(dimuat di Majalah Parenting Indonesia, edisi Februari 2014). Tema tulisannya liburan anak di Irlandia.
Bersenang-senang di Irlandia
Oleh Jihan Davincka
Ternyata, negara yang lahan hijaunya banyak ini seru juga dijelajahi oleh keluarga. Ada apa saja, sih?
Republik Irlandia menguasai bagian selatan dari Pulau Irlandia. Jangan salah, tidak semua daratan pulau ini berada di bawah kedaulatan Republik Irlandia, lho. Irlandia Utara justru merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Inggris Raya.
Dan, tak hanya ibukota Dublin yang bisa dijadikan tujuan utama para turis asing. Wilayah di kota-kota kecil dan pedesaan Irlandia juga banyak menarik perhatian. Ya, lahan hijau negara ini banyak digunakan penduduk untuk pertanian dan peternakan. Selain itu, dataran Irlandia juga bertabur danau dan sungai-sungai.
Wilayah daratan tengah Irlandia, dikenal sebagai midland region, punya banyak kota-kota seru untuk disinggahi. Misalnya, Athlone, kota terbesar di midland, yang dilewati oleh sungai terpanjang di Irlandia, yakni Sungai Shannon.
Saat menjelajahi midland Irlandia ini, sebagian besar kiri dan kanan jalan disuguhi oleh pemandangan cantik khas pedalaman Eropa. Padang rumput warna warni lengkap dengan peternakan sapi dan dombanya. Asyik sekali, ya? Sesekali diselingi bangunan-bangunan, berupa rumah kecil bercerobong asap yang dicat warna-warna pastel yang cerah. Kebayang, kan, betapa indahnya. Yang pasti, banyak tempat-tempat seru yang bisa dikunjungi bersama anak-anak.
Glendeer Pet Farm
Lokasi: Athlone, Co.Westmeath
No. Telp./Website: +353 (0)90 6437147 / www.glendeerpetfarm.ie
Jam Buka: Di hari Senin hingga Sabtu, peternakan dibuka untuk umum dari pukul 11 siang hingga pukul 6 sore.Di hari Minggu, dibuka dari pukul 12 siang hingga pukul 6 sore.
Harga Tiket: 8 euro per orang, termasuk dewasa dan anak-anak. Note: 1 euro = Rp16.500. Anak-anak di bawah usia 18 bulan tidak perlu membayar.
Berkendara dengan mobil selama 15 menit dari jantung kota Athlone, tibalah kami di Glendeer Pet Farm. Peternakan ini khusus dibuka untuk umum. Biasanya, menjadi langganan wajib untuk kegiatan study tour bagi siswa-siswi sekolah dasar di sekitar wilayah Midland.
Begitu turun dari mobil, anak-anak, Nabil (5) dan Narda (2), sudah menghambur turun, tidak sabar ingin masuk ke dalam. Padahal, kami sengaja tidak memberitahu mereka kalau akan membawa mereka ke peternakan. Tapi, dari luar sudah banyak gambar-gambar hewan khas peternakan yang dipasang memenuhi dinding bangunan untuk mengucapkan “Selamat Datang”. Bahkan, sebuah replika sapi seukuran seekor sapi besar di pojok pekarangan sempat membuat si sulung grogi. Setelah ditunggu beberapa lama, patung tersebut tidak bergerak. Barulah dia sadar kalau itu cuma patung. Hahaha… Replika sapi ini benar-benar mirip, lho, dengan aslinya.
Pintu utama akan langsung membawa kami masuk ke dalam kafetaria. Ternyata, loket ada di kasir kafe tersebut. Setelah membayar, anak-anak dibekali 2 kantong kertas yang berisi makanan burung. “You can feed them inside using your own hands,” kata kasir sambil mengedipkan matanya pada anak-anak.
Deretan burung dalam kandang di sisi kiri dan kawanan anak-anak sapi, domba, dan kambing di sebelah kanan adalah pemandangan pertama yang ditemui saat memasuki areal peternakan. Burung unta langsung menarik perhatian si kecil. Burung besar yang tidak bisa terbang ini sepertinya sudah hafal, bila melihat pengunjung datang. Ya, artinya … saatnya makan! Ukurannya yang besar dengan paruh yang tidak kecil membuat anak-anak saya malah enggan mendekat.
“It’s too big…” Kata Nabil.
