X

All That Comes Before

Masjid Apung, Jeddah-Arab Saudi, fotografer : Dani Rosyadi

Tahun 2010, di bulan Juli melangkahkah kaki keluar dengan penuh keraguan dari bandara. Pertama kalinya menghirup udara kota Jeddah.

Baru saja menjejakkan kaki di Negeri Petro Dolar ini, saya sudah diberi rezeki. Hamil anak ke-2 di bulan ke-2 bermukim di kota (yang ternyata) cantik ini :).

Di tahun pertama itu, tetangga saya berangkat haji. One of my best friends  here who has left Jeddah at the beginning of this year.

Biarpun saya menggodanya sepanjang waktu, “Sepertiko mau pergi kemping, Rani. Coba kalau di Makassar, adami itu gandrang bulo antarko pergi Mekkah.” (Kayak mau kemping aja lu, ,Rani. Coba kalau di Makassar, sudah ada Gandrang Bulo yang mengiringi keberangkatan).

Tapi dalam hati saya iriiiiiiiii huhuhu.

Dan di tahun itu juga, saya sudah meyakini, tahun depannya pun, mungkin belum waktunya. Saya akan melahirkan, dan tahun haji berikutnya, si bayi masih akan berusia 6 bulan. No. Gak mungkin lah :(.

***

Saya dan suami sama-sama sepakat bahwa kesempatan untuk hidup di Jeddah adalah salah satu hal terbaik yang pernah dikaruniakan Allah kepada kami. Terima kasih ya, Allah :). Maaf jika dulu saya berburuk sangka :P.

Tapi hidup terus berjalan. Keinginan untuk mencicipi belahan bumi yang lain (dan kalau bisa ada saljunya ya Allah, hahaha :p) tak pernah surut. Setelah tahun ini tuntas menunaikan janji pada orang tua masing-masing, kami merasa, “Maybe it’s time to leave.”

Bulan Juni tahun ini, doanya langsung dijawab Allah. Prosesnya sangat meyakinkan. Tapi ternyata, on a very last step, He said, “Hold on! Not now.” But we managed to move on ;). Padahal saat itu, saya sudah pasrah.

Kami suka bercanda di sini, “Belum sah tinggal di Jeddah kalau belum naik haji.” Hehehehe. Mungkin saya akan termasuk yang tidak ‘sah’.

Selepas Ramadan tahun ini, beberapa teman sudah mencanangkan niat berhaji. Wah, kapan giliran saya? :(. Saya tanggapi dengan bergurau, “jangan semuanya, dong. Tahun depan gue ama siapa? hehehe.”

Dan rahasia dibalik takdirNya terjawab sekitar 2 bulan lalu. Dimulai dengan rekan kerja suami, “Bos, hajian lah. Ayolah. Giliran. Gue belum bisa, nih. Lu aja, Bos.”

Lalu Ibu mertua. Dan akhirnya saya pun meyakinkan suami, “eh, hajian sana. Aku gak apa ditinggal. Cuma 6 hari ini.”

Tadinya rencananya begitu. Suami akan hajian sendiri. Tapi setelah seminggu dia sudah berniat, dia tiba-tiba berkata, “Ikut, yuk.”

“Kemana?”
“Hajian juga.”
“Ha? Narda? Abil?”
“Abil titip. Narda bawa.”
“Ha? Yakin?”
“Bismillah aja.”

Saya kaget juga. Suami saya kok yakin ya bisa bawa anak. Tapi awalnya masih suka ragu. Serius nih mau bawa anak? Tapi dalam hitungan hari, kemantapan itu datang sendiri. Alhamdulillah :).

Bulan lalu, kami resmi mendaftar di sebuah biro haji lokal sini. Membayar lunas dan meyakinkan hati, Insya Allah dilancarkanNya.

On our regular pillow talk at night, I said to my husband, “Wah, kita dikasih kesempatan untuk naik haji dulu, Bang.”

“Iya, yah.”

“Bayangin kalau dari Indonesia. Ngantrinya berapa tahun? Kalau dari negara lain, waktunya pasti gak bisa cuma 6 hari seperti disini. Titip anak ke siapa kalau waktunya lama?”

“Ho-oh.”

“Tuh kan, bener teoriku selama ini. Bila kau tidak mendapatkan apa yang kau inginkan, mungkin saja itu keberuntunganmu.”

“Ah, bosen. Itu melulu.” Hehehehehe.

Some of the best friends ever 😀

***

Siapa menyangka, alhamdulillah, dibukakanNya ‘pintu keluar lain’ untuk rencana besar kami tahun ini. Semoga dilancarkan. Amiiinn.

Dan sekaligus diwujudkannya keinginan terbesar saya sejak menapakkan kaki di kota ini, “ingin diberi kesempatan naik haji.”

The path may seem unclear at that time, the moment when we were extremely dissapointed, “kenapa quota visanya mendadak habis?” :(. But all that comes before was truly meant to be :).

And this year is our turn :).

Labbayka Allāhumma Labbayk. Labbayk Lā Sharīka Laka Labbayk. Inna l-Ḥamda, Wa n-Niʻmata, Laka wal Mulk, Lā Sharīka Lak.

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ

***

Selepas magrib hari ini, kami akan menuju Mekkah untuk tawaf. Dan selanjutnya ke Mina. Untuk bergabung dengan jutaan jemaah lainnya melaksanakan wukuf di Padang Arafah, di tanggal 9 zulhijjah nanti.

Mohon maaf bila ada kesalahan dari saya dan suami :).

***

Selamat menunaikan haji untuk teman-teman tercinta lainnya :
Bunda Ratna, Bunda Andini, Neng Caca, Ibu Peri Mira, Mbak Tety, Mbak Berty, dan suami dan keluarga masing-masing :).

Untuk rekan-rekan fasilkom, Badai dan Selly.

Teman-teman dari Makassar : Riri dan Delsi.

Semoga apa pun kesulitan yang dihadapi setelah memantapkan hati memenuhi panggilan suciNya, kita semua diberi kekuatan untuk melewatinya dengan lancar. Dan tentu saja… menyandang gelar haji yang mabrur :). Amiiinnn.

Tak lupa terima kasih untuk Madam Cantik yang sudah ‘rela’ jagain Abil selama kami hajian nanti. Hihihihihi. Kecup paling kencang untukmu ya, Dear ^_^.

Dan teman-teman lain yang sudah mendoakan, meminjamkan kerudung (hihihihi). Terutama untuk yang malem-malem nganterin kaos kaki-jilbab-thobe buat Narda semalam ;).

How can I not love Jeddah? ;).

davincka@gmail.com:

View Comments (5)