“Kota di dalam kota” merupakan istilah yang cukup pas untuk menggambarkan fungsi Topkapi Museum di masa lalu. Salah satu situs bersejarah peninggalan Kesultanan Ottoman, bagian dari kekhalifahan Islam yang berakhir di awal abad ke-20.
Hampir 400 tahun, Topkapi Museum menjadi pusat kediaman Sultan di Kerajaan Ottoman. Sebelum akhirnya dipindahkan ke Istana Dolmabahce di pertengahan abad ke 19.
Sekitar 4 ribu orang diperkirakan bermukim di dalam kawasan Topkapi Museum. Termasuk 300 orang selir sultan yang tinggal dalam bangunan tertentu yang dikenal dengan istilah Harem.
Konon 1000 tukang masak istana harus menyiapkan makanan sebanyak 6 ribu porsi setiap harinya.
Malas baca panjang-panjang, rehat dulu nih nonton vlognya :p
Masih ingat serial The Magnificient Century dari Turki, berkisah tentang Suleiman The Magnificient, yang dikritik oleh beberapa kalangan muslim di tanah air karena dianggap sebagai “distorsi” terhadap ajaran Islam.
Seolah penggambaran bahwa Sang Sultan memiliki selir (tepatnya, ratusan selir!) dan gaya hidupnya saat itu hanyalah “rekaan” semata. Disangkanya raja-raja di masa kekhalifahan penjelmaan nabi semua apa
Mungkin inilah salah satu contoh glorifikasi terhadap masa lalu yang tidak terlalu berani diutak utik oleh para ulama di masa kini
Yang sering ditekankan adalah “indahnya masa lalu”, sempurnanya ajaran Islam pada masa kekhalifahan bla bla bla. Padahal jejak kehidupan mereka di masa lalu tak begitu sulit diurai dan ditemukan buktinya.
Seperti ada jarak antara kehidupan rasulullah dan para sahabat vs kehidupan modern. Padahal diantara jarak waktu ratusan tahun itu, many things happened. Many-many-many things
Oleh kalangan orientalis anti Islam, mereka menjadikan “catatan sejarah” ini untuk menyerang Islam. Beberapa kalangan muslim tentu membantah keras dan menganggap itu hanya rekayasa karena dari kecil kita sudah dibentuk dengan ajaran seperti itu. Betapa indahnya penerapan Islam di masa lalu bla bla bla.
Enggak heran pada teriak-teriak minta khilafah, yes?
Itulah gunanya menelisik sejarah. Tidak ada yang salah dengan aturan seperti ini di masa lalu. Perbudakan dan perlakuan terhadap kaum perempuan, adalah hal yang sangat-sangat lazim di masa lalu
Saya ingat pas ke monumen konfederasi di depan Capitol Building, Little Rock – Arkansas, saya bergumam, “Heran, orang yang ngotot memperjuangkan perbudakan kok ya dianggap pahlawan.”
Suami saya ketawa, “Elo pun kalau hidup di masa itu mungkin akan menganggap itu hal biasa.”
Yup, perbudakan bahkan baru benar-benar hilang dari kehidupan modern ini di abad 20 kali, ya. Karena pasca Perang Sipil 1965 pun tidak serta merta seluruh budak dibebaskan di semua wilayah Amerika Serikat.
Mungkin itu salah satu kepingan yang hilang dalam pendidikan tentang Islam di masa sekarang. Kita sibuk ngeyel dan malah menjadi bahan tertawaan para ahli sejarah.
Karena pada dasarnya mayoritas keagamaan kita lebih karena warisan. Berapa banyak sih yang benar-benar mau “belajar” Islam dan keluar dari zona nyaman berupa doktrin-doktrin dari masa kecil dulu? Geser dikit diteriakin liberal, bertanya dikit diserang dengan tuduhan “punya penyakit hati” hahaha.
Kita suka gagap menanggapi tuduhan kok bisa di alquran ada aturan-aturan memperlakukan budak. Faktanya, alquran turun di abad berapa dulu, Cuy? Abad segitu aturan begini-begini sangat visioner di masanya
Jangan heran jika penerapannya tidak bak-buk-bak-buk. Instead of mengancam dan memaksa agar budak dibebaskan otomatis, Allah menawarkan solusi khasnya, sebagai Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang : membebaskan budak diganjar pahala yang sangat besar
Secara halus, Islam sudah menegaskan, berabad-abad sebelum dunia modern berteriak-teriak terhadap HAM, salah satunya dalam surah Al Balad ayat 12-13, “Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan…”
Nggg…terus kok masih selir-seliran di era kekhalifahan ratusan tahun setelah alquran turun. Bukan ajaran Islamnya yang bermasalah, tapi umat di kala itu ya memang sanggupnya segitu
Makanya, yang beginian-beginian janganlah terus-terusan disembunyikan dan dianggap “tidak ada” atau pura-pura tidak tahu.
Kita tidak dibekali dengan “kisah nyata” dari masa lalu. Beberapa kalangan memberi alasan, “Ya nanti kalau dijelasin semua pada salah paham dan bingung. Jadi lebih baik memang dibahas yang bagus-bagusnya saja.”
Bukankah Islam adalah ajaran bagi mereka yang berpikir? Ya biarkan umat berpikir jangan dininabobokan dengan kisah-kisah absurd dan enggan menceritakan sejarah secara lebih komplit berdasarkan fakta. Ya gak, ya gak, ya gak?
Maaf ya, sekali-sekali memang harus diajak ngomong serius soal gini-ginian hehehe. Pengetahuan sejarah jangan dipilih-pilih
“The truth will set you free, but first it will piss you off.”
― Joe Klaas, Twelve Steps to Happiness
Anyway, biar enggak stres, nonton vlognya deh hahaha. Pemandangan cantik di sisa-sisa peninggalan Istana Topkapi Museum berusaha kami abadikan dalam vlog yang ini.
Ngerekamnya gantian, karena harus jagain anak-anak yang ketiduran depan museum hahaha. Suka duka traveling sama anak-anak kicik ya
Dari salah satu teras bangunan, kita bisa memandang bebas perairan di Selat Bosphorus dan wilayah Golden Horn.
Hingga kini, kawasan Topkapi Museum merupakan bangunan istana terbesar peninggalan masa lalu yang masih bisa dilihat dan dikunjungi.
Jumat barokah buat kita semua
And have a nice weekend