Narda ikut berceloteh, “Big, big biiiid…” Maksudnya, big bird.
Suami saya (Dani) akhirnya maju dan memberi makan si burung unta yang sedari tadi berusaha menarik perhatian kami dengan suaranya yang berisik.
Tak lama kemudian, anak-anak sudah berlarian menuju pagar pembatas kandang sapi, domba, dan kambing. Seekor domba kecil berhasil menyusupkan badannya ke luar kandang dan mengejar-ngejar si bungsu. Si kecil tadinya senang dan berusaha melemparkan makanan ke arahnya.Tapi, begitu ia mulai bosan, si domba kecil terus saja mengikutinya. Lama-lama Narda jadi takut dan menjerit-jerit.
“Go, go, waway…” Maksudnya, go away.
Untunglah, di hadapan kami sudah terbentang padang rumput. Beberapa ekor Llama nampak berkeliaran di sana. Beberapa di antaranya malah duduk bermalas-malasan. Anak-anak langsung lupa, deh, dengan hebohnya dikejar-kejar anak domba yang minta makan. Sayangnya, Llama seperti ogah-ogahan berinteraksi dengan anak-anak, sehingga kami lebih tertarik pada bangunan kayu besar di samping padang tersebut. Ternyata, sebuah kandang tertutup.
Di sisi kiri pintu masuk, ruang pertama yang kami temui disekat-sekat menjadi kandang kecil-kecil tanpa atap. Hanya ada pagar kayu pembatas agar pengunjung tidak mendekat terlalu jauh. Ada bayi-bayi sapi di kandang pertama. Lalu, berturut-turut ada babi-babi kecil yang sedang menyusu pada induknya yang sepertinya sedang tertidur. Anak-anak anjing nampak dikerubutin pengunjung lain. Malah seorang anak perempuan masuk ke sana dan bermain bersama seekor anjing kecil.
Nabil ikut menonton dari pinggir kandang sambil melambai-lambaikan tangannya, “Hai, Puppy.”
Ternyata, bangunan tersebut memiliki 2 ruangan. Sebuah pintu memperlihatkan isi ruangan satunya. Wah, sebuah playground dalam ruangan. Perosotannya tinggi dan melingkar. Di sana juga ada kotak pasir yang ukurannya cukup untuk memuat belasan anak yang ingin bermain pasir. Beberapa peralatan disediakan, seperti sekop, gerobak kecil, ember-ember dsb. Sampai butuh waktu cukup lama untuk membujuk anak-anak meninggalkan arena bermain tersebut. Bukan apa-apa. Masih banyak areal peternakan yang belum kami datangi.
Akhirnya, kami berjalan ke tempat para bebek dan angsa. Mereka dikumpulkan dalam sebuah kandang khusus yang diberi pagar yang tidak terlalu tinggi. Melalui pagar itulah, anak-anak sibuk melemparkan makanan ke dalam. Ribut betul para bebek ‘berteriak’ yang membuat anak-anak malah senang dan makin bersemangat memberi makan. Di depan kandang bebek yang bentuknya memanjang tadi, kembali sebuah padang rumput terbentang luas. Bedanya, yang ini jauh lebih luas daripada yang tadi. Kawanan sapi dewasa dan kuda-kuda nampak merumput di sana. Di ujung areal peternakan, ada kandang ayam. Dua bungkus biji-bijian yang tadi diberikan petugas di kasir sudah habis. Jadi, kami tak berlama-lama bermain di kandang ayam. Melangkah lebih jauh, ada kandang kerbau dan sapi yang juga dipagari.
Walau disekat dalam pagar, Nabil agak enggan dekat-dekat. “They’re very big. They’ll chease us.”
Saya tertawa, “No, they won’t. Sapi sama kerbaunya lagi asyik makan rumput, tuh. Look, they’re not even look at you.”
Ternyata, ada fasilitas taman bermain di areal terbuka. Langsung, deh, anak-anak berlarian ke sana. Beberapa ekor Llama juga berkeliaran di taman bermain. Mulai dari perosotan, ayunan, sampai permainan semacam flying fox juga ada. Flying fox-nya tidak begitu tinggi, sehingga Narda berani meluncur sendiri tanpa dipegangi. Lagi-lagi butuh usaha ekstra untuk membawa mereka pergi dari taman bermain ini. Akhirnya, mungkin karena lapar juga, mereka mau diajak pergi. Kami pun kembali ke areal kafetaria dan menikmati makan siang yang sudah disiapkan dari rumah. Tempo hari, kami berbekal nasi, ayam goreng dan sayur capcay. Khas Indonesia sekali, ya.
