X

Galata Tower dan Istiklal Street di Istanbul Turki

Istiklal Street Istanbul, pic by Dani Rosyadi

Ini sebenarnya cerita jalan-jalan dari Istanbul pas ke Galata Tower dan Istiklal Street. Tapi mau ngobrol dikit soal cerita lucu pas jalan-jalan ke Swiss tempo hari.

Dari dalam tram dari arah Bahnhof-Bern saya ngikik melihat salah satu plang di sebuah gedung yang kami lewati. Saya langsung cerita ke suami, “Masa di sini ada yang namanya Bank Eek.”

Hahaha. Bener kan, pas mau pulang kami sengaja jalan kaki menuju Bahnhof biar bisa foto-foto depan Bank Eek :p. Googling it yourself kalau gak percaya . Bank Eek salah satu nama bank di Swiss.

Bahnhof itu artinya stasiun kereta dalam bahasa Jerman .

Beda Swiss beda Turki. Di Turki kami berdua kembali cekikikan melihat salah satu nama restoran yang terpampang gede-gede di sebuah bangunan, “Konak Kebab”.

See it yourself in this vlog/video hahaha .

Konak Kebab itu letaknya di salah satu sisi jalan Istiklal, Istanbul.

Istiklal Street, juga dikenal dengan Istiklal Avenue, salah satu nama jalan yang paling terkenal di Kota Istanbul Turki. Sepanjang 1.5 km, jalanan ini ramai dikunjungi oleh jutaan orang setiap hari. Baik oleh penduduk lokal maupun turis asing.

Istiklal Street terletak di Distrik Pera, salah satu wilayah bersejarah di Istanbul. Distrik Pera kini dikenal dengan nama Distrik Beyoglu.

Bangunan-bangunan lama dengan arsitektur khas Ottoman masih terlihat di sisi kiri dan kanan jalan. Walaupun bangunan tua tapi modelnya tetap dipertahankan.

Istiklal Street, pic by Dani Rosyadi

Kini, gedung-gedung di sepanjang Jalan Istiklal ini berfungsi sebagai butik-butik pakaian ternama level dunia. Banyak juga toko yang menjual suvenir khas Turki, rumah makan, dan penjual karpet.

Setelah menyusuri Istiklal Street kita akan menemukan lokasi Galata Tower, salah satu landmark terkenal di Kota Istanbul Turki. Galata Tower didirikan pertama kali oleh Pemerintahan Genoa di pertengahan abad ke-14.

Awalnya berfungsi sebagai Tower of Christ sebelum akhirnya Galata Tower menjadi menara pengawas kebakaran di masa pemerintahan Ottoman.

Ternyata memang kebudayaan di dunia ini luasnya enggak kira-kira ya. Termasuk persoalan bahasa tadi. Banyak kata-kata dalam bahasa tertentu bisa berarti positif, tapi ternyata kata yang persis sama bisa berbalik 180 derajat dalam bahasa lain :D.

Dalam bahasa-bahasa daerah di Indonesia juga banyak kasus yang sama. Saya dan suami saya sendiri datang dari 2 suku yang berbeda. Saya Bugis dari Pulau Sulawesi. Suami saya asli Minang dari daratan Sumatera. Ada beberapa kata yang berbalik maknanya dalam bahasa daerah kami masing-masing.

Tahukah kalian kalau istilah “Iyo” dalam bahasa Minang dan bahasa Bugis sama-sama berarti “Iya”. Tetapi dalam adat Minang, “Iyo” itu artinya netral atau cukup halus jadi bisa digunakan kepada orang yang lebih tua.

Sementara dalam adat Sulawesi Selatan, kata “Iyo” maknanya agak kasar dan hanya boleh dipergunakan kepada teman sepergaulan. Kalau sampai berani bilang “iyo” kepada orang tua walaaaahhh…cilaka berat hahaha :p.

Selain itu, bahasa Indonesia sebenarnya juga banyak menyerap kata-kata dari bahasa lain. Bahasa Arab, Sansekerta, Melayu apalagi. Tapi ada beberapa kata dalam bahasa Spanyol yang arti dan pelafalannya serta penulisannya hampir persis lho dengan bahasa Indonesia. Seperti kata Bandera, artinya sama dengan Bendera cuma beda satu huruf doang.

Hati-hati juga dengan nama dalam bahasa Arab. Karena misalnya Jaml, atau disebut Jamal, itu artinya Unta lho hehehe. Mungkin yang dimaksudkan oleh orang tua yang memberi nama adalah Jamaalun, yang artinya cantik/bagus dan semacamnya. Sebaiknya diberikan nama Jamiila atau Jamaluddin sekalian hehe. Jangan Jamal-jamal aja :p.

Apalagi tuh contoh paling pertama, kata “Eek” hahaha. Gila banget kan beda artinya :p. Di Swiss dijadikan nama bank pula. Ya siapa yang mau nabung “Eek” di bank hayoooooo hahahaha :p.

Gosipnya kejauhan. Balik ke Istiklal Street lagi. Sayang nih, foto-foto tentang Istiklal Street adanya di laptop saya. Laptop saya rusak. Makanya nih, agak ngadat ngeblog dan ngevlognya huhuhu. Harus numpang di laptop suami sementara :(.

Kami ke Istiklal Street ini di akhir Juni hingga awal Juli tahun 2016 kemarin. Mampir sebentar sebelum mudik ke Jakarta untuk lebaran. Agak sepi saat kami melintasi Istiklal Street. Soalnya musim panas lagi hot-hotnya di sana dan kebetulan pas Ramadan pula :).

Suami saya yang pernah mengunjungi Istanbul di musim semi tahun 2013 bilang, saat musim semi jumlah wisatawan membludak gila-gilaan di Istanbul. Pas ke Istiklal Street, padetnya gak ketulungan hehe. Mungkin juga rangkain peristiwa terorisme di berbagai wilayah Turki membuat turisme di sana agak macet ya :(. Semoga segera membaik lagi. Aamiin <3.

Istanbul, salah satu pusat budaya dunia yang sayang kalau dilewatkan.

Ini vlog yang lain tentang kota Istanbul ;).

 

davincka@gmail.com: