kira-kira waktu itu, peserta hotel sekitar 36 orang, dari wisma bisa ratusan (malah lebih dari 1000 apa ya).
11. Swab test sakit gak? Jujur ya, sakiiiiitttt huhuhu. Tapi prosesnya sebentar banget kok. Anak saya yang kedua menangis parah hahaha. Anak bungsu masih di bawah 5 tahun jadi tidak perlu swab, hanya mengulang rapid test saja.
12. Setelah swab test balik ke hotel lagi. Kembali menjalani karantina sampai hasil tes keluar.
Umumnya hasil tes diterima 2-5 hari. Teman saya ada yang cuma 2 hari. Ada juga yang 3-4 hari.
13. Hasil tes negatif akan diberikan semacam clearance letter untuk ditunjukkan saat check out dan ke petugas di pintu hotel. Kalau hasil tes positif katanya akan dijemput dan dibawa ke wisma untuk karantina khusus, cmiiw.
Apresiasi luar biasa buat pemerintah (baik pemerintah pusat dan pemerintah provinsi dan semuanya pokoknya) yang menyediakan fasilitas gratis dan nyaman untuk para ODP dari luar negeri.
Sudah banyak yang share kok pengalaman karantina di wisma Atlit. Makin ke sini prosesnya makin membaik (y). Secara umum prosesnya juga udah teratur banget. Seneng, deh. Antri nyaman karena duduk terus.
Pokoknya kalau karantina di wisma, enggak keluar biaya sepeser pun, kecuali buat go food atau beli pulsa internet hehehe. Di Singapura bayar dewe-dewe loh :p.
Penghargaan sebesar-besarnya buat para petugas yang memberi arahan, tentara yang berjaga, nakes yang sepanjang tugas pakai APD lengkap berjam-jam.
Yang jutek ya mungkin karena capek. Lumayan kan ngurusin ribuan orang tiap hari apalagi penerbangan udah hampir buka semua. Lebih kurangnya bisa ditolerir.
Demikian kira-kira prosesnya ya teman-teman. Semoga membantu. Buat teman-teman sesama repatriasi, selamat datang kembali di tanah air 🥰🙏💪.
View Comments (1)
panjang banget ya prosesnya, semoga keluarga kita senantiasa sehat selalu