Sebenarnya, kafetaria menyediakan aneka roti, muffin, dan kue-kue kecil lainnya. Ada pula kopi dan teh hangat. Roti dan muffin biasanya seharga 1-3 euro per buah. Sedangkan segelas kopi bisa dinikmati dengan harga 1.5 euro. Teh hangat lebih murah, 1 euro saja. Penganan khas di Irlandia mirip dengan negara-negara barat lainnya, aneka muffin yang ditemani dengan secangkir kopi atau teh. Kami membawa sendiri nasi dan lauk pauknya. Maklumlah, perut tanah air sudah terbiasa diisi nasi 3 kali sehari. Catatan: Untuk menjelajahi seluruh wilayah peternakan biasanya butuh sekitar 3 – 4 jam.
Cantiknya Padang Rumput Clonmacnoise
Lokasi: ShannonBridge, Co. Offaly
No. Telp./Website: https://www.heritageireland.ie/en/midlandseastcoast/clonmacnoise/
Jam Buka: 10.00-18.00
Harga Tiket: Gratis
Clonmacnoise adalah salah satu situs monastik umat Katolik yang paling terkenal di Irlandia. Letaknya cukup dekat, sekitar 30 menit dari pusat kota Athlone dan di salah satu pesisir Sungai Shannon.
Setelah memasuki pintu utama di situs wisata ini, ada sebuah bangunan yang saya pikir hanya tempat resepsionis saja. Namanya ‘Visitor’s Center’. Ternyata, dalam bangunan tersebut, selain ada kafetaria, kamar kecil, dan juga ruang museum.
Di sana, kami bisa mendapat banyak sekali keterangan mengenai Clonmacnoise. Tidak hanya tulisan, tapi dilengkapi berbagai miniatur tentang kegiatan dan bangunan masa lalu di kompleks biara tersebut. Benar-benar, jauh dari rasa bosan dalam menikmati sejarah tempat ini. Anak-anak juga patuh dan ikut memandangi properti dalam museum dengan seksama tanpa terlihat bosan.
“Take me higher, I wanna see, I wanna see…” Nabil sempat merengek minta digendong saat melihat salib batu berukuran besar di tengah-tengah ruangan.
Narda juga sempat mengira patung-patung orang yang menggambarkan situasi biara di masa lalu itu benar-benar hidup. “Heyo, heyo…” (Helo, helo) Katanya sambil senyum-senyum di depan salah satu perangkat miniatur tadi.
Keluar dari museum, barulah terlihat bangunan-bangunan biara zaman dulu yang hanya berupa puing-puing saja. Termasuk sebuah katedral yang sudah tidak menyisakan atap sama sekali. Di samping katedral yang dibangun di awal abad ke-10 tersebut, terdapat beberapa reruntuhan kuil-kuil yang ukurannya tidak terlalu besar. Konon, dulunya di sinilah dimakamkan Santa Ciaran, orang yang pertama kali menemukan dan membangun kuil di wilayah Clonmacnoise ini.
Selain reruntuhan kuil dan makam, pemandangan serba hijau yang berpadu dengan birunya air sungai Shannon adalah obyek utama dari tempat ini. Anak-anak sampai berguling-guling di atas padang rumputnya.
Saking lapangnya padang rumput di sana dan serunya bermain bersama adiknya, belum apa-apa Nabil sudah setengah mengancam, “I don’t wanna go home. We wanna play until looooong..”
Oh ya, situs ini bisa dinikmati dengan gratis.
Jangan Lupa Museum Barang Antik
Lokasi: Curraghboy, Roscommon
No. Telp./Website: https://www.derrygladfolkmuseum.com/
Jam Buka: Senin-Sabtu, 10.00 – 18.00
Harga Tiket: 5 euro per orang. Anak-anak di bawah usia 5 tahun tidak perlu membayar.
Kalau mengunjungi midland, belum lengkap tanpa menyambangi museum antik yang satu ini. Namanya Derryglad Folk Museum. Museum ini sebenarnya berada di kota kecil yang bernama Curraghboy. Tapi jaraknya dekat sekali dari Athlone. Hanya sekitar 14 km, yang bila ditempuh dengan naik mobil sekitar 15 menit saja.
Museum ini menyimpan banyak sekali benda-benda kuno khas penduduk Irlandia yang berasal dari abad ke-18 hingga abad ke-20. Macam-macam barang yang ada di sana. Mulai dari kamera-kamera antik, alat-alat pertukangan dan pertanian, mesin cuci tempo dulu, keramik-keramik peralatan dapur hingga miniatur tempat-tempat umum Irlandia di masa lalu.
Ada 2 bangunan utama di museum ini. Yang sebelah kiri dan berukuran lebih kecil namanya MacCormacs Photography Room. Isinya adalah peralatan-peralatan sebuah studio foto dari tahun 1948, sebelum era digital. Selain itu, terdapat juga peralatan mencuci cetak foto. Apa lagi? Ada foto-foto klasik dari orang-orang terkenal yang pernah datang ke Irlandia dan diabadikan di studio foto MacCormacs yang memang pernah berdiri di kota Athlone dari tahun 1948 hingga tahun 2002.
Ruangan kedua, arealnya lebih luas. Meja-meja besar ditata di tengah-tengah ruangan. Semuanya dijejali barang-barang. Keseluruhan dinding juga sarat dengan benda-benda kuno. Ada yang digantung, ada juga yang ditaruh di atas rak-rak yang menempel di tembok ruangan. Tembok dekat pintu penuh dengan keramik-keramik peralatan makan dan minum. Mulai dari teko-teko antik, gelas-gelas kaca yang berukir atau bergambar, gelas-gelas besi sampai piring-piring serta mangkok makan model klasik.
Harus ekstra repot kalau membawa para balita ke sini. Mereka, sih, senang. Tapi rasa penasaran membuat mereka ingin menyentuh macam-macam barang.
“I like that red glass, Mommie. Can we have it?” Tangan Nabil berusaha menggapai-gapai di depan rak lemari yang dijejali aneka peralatan dapur yang sebagian besar tergolong pecah belah.
Saya paling tertarik dengan mesin cuci yang berasal dari abad ke-19. Di atasnya tertulis ’from 1870’. Katanya, mesin bekerja dengan cara memutar sebuah bulatan hitam di atas wadah kayu besar atau dengan memompa tuas yang juga terpasang di atasnya. Seru, kan? Ada rupa-rupa setrika uap, alat-alat pertukangan, berkebun dan pertanian di masa lalu yang juga melengkapi isi museum.
Melihat alat pertanian juga anak-anak heboh. Ada semacam alat untuk membajak yang mungkin bagi mereka terlihat seperti mobil-mobilan. Alat cangkul yang ukurannya besar disangka pedang, “Wow, a big sword,” gumam Nabil.
Di pojok belakang ruangan ada semacam tempat yang ditata seperti sebuah warung kecil. Di rak-raknya tersusun macam-macam benda dari masa lalu. Sebagian merek yang ada masih dijual hingga kini tapi dalam kemasan modern. Misalnya merek teh, biskuit, kopi, rokok, tepung dan botol-botol saos. (Mbak, ini maksudnya yang di museum enggak dijual. Kemasan moderennya dijual di toko-toko biasa hehe. Yang ada di museum yang kemasan jadulnya walaupun merek masih beredar hingga sekarang :D).
Tak ketinggalan hadirnya miniatur ruangan dan bangunan masyarakat Irlandia di abad-abad lalu. Ada miniatur sebuah ruangan kelas yang tak hanya menampilkan papan tulis kayu dan kursi-kursi kayu yang umum digunakan dulu, tapi juga dihuni patung anak laki-laki kecil bertopi dan seorang ibu guru yang duduk di depan kelas.
Di sini, Narda yang tadinya sudah mulai bosan, kembali bersemangat. Dia berlarian dalam miniature ruang kelas itu. Sembari mengajak patung anak laki-laki kecil yang dibuat seukuran badan Narda. Seperti biasa, dia tertawa dan menyapa, “Heyo, heyo, let’s peyyy…” (Helo, helo, let’s play)
Abangnya tidak mengerti kalau Narda belum bisa membedakan patung dan orang, setengah menghardik, “It’s just a statue. He can not talk!”
Splash!
Setiap ruas jalan di wilayah Republik Irlandia dilengkapi petunjuk-petunjuk jalan yang komplit, termasuk petunjuk tentang rute dan nama-nama tujuan wisata yang tersebar di seluruh penjuru negeri.
Bagaimana di Sana?
- Di Athlone, banyak terdapat hotel-hotel berbintang seperti Sheraton dan Radisson. Radisson ini direkomendasikan karena letaknya yang tepat di salah satu pesisir Sungai Shannon. Pemandangan dari teras kamar yang menghadap ke sungai bagus sekali. Selain hotel, ada juga penginapan yang modelnya Bed & Breakfast (B&B). Baik hotel maupun B&B bisa dibooking melalui situs-situs online.
Sheraton Athlone à www.sheratonathlonehotel.com
Radisson Blu Athloneà www.radissonblu.ie/athlone
Rate per malam untuk kamar di Sheraton dan Radisson yang berukuran double berkisar antara 100-200 euro per malam. Kalau dibooking jauh-jauh hari, tarifnya bisa jauh lebih murah, lho.
Sedangkan B&B di Athlone bisa disambangi informasinya di www.booking.com, tarifnya lebih bersahabat di kantong. Berkisar 30-100 euro per malam.
- Penerbangan dari tanah air ke Irlandia juga ada beberapa alternatif. Bisa melalui maskapai-maskapai Eropa atau melalui maskapai Timur Tengah, seperti Emirates dan Etihad. Harga tiket tergantung musim. Biasanya, di musim semi hingga musim panas (kira-kira Maret – September), harga tiket melambung tinggi.
- Untuk memasuki wilayah Irlandia, diperlukan visa khusus. Walau termasuk anggota Uni Eropa, Irlandia tidak termasuk wilayah Schengen. Untuk pemegang paspor Indonesia, biaya pembuatan visa gratis. Cuma, bila diproses melalui tanah air, ada biaya tambahan, karena kedutaan Irlandia adanya di Singapura.
- Di kota-kota yang tidak terlalu besar seperti Dublin, sebaiknya menyewa mobil sendiri. Bus angkutan umum cukup terbatas. Rental mobil mudah ditemukan di Kota Athlone. Harganya berkisar 10-30 euro per hari. Tergantung musim. Musim panas tentu akan lebih mahal daripada musim dingin misalnya. Salah satu situs penyewaan mobil bisa dilihat di sini ebookers.ie/Car
- Rute jalan tidak sulit, kok. Papan penunjuk banyak dan memudahkan. Salah satu situs yang bisa membantu adalah athlone.ie/getting-here
- Membeli makanan dan minuman di Kota Athlone juga tidak sulit. Gerai-gerai yang sudah umum dikenal di tanah air seperti Burger King dan McDonald serta KFC ada di kota ini. Harganya berkisar antara 1-10 euro per porsi, tergantung jenis makanannya. Makanan khas di sini tidak ada yang tergolong unik. Biasanya makanan utama mereka adalah aneka daging steak yang dinikmati dengan mash potatoes. Restoran halal juga ada, lho, di Kota Athlone. Misalnya rumah makan bernuansa Timur Tengah, Charcoal Grill, charcoalgrill.ie. Sajiannya sangat bervariasi. Menu-menu nasinya juga lengkap, lho. Andalannya apalagi kalau bukan aneka kebab. Harga menu berkisar 4-15 euro per porsi.
- Situs resmi utk Irlandiaà https://www.discoverireland.ie/
Klik di sini infonya jika tertarik ingin menulis kisah jalan-jalan bersama keluarga ke Majalah Parenting Indonesia.
***
View Comments (6)
Cantiiik ya Irlandia. Taunya cuma IRA & U2 aja sih.
IRA itu Irlandia Utara Mbak hehehe. Irlandia Utara itu termasuk wilayah UK. Kalau U2 sudah bener asalnya dari Republik Irlandia sini :D.
Gemes liat duo jagoan kakjee ini.. hopefully we can meet and talk with you nabil narda, someday :)
Iya gemesin kayak mamahnya hihihi :p
Bagus pakai banget, deh. Apalagi yang ruang kamera. Banyak foto-foto klasik ^_^.
Seneng bisa membaca lagi tulisan kak jihan...serasa ikut jalan-jalan ke Irlandia..hihihi...